DIOLUHTAN-SULSEL.
Sejumlah penyuluh pertanian dari 5 kabupaten (Wajo, Soppeng, Bone, Sinjai dan
Maros) dilatih mengenai bagaimana mengetahui dan menjelaskan persyaratan pejantan, persyaratan induk dan persyaratan sapi bakalan
untuk penggemukan, memilih bibit sapi PO (peranakan onggole)
dalam bahasa masyarakat peternak bugis menyebut sapi donggala. Juga bagaimana memilih bibit sapi Bali (sapi ugi’)
Hal
ini adalah salah satu upaya membantu peternak dalam meningkatkan produksi ternak
sapinya serta dalam mendukung pencapaian swasembada pangan melalui upsus pajale
(padi, jagung dan kedelai).
Widyaswara
BBPP Kupang, Manix E. Manafe dan Eni Mulyanti, secara bergantian membimbing
para penyuluh pertanian mengenai ciri-ciri sapi penjantan, induk dan bakalan
yang sesuai persyaratan serta bibit sapi yang memenuhi persyaratan. “Bibit
untuk digunakan sebagai induk/pejantan dipilih yang memiliki keunggulan, (a) warna
tubuh sapi harus sesuai dengan bangsanya; (b) keserasian bentuk dan ukuran antara
kepala, leher dan tubuh ternak; (c) tingkat pertambahan dan pencapaian berat
badan pada umur tertentu yang tinggi; (d) ukuran minimal tinggi punuk/gumba
mengacu pada standar bibit populasi setempat, regional atau nasional; (e) tidak
memiliki cacat tubuh yang bersifat menurun; (f) untuk pejantan : testes sapi
umur > 18 bln hrs simetris, menggantung dan ukuran lingkar : 32 -37 cm; (g)
sapi harus dalam kondisi sehat” ungkap widyaswara.
Seperti
diketahui, Balai Besar Pelatihan Peternakan
(BBPP) Kupang bekerjasama dengan BP4K Kab. Bone menyelenggarakan diklat integrasi
sapi dengan tanaman pangan bagi penyuluh pertanian angkatan ke-III bertempat di P4S Tocinae, Desa Kajaolaliddong, Kec. Barebbo. Dan
telah memasuki hari ke-3. Diklat ini diikuti sebanyak 30 orang dan
berakhir pada tanggal 5 Juli 2015.
(Yusran A. Yahya)