1. PENGERTIAN PETA
Peta
adalah gambaran dari permukaan bumi yang dibuat dengan skala tertentu dan
digambarkan dalam bidang datar. Menurut
Erwin Raisz peta adalah gambaran konvensional dari permukaan bumi, yang
diperkecil sebagai kenampakannya jika dilihat dari atas dengan ditambah
tulisan-tulisan sebagai tanda pengenal.
Menurut
ICA (International Cartographic Association)
peta adalah suatu representasi/gambaran unsur-unsur atau
kenampakan-kenampakan abstrak, yang dipilih dari permukaan bumi, atau yang ada
kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, dan umumnya
digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan.
Oleh
karena variasinya sangat kompleks untuk menyajikan aspek keruangan, tidak mudah
mendefinisikan peta, sehingga dapat mencakup semua pengertian secara jelas
untuk semua konteks. Di bidang
kartografi (ilmu peta) secara konvensional/tradisi kata peta memerlukan
beberapa keterbatasan yang penting, yaitu
:
- Hubungan yang jelas secara matematikal antara obyek-obyek yang ditunjukkan, misalnya jarak, arah, luas.
- Saling hubungan di atas dalam penyajiannya dinyatakan dengan skala.
- Peta pada umumnya dibuat pada suatu bidang datar, karena pada medium yang datar ini peta mudah digambar dan dibawa. Globe kadang-kadang juga dapat disebut peta, walaupun medium ini berupa bidang lengkung dan ini suatu pengecualian, namun model ini tidak praktis karena tidak mudah dibawah kemana-mana.
- Suatu peta hanya dapat menunjukkan beberapa fenomena geografis yang dipilih, pada umumnya juga perlu digeneralisasi, antara lain dengan :
- Penyederhanaan
- Klasifikasi
- Penghilangan
- Pembesaran
Peta
yang digambar dengan bantuan komputer disebut peta digital dan disimpan dalam
CD, disket hardisk dan dengan bantuan layar monitor komputer dan/atau LCD dapat
ditayangkan petanya.
2. KLASIFIKASI PETA
1. Klasifikasi peta berdasarkan skalanya :
a. peta
kadaster, berskala 1 : 100 – 1 : 5000
b. peta berskala
besar, berskala, 1 : 5000 – 1 : 250.000
c. peta berskala
sedang, 1 : 250.000 – 1 : 500.000
d. peta berskala
kecil, 1 : 500.000 ke atas
2. Klasifikasi peta berdasarkan isinya :
a. peta umum
(general maps), yaitu peta yang memberikan gambaran umum atau
kenampakan-kenampakan yang bersifat umum (fisis dan kultur) pada suatu daerah
tertentu. Peta umum terdiri dari :
a) peta topografi, yaitu peta umum berskala
besar, biasanya 1 : 50.000 atau 1 : 125.000
b) peta
chorografi, yaitu peta umum yang berskala besar, berisikan kenampakan-kenampakan
yang bersifat umum dan global dalam daerah yang luas. Biasanya banyak digunakan untuk keperluan
militer, master plan dan sebagainya.
Peta pulau Sulawesi, Pulau Jawa dll termasuk peta chorografi.
c) Peta dunia,
yaitu peta umum berskala kecil, menggambarkan seluruh dunia dalam satu peta.
b. Peta tematik (peta khusus, special maps)
Adalah peta yang
menggambarkan kenampakan tertentu dari suatu wilayah. Misalnya peta iklim, peta vegetasi, peta
penyebaran penduduk, peta bahasa dan sebagainya.
3.
Dari segi bentuk peta dibedakan atas :
a.
peta timbul (peta relief)
: peta yang dibuat berdasarkan
bentuk permukaan bumi yang sebenarnya; semacam miniatur. Misalnya gunung/pegunungan, dataran tinggi,
dataran rendah, lembah dan sebagainya.
b.
Peta datar (peta biasa), yaitu peta yang dibuat pada satu
bidang datar, misalnya pada kertas.
c.
Globe, yaitu peta dunia yang dibuat pada permukaan bola
(tiruan bumi, miniatur bola bumi).
d.
Peta digital
: peta yang ditayangkan pada
layar monitor komputer, LCD, televisi.
3. MEMBACA DAN MENAFSIRKAN PETA
Untuk
membaca dan menafsirkan peta perlu adanya beberapa syarat yang perlu dimiliki
oleh pembaca peta, antara lain :
a.
