Telah kita ketahui bersama bahwa kesehatan merupakan hal
terpenting dan utama dalam kehidupan manusia dibandingkan lainnya seperti
jabatan, kekuasaan, pangkat, ataupun kekayaan. Tanpa kesehatan yang optimal,
semuanya akan menjadi tidak bermakna, oleh karena itulah sehat dan bugar
merupakan dambaan setiap orang.Studi epidemiologi menunjukkan ada kaitan erat antara status
kesehatan dan usia harapan hidup manusia dengan pola konsumsinya. Masyarakat di
daerah yang banyak mengkonsumsi protein, lemak, gula dan garam misalnya,
ternyata lebih banyak ditemukan sebagai penderita penyakit-penyakit degeneratif
dibandingkan masyarakat di wilayah yang banyak mengkonsumsi karbohidrat, serat
dan vitamin.
Negara dengan mayoritas penduduk berusia panjang seperti
Jepang, mengkonsumsi makanan yang kaya akan kacang-kacangan, sayur dan buah
serta berkebiasaan minum teh hijau. Masyarakat eskimo yang hidupnya tidak lepas
dari konsumsi ikan, jarang sekali ditemukan sebagai penderita penyakit jantung.
Kelompok mayarakat yang terbiasa mengkonsumsi susu fermentasi ternyata juga
mempunyai rata-rata usia yang lebih panjang.
Peningkatan prevalensi penyakit degeneratif di Indonesia,
memotivasi para peneliti pangan dan gizi Indonesia untuk mengeksplorasi
senyawa-senyawa antioksidan yang berasal dari sumber alami. Tingginya
biodiversity kekayaan alam dan bahan-bahan indigenous yang dianugrahkan oleh
Tuhan kepada bangsa Indonesia, merupakan potensi yang sangat berharga dan
bermanfaat untuk kesehatan masyarakatnya.
Antioksidan
dan sumber-sumbernya
Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menunda,
memperlambat, dan mencegah proses oksidasi lipid. Dalam arti khusus,
antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi
antioksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid (Kochhar dan Rossell, 1990).
Sumber-sumber antioksidan dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok, yaitu antioksidan sintetik (antioksidan yang diperoleh dari hasil
sintesa reaksi kimia) dan antioksidan alami (antioksidan hasil ekstraksi bahan
alami).
Beberapa contoh antioksidan sintetik yang diijinkan
penggunaanya untuk makanan dan penggunaannya telah sering digunakan, yaitu
butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluen (BHT), propil galat, tert-butil
hidoksi quinon (TBHQ) dan tokoferol. Antioksidan-antioksidan tersebut merupakan
antioksidan alami yang telah diproduksi secara sintetis untuk tujuan komersial.
Antioksidan alami di dalam makanan dapat berasal dari (a)
senyawa antioksidan yang sudah ada dari satu atau dua komponen makanan, (b)
senyawa antioksidan yang terbentuk dari reaksi-reaksi selama proses pengolahan,
(c) senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami dan ditambahkan ke
makanan sebagai bahan tambahan pangan (Pratt, 1992).
Senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami adalah
yang berasal dari tumbuhan. Kingdom tumbuhan, Angiosperm memiliki kira-kira
250.000 sampai 300.000 spesies dan dari jumlah ini kurang lebih 400 spesies
yang telah dikenal dapat menjadi bahan pangan manusia. Isolasi antioksidan
alami telah dilakukan dari tumbuhan yang dapat dimakan, tetapi tidak selalu
dari bagian yang dapat dimakan. Antioksidan alami tersebar di beberapa bagian
tanaman, seperti pada kayu, kulit kayu, akar, daun, buah, bunga, biji dan
serbuk sari (Pratt,1992).
Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa
fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam
sinamat, kumarin, tokoferol dan asam-asam organik polifungsional. Golongan
flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol,
isoflavon, kateksin, flavonol dan kalkon. Sementara turunan asam sinamat
meliputi asam kafeat, asam ferulat, asam klorogenat, dan lain-lain.
Jahe (Zingiber officinale Roscoe) biasa digunakan sebagai
bumbu atau obat tradisional.
Komponen-komponen pedas dari jahe seperti 6 gingerol dan 6-shogaol
dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang cukup. Dari ekstrak jahe yang telah
dibuang komponen volatilnya dengan destilasi uap, maka dari fraksi non volatilnya
setelah pemurnian, ditemukan adanya empat senyawa turunan gingerol dan empat
macam diarilheptanoid yang memiliki aktivitas antioksidan kuat (Nakatani,1992).
Ada beberapa senyawa fenolik yang memiliki aktivitas
antioksidan telah berhasil diisolasi dari kedelai (Glycine max L.), salah
satunya adalah flavonoid. Flavonoid kedelai adalah unik dimana dari semua
flavonoid yang terisolasi dan teridentifikasi adalah isoflavon.
Mekanisme
kerja antioksidan
Mekanisme kerja antioksidan memiliki dua fungsi. Fungsi pertama
merupakan fungsi utama dari antioksidan yaitu sebagai pemberi atom hidrogen.
Antioksidan (AH) yang mempunyai fungsi utama tersebut sering disebut sebagai
antioksidan primer. Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke
radikal lipida (R*, ROO*) atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara
turunan radikal antioksidan (A*) tersebut memiliki keadaan lebih stabil
dibanding radikal lipida.
