DIOLUHTAN. Petani di mana pun Anda berada. Alhamdulillah, tahun
ini kita kembali mengalami surplus produksi beras sekitar 5,5 juta ton. Saya
menyadari untuk meningkatkan surplus hingga 10 juta ton perlu upaya keras dan
kerjasama sinergis dengan semua pihak terkait, mengingat kendala yang dihadapi
masih cukup banyak.
Salah satu kendala yang dihadapi adalah terkait perubahan
iklim. Menyikapi perubahan iklim ini Kementerian Pertanian memberikan perhatian
penuh kepada kebijakan pembangunan pertanian yang mampu meningkatkan pemahaman
petani dalam mengantisipasi perubahan iklim.
Di samping itu, meningkatkan kemampuan sektor pertanian untuk
beradaptasi dengan perubahan iklim, termasuk di dalamnya membangun sistem
asuransi akibat perubahan iklim, merakit dan menerapkan teknologi tepat guna
dalam memitigasi emisi gas rumah kaca, serta meningkatkan kinerja penelitian
dan pengembangan di bidang adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Terkait antisipasi perubahan iklim, perlu adanya peningkatan
kemampuan kita dalam hal seperti aspek klimatologis, seperti peningkatan
kemampuan prediksi pola hujan, musim dan pengembangan kalender tanam. Lalu,
aspek hidrologis yang meliputi prediksi dan antisipasi keadaan sumberdaya air,
penciutan luas lahan pertanian di sekitar pantai karena naiknya muka air laut.
Serta perbaikan pengadaan dan distribusi sarana pertanian, termasuk
pengembangan daerah pertanian baru pada lokasi berEsiko iklim yang rendah untuk
memenuhi kebutuhan pangan ke depan.
Dukungan inovasi teknologi pun tidak boleh dilupakan dalam
rangka pencapaian target produksi di tengah perubahan iklim ini. Salah satu
inovasi teknologi yang paling menonjol dalam mengatasi perubahan iklim adalah
teknologi varietas unggul benih. Seperti untuk mengatasi kekeringan ada
Dodokan, Silugonggo, Situ Bagendit, Situ Patenggang, Limboto, Inpago 5, Inpari
1, 10, 11, 12 dan 13.
Sementara untuk yang tahan rendaman atau banjir ada Inpara 3,
4 dan 5. Sedangkan varietas padi tahan salinitas untuk mengantisipasi tanah
dengan salinitas tinggi, kita memiliki Margasari, Dendang, Lambur, Lalan,
Indragiri, Air Tenggulang dan Banyuasin.
Pembaca, meski kesempatan untuk menanam padi pada tahun ini
lebih banyak karena terjadi kemarau basah, namun tantangan yang bisa membuat
kegagalan produksi atau penurunan produksi pun ada, seperti munculnya serangan
organisme pengganggu tanaman (OPT). Dalam kondisi iklim yang basah, OPT bisa
tumbuh lebih subur. Perubahan suhu dan kelembaban ini menyebabkan peningkatan
serangan OPT, sementara perubahan pola angin memfasilitasi penyebarannya.
Selain itu, juga terjadi pergeseran pola tanam. Karena itu Kementerian
Pertanian, sangat waspada dan menyiapkan diri agar produksi tanaman padi tidak
terganggu oleh OPT.
Sumber : tabloidsinartani.com