DIOLUHTAN. Fungsi utama dari antibiotik pada sapi potong
adalah menyembuhkan penyakit akibat infeksi bakteri. Namun sekitar 50 tahun
yang lalu, para peternak menemukan manfaat lain dari penggunaan
antibiotik, yaitu dapat mempercepat penggemukan tubuh ternak
sapi.
Sejak saat itu, antibiotik akhirnya digunakan oleh banyak perusahaan
untuk membesarkan ternak sapi mereka. Penelitian yang dilakukan tidak menafikan
hal ini, akan tetapi para ilmuwan juga menemukan efek samping yang
merugikan dalam jangka waktu panjang. Bakteri yang menyerang ternak
sapi lama kelamaan ternyata menjadi kebal terhadap antibiotik.
Penemuan ini segera mengundang banyak kritikan. Penelitian lebih
lanjut bahkan berhasil membuktikan bahwa bakteri yang kebal antibiotik
ini ini tidak hanya berbahaya bagi ternak sapi tetapi juga pada kesehatan
manusia. Jika manusia mengkonsumsi daging sapi yang mengandung bakteri yang
kebal terhadap antibiotik, maka akan mempersulit pengobatan infeksi pada tubuh
manusia.
Oleh sebab itu, beberapa Negara seperti Uni Eropa, sudah melarang
penggunaan antibiotik untuk menggemukkan sapi. Menyusul Korea Selatan
yang akan melarang praktek tersebut bulan depan. Di Amerika Serikat, Badan
Pengawas Pangan dan Obat-obatan (FDA) sudah mengusulkan larangan
penggunaan antibiotika pada ternak yang sehat sejak tahun 1977. Tapi, Kongres
meminta penelitian lebih jauh, dan hasilnya pada bulan Juni tahun lalu FDA
telah meminta peternak menghentikan penggunaan antibiotika dalam jangka
panjang.
Rekomendasi tersebut rupanya tidak memuaskan bagi para pemerhati kasus
ini. Lima organisasi lingkungan dan konsumen tetap meminta pengadilan untuk
memaksa pemerintah federal segera memberlakukan larangan praktek ini di
seluruh wilayah amerika.
Akan tetapi menurut para peternak larangan ini tidak beralasan.
Ketakutan akan meningkatnya kekebalan pada bakteri, lebih disebabkan oleh
penggunaan antibiotik pada ternak yang terlalu banyak atau penyalahgunaan yang
dilakukan oleh manusia sendiri. Sedangkan untuk menggemukkan sapi , para
peternak ini hanya menggunakan antibiotik tingkat rendah yang menurut mereka
tidak membahayakan.
Sumber : www.voanews.com