Fungsi kedua merupakan fungsi sekunder antioksidan, yaitu
memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme
pemutusan rantai autooksidasi dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih
stabil (Gordon,1990).
Penambahan antioksidan (AH) primer dengan konsentrasi rendah
pada lipida dapat menghambat atau mencegah reaksi autooksidasi lemak dan
minyak. Penambahan tersebut dapat menghalangi reaksi oksidasi pada tahap
inisiasi maupun propagasi (Gambar 1).
Radikal-radikal antioksidan (A*) yang terbentuk pada reaksi tersebut
relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk dapat bereaksi dengan
molekul lipida lain membentuk radikal lipida baru (Gordon, 1990).
Inisiasi : R*
+ AH ----------> RH
+ A*
Radikal lipida
Propagasi : ROO*
+ AH ------->
ROOH + A*
Reaksi Penghambatan antioksidan primer terhadap radikal
lipida (Gordon 1990)
Besar konsentrasi antioksidan yang ditambahkan dapat
berpengaruh pada laju oksidasi. Pada konsentrasi tinggi, aktivitas antioksidan
grup fenolik sering lenyap bahkan antioksidan tersebut menjadi prooksidan
(Gambar 2). Pengaruh jumlah konsentrasi
pada laju oksidasi tergantung pada struktur antioksidan, kondisi dan sampel
yang akan diuji.
AH + O2
-----------> A* +
HOO*
AH + ROOH ---------> RO*
+ H2O + A*
Antioksidan bertindak sebagai prooksidan pada konsentrasi
tinggi (Gordon 1990)
Peranan
antioksidan pada kesehatan
Proses penuaan dan penyakit degeneratif seperti kanker
kardiovaskuler, penyumbatan pembuluh darah yang meliputi hiperlipidemik,
aterosklerosis, stroke, dan tekanan darah tinggi serta terganggunya sistem imun
tubuh dapat disebabkan oleh stress oksidatif.
Stress oksidatif adalah keadaan tidak seimbangnya jumlah
oksidan dan prooksidan dalam tubuh. Pada kondisi ini, aktivitas molekul radikal
bebas atau reactive oxygen species (ROS) dapat menimbulkan kerusakan seluler
dan genetika. Kekurangan zat gizi dan adanya senyawa xenobiotik dari makanan
atau lingkungan yang terpolusi akan memperparah keadaan tersebut.
Bila umumnya masyarakat Jepang atau beberapa masyarakat Asia
jarang mempunyai masalah dengan berbagai penyakit degeneratif, hal ini
disebabkan oleh menu sehat tradisionalnya yang kaya zat gizi dan komponen
bioaktif. Zat-zat ini mempunyai kemampuan sebagai antioksidan, yang berperan
penting dalam menghambat reaksi kimia oksidasi, yang dapat merusak makromolekul
dan dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan.
Antioksidan
vs kardiovaskular dan kanker
Peran positif antioksidan terhadap penyakit kanker dan
kardiovaskuler (terutama yang diakibatkan oleh aterosklerosis/penyumbatan dan
penyempitan pembuluh darah) juga banyak diteliti. Antioksidan berperan dalam
melindungi lipoprotein densitas rendah (LDL) dan sangat rendah (VLDL) dari
reaksi oksidasi.
Pencegahan aterosklerosis ini dapat dilakukan dengan
menghambat oksidasi LDL menggunakan antioksidan yang banyak ditemukan pada
bahan pangan.
Adapun untuk kanker dan tumor banyak ilmuwan spesialis setuju
bahwa penyakit ini berawal dari mutasi gen atau DNA sel. Perubahan pada mutasi
gen dapat terjadi melalui mekanisme kesalahan replikasi dan kesalahan genetika
yang berkisar antara 10-15 %, atau faktor dari luar yang merubah struktur DNA
seperti virus, polusi, radiasi, dan senyawa xenobiotik dari konsumsi pangan
sebesar 80-85 %. Radikal bebas dan reaksi oksidasi berantai yang dihasilkan
jelas berperan pada proses mutasi ini. Dan resiko ini sebenarnya dapat
dikurangi dengan mengkonsumsi antioksidan dalam jumlah yang cukup.
Kesimpulan
Hasil oksidasi lemak pada makanan ternyata mempunyai dampak
besar terhadap kesehatan manusia yang mengkonsumsinya. Pengetahuan bagaimana
cara pencegahan proses oksidasi ini sangat diperlukan, yang pada gilirannya
sangat bermanfaat pada pemeliharaan kesehatan setiap individu. Pengetahuan
berbagai jenis antioksidan yang ada di alam serta manfaatnya bagi kesehatan
tubuh sangat membantu kita dalam mengatur pola makan untuk mendapatkan tubuh
sehat dan bugar.
Berbagai kajian dan studi tentang antioksidan masih perlu
dilakukan mengingat manfaatnya yang besar bagi kesehatan. Bahan-bahan alam dari
laut seperti tumbuhan mikro alga dan hewan laut perlu di eksplorasi karena
kandungan bioaktifnya terutama antioksidan belum secara tuntas dieksplorasi.
Diambil
dari bacaan BBPP Ketindan
http://www.bbppketindan.info/index.php?option=com_content&view=article&id=185:peran-positif-antioksidan-terhadap-penyakit-kanker-dan-kardiovaskuler-&catid=10:artikel-umum&Itemid=29