Pangan
asal ternak (daging, susu dan telur) sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan,
kesehatan dan kecerdasan masyarakat Indonesia. Dengan penduduk lebih dari 240
juta, saat ini Indonesia masih sebagai importir pangan yang cukup besar antara
lain: jagung, kedelai, gula, susu, daging, serta buah-buahan.
Sasaran
kemandirian pangan tahun 2020 akan terwujud apabila Indonesia mampu memproduksi
pangan untuk keperluan domestik (substitusi impor) dengan tetap memperhatikan
daya saing dan pemberdayaan petani/peternak kecil, melalui pemanfaatan
sumberdaya lokal secara optimal dan didukung oleh inovasi teknologi dari para
peneliti. Kondisi dan tantangan tersebut di atas merupakan peluang yang sangat
baik untuk mendorong perkembangan usaha komoditas peternakan. Dengan
berkembangnya usaha komoditas dari sektor peternakan, diharapkan dapat
menurunkan nilai impor daging dan susu sehingga berdampak pada peningkatan gizi
masyarakat.
Berbagai
penelitian juga menunjukkan bahwa produk ternak merupakan sumber protein
terbaik berkualitas tinggi dan juga sumber mikronutrien esensial seperti
vitamin A, vitamin B, riboflavin dan calcium serta unsur trace element seperti
besi (Fe) dan seng (Zn) yang memiliki nilai bioavailabilitas yang tinggi
(derajat penyerapan dan pemanfaatannya tinggi).
Konsumsi
protein hewani selama ini banyak dipenuhi dari konsumsi daging ayam yaitu
mencapai 67% dari seluruh total konsumsi protein hewani, sementara itu sapi
memberikan kontribusi 16%. Menurut data Statistik Peternakan tahun 2012, angka
konsumsi protein hewani total adalah 14 g/kpt/hari, sedangkan rata-rata share
protein asal ternak dunia 27,9% dan untuk negara maju 47,8%.
Tantangan
dalam pengembangan ternak untuk memenuhi pasokan pangan asal hewani (daging,
susu dan telur) di Indonesia adalah mempertahankan kemampuan produktivitas dan
meningkatkan kapasitas produksi tiap ternak.
Teknologi
memiliki peran yang esensial di dalam menghadapi dan mengelola tantangan
tersebut, terutama dalam penyediaan teknologi produksi yang strategis seperti
bibit, pakan dan teknologi kesehatan hewan. Agar memiliki daya adopsi yang
tinggi, maka teknologi seyogianya selalu mengacu kepada kebutuhan pengguna
akhir yang dalam hal ini adalah peternak.
Ketersediaan
Inovasi
Dalam
mendukung upaya peningkatan gizi masyarakat, Badan Litbang Pertanian telah
menghasilkan inovasi teknologi unggas di antaranya: ayam Kampung Unggul
Balitbangtan (KUB), itik PMp, itik Master, itik EPMp sebagai hasil seleksi
unggas penghasil telur dan pedaging yang relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan unggas lokal lainnya.
Balitbangtan
telah menghasilkan bibit unggul rumpun/bangsa (breed) dan galur (strain) baru
domba dan kambing, yaitu domba Compass Agrinak; domba Barbados cross; domba
Komposit Garut; domba St. Croix Indonesia dan kambing Boerka. Semua domba dan
kambing unggul tersebut lebih tinggi produktivitas maupun efisiensi produksi
dibandingkan dengan ternak lokal sebangsa yang dimiliki sebelumnya.
Potensi
ternak kambing dan domba akan signifikan perannya dalam menunjang penyediaan
daging sapi nasional, sehingga diharapkan dengan sosialisasi yang baik dan
intensif maka sebagian konsumen akan meningkatkan konsumsi daging merahnya
melalui peningkatan konsumsi daging ruminansia kecil yaitu daging kambing dan
domba. Di sinilah peranan proses olahan daging ruminansia kecil dibutuhkan
untuk mengambil alih sebagian peranan daging sapi/kerbau melalui sosialisasi
yang lebih intensif, diversifikasi olahan daging ruminansia kecil dan
pencitraan daging kambing dan domba yang lebih baik kepada konsumen. Diharapkan
peningkatan konsumsi daging ruminansia kecil akan mengurangi konsumsi daging
sapi/kerbau.
Pada
bidang reproduksi telah dihasilkan teknologi perbaikan pengencer semen dengan
penambahan maltosa sebagai krioprotektan ekstraseluler, penerapan teknologi
inseminasi buatan dan sinkronisasi estrus, yang dapat meningkatkan efisiensi
penggunaan semen dan menghasilkan ternak-ternak yang lebih seragam sehingga
lebih mudah dalam pemeliharaan dan penjualan. Dan juga telah dimiliki teknologi
penanganan penyakit khusus yang menyerang kambing dan domba di Indonesia.
Sumber : www.tabloidsinartani.com