Kemampuan untuk membayangkan. Hal ini dimaksudkan bahwa pembaca peta
hendaknya mempunyai kemampuan untuk membayangkan segala bentuk kenampakan yang
ada pada peta dengan keadaan yang sesungguhnya di lapangan. Misalnya pada suatu peta – dengan melihat
symbol yang ada – dapat ditafsirkan bahwa daerah itu adalah pegunungan api
(gunung api) sebab sungai-sungai yang ada pola alirannya radial, mengarah ke
segala arah. Bahwa dibagian hulu sungai
merupakan daerah yang tinggi, sementara dimuara merupakan daerah yang
rendah. Pembaca peta juga dapat
mengatakan daerah itu adalah daerah kota sebab adanya kenampakan kultur yang
bersifat kota, misalnya jaringan jalan yang rapat, dll.
b.
Ketajaman menganalisis, yaitu kemampuan seseorang / si
pembaca peta untuk menganalisis atau menghubungkan antar gejala kenampakan yang
digambarkan dalam peta. Baik kenampakan
satu per satu ataupun kenampakan secara keseluruhan, misalnya melihat sungai
pada peta, dengan melihat arah aliran dan bentuk daerahnya maka dapat
menganalisa sungainya, kira-kira tipe sungai apa dan pada stadium apa. Dapat pula memperkirakan apakah sungai itu dapat
dilayari atau tidak dengan adanya symbol perkampungan di kiri kanan sungai.
c.
Adanya latihan yang teratur.
Hal ini dimaksudkan agar pembaca peta membiasakan diri dengan melihat
langsung ke lapangan segala kenampakan yang ada dalam peta. Hal ini penting sebab selain berguna untuk
checking juga membantu dalam analisis peta.
d.
Memiliki pengetahuan umum yang luas. Pengetahuan umum yang luas yang dimiliki
pembaca peta akan sangat membantu dalam tugasnya. Misalnya, untuk membaca peta statistik, jika yang
bersangkutan mengetahui ilmu statistik maka hal ini sangat membantu.
e.
Pengetahuan tentang proyeksi peta, perlu dimiliki oleh
pembaca peta, sebab dengan mengetahui proyeksi peta si pembaca akan mengetahui
kesalahan-kesalahan daerah yang tergambar.
Dengan demikian si pembaca peta akan dapat memilih peta-peta dengan
proyeksi yang cocok untuk daerah-daerah tertentu di permukaan bumi.
Selain
syarat-syarat yang perlu dimiliki oleh si pembaca peta, maka di dalam membaca
peta perlu juga memperhatikan unsur-unsur yang ada pada peta. Sebab jika tidak, maka dapat terjadi
kesalahan dalam membaca peta.
4. UNSUR-UNSUR PETA
Unsur-unsur
peta yang perlu diperhatikan adalah :
a.
Judul Peta
Judul
peta mencerminkan isi dan tipe peta.
Dari judul peta dapat diketahui data yang digambar dan terletak di mana
data tersebut. Dapat pula diketahui apa
fungsi peta yang bersangkutan.
b.
Indeks Peta dan Inset Peta yang berskala kecil
Indeks
peta diperlukan untuk mengetahui lokasi daerah yang tergambar terhadap daerah
sekitarnya, khususnya peta-peta seri atau peta yang bersambungan, misalnya peta
topografi, peta pertanahan, peta saluran pengairan dll. Inset peta umumnya berskala kecil, berfungsi
sebagai penunjuk lokasi daerah yang dipetakan yang belum banyak dikenal oleh
umum.
c.
Skala peta, yaitu perbandingan jarak antara dua
titik yang terdapat pada peta dengan jarak yang sebenarnya di lapangan secara
horizontal/mendatar. Penulisan skala
peta ada dua macam, yaitu skala nomor atau skala angka, misalnya 1 : 2.000
dibaca 1 cm di peta = 2.000 cm atau 20 m di lapangan dst. Dan skala grafik
ditunjukkan dengan garis atau grafik perbandingan, misalnya cm di peta dengan
km di lapangan.
Peta-peta
berskala besar, biasanya memuat kenampakan-kenampakan yang bersifat detail pada
suatu daerah yang sempit. Pada peta yang
berskala kecil memuat kenampakan yang bersifat global pada suatu daerah yang
luas. Jadi kalau kita menghendaki
gambaran umum dari suatu daerah tertentu diperlukan peta yang berskala kecil.
d.
Sumber dan Pembuat Peta
Peta
sebagai media informasi geografi, maka data yang tergambar di dalamnya harus
dapat dipertanggungjawabkan. Ada taraf kepercayaan mengenai kapability lembaga
atau siapa yang pembuat petanya.
e.
Tahun Pembuatan
Tahun
pembuatan peta penting diketahui untuk pertimbangan tentang aktualitas data
atau informasi yang digambarkan.
f.
Proyeksi peta,
perlu diketahui untuk mengetahui ketepatan jenis proyeksi yang digunakan untuk
menggambarkan suatu permukaan bumi pada bidang datar dengan tingkat kesalahan
sekecil mungkin. (Proyeksi peta akan
diuraikan tersendiri).
g.
