Bacillus
thuringiensis (Bt) mungkin merupakan insektisida mikrobiologi yang paling luas
dikenal. Bakteri gram positif ini dideteksi pertama kali pada tahun 1902 pada
larva ulat sutera (Bombyx mori) yang mati. Di Eropa, Bt diketemukan juga
diketemukan sebagai penyakit pada bubuk tepung di Thuringen (Jerman).
Sejak
diketemukannya, memakan waktu 50 tahun sebelum akhirnya diketahui bahwa semacam
protein yang dihasilkan ketika bakteri ini mencapai fase sporulasi,
bertanggungjawab atas efek insektisidanya.
Bacillus
thuringiensis (Bt) merupakan patogen (penyebab penyakit) bagi berbagai jenis
serangga yang sangat spesifik. Bt merupakan insektisida racun perut. Saat
sporulasi, bakteri menghasilkan kristal protein yang mengandung beberapa
senyawa insektisida yang bekerja merusak sistem percernaan serangga. Setelah
termakan kristal protein ini akan dilarutkan oleh enzym protease, kemudian
toksin yang dihasilkan akan terikat pada sel usus tengah (midgut) serangga pada
reseptor sipesifik. Racun ini menghancurkan selaput usus serangga, serangga
akan berhenti makan dan mati dalam 2 – 3 hari (sumber lain 1 – 4 hari).
Dari
B. thuringiensis didapat 4 agen toksik, yakni alpha-eksotoksin (enzym
fosfolipsa), beta-eksotoksin (suatu nukleotida), gamma-eksotoksin (fosfolipasa)
dan delta-endotoksin (parasporal inclusion protein). Setiap toksin terikat pada
reseptor spesifik yang berbeda, dan ini menjelaskan adanya selektivitas yang
berbeda dari beberapa isolat atau subspesies Bt.
Studi
yang dilakukan secara luas pada pestisida berbasis Bacillus thuringiensis
menunjukkan bahwa B. thuringiensis dan isolat-isolatnya diklasifikasikan
sebagai non-toksik. LD50 oral tidak ada infeksi atau keracunan yang diamati
pada tikus yang diperlakukan dengan 4.7 X 1011 spora per kg produk. Dermal LD50
(tikus) >5000 mg.kg bb. Beberapa produk dapat mengakibatkan iritasi mata
sementara (mungkin karena bahan pembawanya). Klasifikasi EPA (formulasi) kelas
III. Tidak nampak adanya reaksi alergik atau masalah kesehatan lainnya pada
mereka yang terlibat dalam penelitian, produksi serta pengguna B.
thuringiensis.
Dikenal
adanya beberapa varietas atau subspecies Bt, masing-masing dengan berbagai
strain, isolat dan sebagainya. Beberapa diantaranya yang telah diproduksi
secara komersial adalah sebagai berikut.
B.
thuringensis subsp. kurstaki
Digunakan
untuk mengendalikan berbagai larva Lepidoptera, terutama ulat daun kubis
(diamond-back moth: Plutella xylostella) pada kubis, dan lepidoptera lainnya
pada sayuran dan kehutanan.
B.
thuringiensis subsp. morrisoni isolat Sa-10 dan NovoBtt
Dahulu
dikenal sebagai Bacillus thuringiensis subsp. tenebrionis atau Bacillus
thuringiensis subsp. san diego. Subspesies ini efektif untuk mengendalikan
Coleoptera, baik larva maupun serangga dewasa, terutama kumbang kolorado
(Leptinotarsa decemlineata) pada tanaman kentang dan Solanaceae lainnya.
B.
thuringiensis subsp. aizawai
Beberapa
isolat dan konjugat Bacillus thuringiensis subsp. aizawai digunakan untuk
mengendalikan larva Lepidoptera, termasuk Spodoptera spp., juga yang sudah
resisten terhadap subsp. kurstaki.
B.
thuringiensis subsp. japonensis
Bacillus
thuringiensis subsp. japonensis efektif intuk mengendalikan kumbang tanah pada
lapangan rumput dan tanaman hias.
B.
thuringiensis subsp. israelensis
Bt.
subsp israelensis hanya efektif untuk mengendalikan Diptera, seperti lalat dan
nyamuk, di saerah perairan (saluran buangan, dsb.).
Disarikan dari Berbagai Sumber