DIOLUHTAN. Pada hewan seperti sapi, komposisi darah didalam tubuh cukup besar yaitu
3,5 – 7% dari total berat tubuh. Di Rumah Pemotongan Hewan (RPH), darah seringkali dibuang begitu saja
dan berpotensi menjadi limbah yang mengganggu lingkungan.
Padahal, jika diolah dengan baik, darah memiliki nilai ekonomi yang
cukup tinggi, antara lain menjadi tepung darah untuk pakan ternak ikan/udang
ataupun pupuk tanaman (Wiyono, 2007).
Tepung Darah sangat mudah dibuat. Bahan dasarnya adalah darah sapi yang
bisa diambil dari Rumah Pemotongan Hewan (RPH). Darah yang telah beku tersebut
kemudian dimasak, dikeringkan, kemudian digiling menjadi tepung. Tepung inilah
yang nantinya diberikan kepada ikan/udang dengan dosis untuk ikan maksimal 3%
dan udang maksimal 5%
Menurut Nuranto (2008) tepung yang diolah dari darah sapi memiliki
kandungan protein, nitrogen alami (N), asam amino yang tinggi, serta sedikit
fosfor (P). Menurut hasil analisis Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Sumatera Utara tepung darah sapi memiliki kandungan nitrogen 12,18%, P205
5,28%, K20 0,15% dan C-organik 19,01%
Dengan kandungan tersebut tepung darah sangat baik untuk pakan ternak
ikan/udang. Namun bukan itu saja, jika dicampurkan dengan kompos, tepung
darah ternyata bisa meningkatkan unsur hara N (Murbandono, 2000), yang
sangat baik untuk digunakan sebagai pupuk untuk beberapa jenis tanaman
pada fase pertumbuhan, antara lain : mawar, bunga Caladium, jenis
pohon-pohonan, dan lain - lain (Kurnia, 2008).
Untuk pupuk tanaman, selain dengan cara dibuat tepung, darah sapi juga
dapat diolah menjadi pupuk cair. Dengan cara disemprotkan pada bagian bawah
daun, pupuk cair dapat merangsang stomata untuk membuka lebih cepat. Efeknya
adalah meningkatkan kualitas rasa pada sayur dan buah , serta meningkatkan
kemampuan menyerap nutrisi dari tanaman karena mikroba membantu menyediakan
nutrisi yang siap diserap tanaman. Pupuk cair dari darah sapi cukup mudah
dibuat.
Bahan-bahan yang diperlukan :
- 1 liter Darah sapi
- 200 cc EM 4
- 1 kg Gula Pasir/molase
- 20 liter air
Cara membuat :
- Siapkan wadah yang dapat ditutup dengan rapat (jerigen plastic lengkap dengan tutupnya)
- Masukkan semua bahan kedalam jerigen, tutup dengan rapat
- Kocok jerigen agar semua bahan tercampur dengan sempurna
- Biarkan terjadi proses fermentasi.
Kontrol kondisi jerigen setiap hari. Jika jerigen
menggembung,buka tutupnya untuk membuang gas yang terbentuk, namun segera tutup
rapat kembali agar tidak terjadi kontaminasi dengan udara luar.
Setelah 14 hari, pupuk cair darah sapi akan tercium
bau seperti tape. Berarti pupuk siap siap digunakan.
Tips:
- Agar tidak repot membuka tutup jerigen untuk membuang gas, lubangi tutup jerigen, lalu masukkan selang kecil. Celah antara selang dengan lubang pada tutup jerigen dapat disumpal/ditambal dengan lilin agar tidak terjadi kebocoran. Kemudian ujung selang lainnya dimasukkan kedalam wadah berisi air, sehingga tidak ada kontak dengan udara luar (menghindari kontaminasi).
- Pupuk cair dari darah sapi yang sudah jadi warnanya memang masih merah seperti darah. Untuk menghilangkannya dapat dilakukan dengan menggunakan metoda aerasi , yaitu menggunakan bakteri, dan jamur aerob. Selain dapat menjernihkan, metoda aerasi akan memperkaya pupuk dengan bakteri , jamur dan mikroba lain yang bermanfaat bagi tanaman.
Dengan cara penyimpanan yang benar, pupuk cair dari
darah sapi yang telah jadi dapat bertahan selama 3 bulan. Setelah itu , pupuk
tetap dapat digunakan , namun dengan kualitas yang telah menurun.
Sumber : (1) repository.usu.ac.id;
(2) iswaraorchid.wordpress.com; dan (3) binaukm.com