DIOLUHTAN - Mengolah
lahan padi?
Padahal pemuda usia 30 tahun dengan nama lengkap Agus Siswoyo asal Dusun Widuri RT 1 RW 7 Desa
Cingkrong Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan ini sedang di pekarangan
samping rumah. Tak ada bajak, pacul atau peralatan lain layaknya petani
mengolah tanah sawah. Hanya cetok yang ada di genggaman untuk memasukkan tanah
yang sudah dicampur kompos ke dalam pot dan polibag. “Pot dan polibag ini untuk
media tanam padi. Hasil panennya bagus lho mas,” kata Agus bersemangat.
Mulailah
ia menceritakan pengalamannya menanam padi menggunakan pot dan polibag semenjak
tahun 2009. Pada mulanya, hanya sebatas ujicoba sekaligus untuk mengetahui
karakter varietas padi. Namun melihat hasilnya yang luar biasa, Agus kemudian
menanam padi di ratusan polibag. Total sudah ratusan varietas yang pernah ia
tanam hingga panen. Mulai dari ciherang, mugibat, logawa, sri jaya, merah 85,
ciliwung bangkok hingga parikesit.
Agus
tak sembarangan menilai bagus hasil panenanya. Ia menghitung detil berapa gram
padi yang dihasilkan. Satu polibag, sebaiknya ditanami satu bulir atau batang
padi. Hal itu berkaitan dengan keterbatasan asupan makanan yang tersedia. Lebih
dari satu batang pun bisa, namun hasilnya tak akan maksimal.
Misalnya
satu bulir padi varietas inpari 10, akan menghasilkan 82 anakan. Padahal kalau
di lahan persawahan paling banter hanya 50 anakan. Dari jumlah anakan itu akan
muncul sekitar 58 malai (batang padi). Jika dipanen bisa mencapai 120 gram
gabah kering panen. Artinya hasil panen bisa dua hingga tiga kali lipat dari
lahan persawahan. “Jadi pekarangan tak hanya bisa ditanami sayur atau buah.
Segala makanan pokok sebenarnya bisa. Tanam padi tidak harus punya sawah,” ujar
pemuda lulusan Jurusan Teknik Elektronika Industri SMK 7 Semarang yang
keranjingan uji coba bidang pertanian ini.
Soal
biaya, dipastikan murah meriah. Harga pot berdiameter 30-35 cm hanya Rp 5
ribuan. Polibag lebih murah lagi, Rp 5 ribu untuk 1 kg yang berisi 50 plastik.
Tanah dan kompos bisa mengolah sendiri atau membeli dengan harga kisaran Rp 10
ribu/karung. Jika dikalkulasi dengan pupuknya, per polibag hanya membutuhkan
biaya Rp 8 ribu mulai dari tanam hingga panen. Soal hama, tentu lebih minim.
Lantaran media sudah steril. Paling hanya burung pemakan biji yang jadi
ancaman. Hanya, yang perlu diperhatikan adalah metode penyiramannya.
Terpisah
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (Dinpertan TPH) Grobogan
Edhie Sudaryanto mengatakan sudah ada beberapa masyarakat yang mempraktekan hal
tersebut. Tanam padi dengan sistem polibag tidak mengenal musim bulan tanam pun
bisa. Artinya, mau panen tiap bulan juga bisa. Tinggal diatur masa tanamnya.
“Semakin banyak yang menanam tanaman pangan, buah, sayuran di pekarangan maka
ketahanan pangan akan semakin meningkat. Dinas mendukung inovasi dan
kreatifitas masyarakat,” kata Edhie.
Hanung Soekendro/ CN34 /SM Network in http://berita.suaramerdeka.com/padi-polibag-tanam-dan-panen-bisa-sepanjang-tahun/