Pemenuhan
bahan pangan merupakan usaha yang mendasar bagi menusia. Pasalnya, manusia
tidak bisa mempertahankan hidupnya tanpa pangan. Pengertian pangan sebagai hak
asasi manusia ini tidak hanya bersifat kuantitatif saja, tetapi juga mencakup
aspek kualitatif.
Pangan
yang tersedia haruslah pangan yang aman untuk dikonsumsi, bermutu dan bergizi.
Dengan demikian pembicaraan tentang pangan memang pada kenyataannya sulit
dipisahkan dengan gizi. Salah satunya dengan masalah fortifikasi.
Fortifikasi
merupakan upaya meningkatkan mutu gizi pangan dengan menambahkan satu atau
lebih zat gizi mikro pada pangan. Sederhananya, fortifikasi merupakan pengayaan
bahan makanan untuk meningkatkan kadar gizi pada manusia.
Fortifikasi
merupakan hal yang penting bagi kesehatan, dan juga tumbuh kembang generasi
mendatang. Seperti diketahui, kurangnya gizi yang dialami banyak anak di
Indonesia bukan tidak mungkin akan mempengaruhi kesehatannya di masa mendatang,
dan pada akhirnya bukan tidak mungkin akan menyebabkan terganggunya kualitas
kesehatan generasi selanjutnya.
Kekurangan
gizi
Seperti
diketahui, ada empat kekurangan gizi yang anyak ditemukan. Sebut saja protein,
vitamin A, yodium, dan juga zat besi. Meskipun terkesan sepele, kekurangan
keempat nutrisi tersebut memiliki dampak langsung ke kesehatan. Kekurangan zat
besi, misalnya, dapat menyebabkan anemia. Selain menyebabkan anemia, kuranganya
zat besi juga mnyebabkan tubuh lebih cepat terserang lemah, letih, dan juga
lesu dalam beraktivitas.
Untuk
mencegah masalah ini, makan diperlukan sebuah usaha yang disebut fortifikasi.
Dengan cara menambahkan satu atau lebih fortifikan (zat gizi) kepada bahan
makanan dan minuman yang dikonsumsi secara massal dan terus-menerus. Berbicara
mengenai bahan pangan yang difortifikasi, beberapa bahan bisa dimunculkan dalam
usaha menaikkan mutu gizi. Di antaranya garam, beras, gula, tepung terigu, dan
minyak goreng.
Tidak
heran memang, pasalnya bahan yang disebutkan tersebut merupakan bahan konsumsi
utama yang digunakan masyarakat.
Sebut
saja garam, banyak orang dapat berpuasa dari konsumsi gula, menyeruput teh
manis, kue, dan lain-lain, tetapi garam sangat sulit dipisahkan di kehidupan
sehari-hari. Berawal dari sanalah, agar bahan pangan di atas kaya akan gizi,
maka ditambahkan zat gizi. Misalnya garam yang ditambahakan unsur yodium.
Bahan
lainnya yang bisa difortifikasi adalah minyak goreng. Dengan menambahkan
vitamin A pada minyak goreng, diharapkan kerusakan retina dan gangguan tumbuh
kembang anak bisa dihilangkan.
Diharapkan
dengan fortifikasi ini, konsekuensi serius dari kekurangan zat pangan tersebut
termasuk ketidakmampuan belajar secara baik, penurunan produktivitas kerja, kesakitan,
dan bahkan kematian, bisa dikurangi utnuk mendapatkan kualitas yang baik di
segi kesehatan.
Sumber : Ediarta Bastim (www.agammenyemai.com)