Orientasi Peta
Orientasi
peta atau penunjuk arah pada umumnya di Indonesia menggunakan orientasi
Utara. Pada peta yang tidak mencantumkan
petunjuk arah, berarti bagian atas dari peta tersebut adalah utara, bagian
kanan timur, bagian bawah selatan, dan bagian kiri adalah barat. Ada juga peta yang berorientasi barat, yang
berarti bagian atas dari peta adalah barat. Tidak ada ketentuan untuk ini, yang
ada hanya kebiasaan.
h.
Legenda
Legenda
adalah keterangan tentang simbol-simbol yang digunakan dalam peta.
5. S I M B O L
Simbol
adalah salah satu alat untuk mengadakan komunikasi. Simbol merupakan penyajian informasi dengan
menggunakan gambar/grafis. Bahasa peta
adalah bahasa symbol dan penyajian gambar berarti penyajian informasi serta apa
arti unsur yang diwakilinya.
Simbol-simbol peta dapat dibedakan menurut bentuk dan menurut
artinya :
a.
Menurut bentuknya, simbol terbagi atas :
(a)
Simbol titik (point symbols)
Simbol titik
digunakan untuk menyatakan lokasi atau bentuk unsur-unsur lain yang erat
hubungannya dengan skala peta. Pada
skala peta 1 : 1.000.000 misalnya, bentuk suatu kota (mungkin) diwakili oleh
simbol titik, tetapi sebaliknya pada peta yang berskala 1 : 1.000 suatu kota
(mungkin) diwakili oleh simbol bidang area (area symbols)
(b)
Simbol garis (line symbols)
Simbol garis
digunakan untuk mewakili unsur-unsur yang berbentuk garis, seperti garis
pantai, sungai, jalan, batas hutan, batas administratif dan sebagainya.
(c)
Simbol bidang (simbol luas, area symbols)
Simbol bidang
digunakan untuk mewakili unsur-unsur yang berbentuk luas/bidang, lahan, seperti
areal persawahan, hutan, daerah kabupaten “A” dan sebagainya.
Setelah kerangka letak/lokasi tersedia, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan perancangan simbol-simbol yang akan digunakan
untuk penggambaran peta tematik. Perlu diketahui bahwa peta adalah suatu
media komunikasi grafis, dengan demikian informasi yang ditampilkan dalam peta
berupa simbol-simbol. Bahkan untuk peta tematik, simbol merupakan
informasi pokok, karena untuk menunjukkan tema suatu peta. Hal-hal yang
penting dalam merancang simbol peta tematik, antara lain: menentukan jenis
simbol, besaran/ukuran simbol, warna simbol, jumlah simbol dan posisi simbol akan
diletakkan.
Simbol
yang baik adalah yang mudah dikenal sekalipun tanpa menggunakan suatu
keterangan/legenda. Selain itu simbol hendaknya kecil, terang, dan mudah
digambar. Dalam pemetaan tematik penggambaran simbolnya tidaklah seketat
pada simbol peta-peta umum atau peta Rupabumi (RBI).
Simbol
peta tematik lebih sederhana dan dibolehkan untuk merancang simbol sendiri
sepanjang simbol tersebut memiliki relevansi dengan unsur atau obyek yang
digambarkan. Sedangkan symbol untuk peta umum (RBI atau Topografi) sudah
ada pembakuan secara khusus (seragam berdasarkan konvensi asosiasi kartografi
Internasional).
Telah
kita ketahui bersama bahwa peta merupakan citra geospasial yang dapat
mempengaruhi konsepsi orang tentang ruang Pengaruh peta ini sebagian
karena adanya kesepakatan konvensi dan sebagian lain karena adanya
karakteristik umum grafik yang digunakan. Konvensi memegang peranan penting
terutama dalam pemetaan topografis. Sebagian besar symbol yang digunakan dalam
peta RBI atau topografi telah diwariskan kepada kita semenjak abad 18. Di
antara konvensi tersebut adalah bahwa perairan digambarkan dengan warna biru,
hutan dengan hijau tua, daerah permukiman dan perkotaan disimbolkan dengan
warna merah, abu-abu, atau warna merah jambu.
Data
yang harus divisualisasikan akan selalu mengacu kepada obyek atau fenomena
nyata. Ia dapat dalam bentuk ketinggian yang diukur sepanjang jaringan lalu
lintas, jumlah penduduk yang tinggal di daerah tersebut, atau volume sebuah
bukit dalam ribuan meter kubik.
Dalam
kartografi kita menggunakan simbol titik (dot), symbol garis (dash) dan
simbol bidang (patches) untuk mempresentasikan lokasi dan atribut-atribut data
titik, garis, wilayah dan volume obyek.
Dari Berbagai Sumber