DIOLUHTAN-Jakarta -
Selama lima tahun terakhir, buah-buahan Indonesia sulit menembus pasar Jepang
dan Tiongkok. Kedua negara ini menolak buah Indonesia dengan alasan tak
higienis dan terkena hama lalat buah.
Seperti
diketahui, lalat buah adalah hama yang menyerang buah dan sayur-sayuran.
Buah-buahan yang terkena penyakit lalat buah menjadi busuk. Buah juga mengalami
perubahan bentuk yakni menjadi hitam dan mengeras.
Lima tahun
berlalu, Kementerian Pertanian (Kementan) berusaha kembali bisa menembus pasar
ekspor buah pada dua negara tersebut, dengan harapan mendongkrak ekspor
buah Tanah Air.
Hasanuddin
Ibrahim, Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian menyebut, ada tiga cara agar
ekspor buah menembus Jepang dan China.
Caranya,
manajemen pengendalian hama terpadu.Pertama, memasukkan buah yang
terserang penyakit dalam kasa.Kedua, melakukan hot water treatment saat buah dipanen. Terakhir, pemberlakukan uap
panas atau vapor heat
treatment.
"Memang ujung-ujungnya terkena beban
biaya yang harus ditanggung petani," imbuh Hasanuddin. Dia
mengaku, penolakan kedua negara atas salah satu jenis buah
yaitu mangga, berdampak pada ekspor buah Tanah Air. Pasalnya, mangga
adalah buah ketiga terbesar ekspor setelah nanas dan manggis.
Hasanuddin
menyebut, nilai ekspor nanas bisa mencapai 250 juta dollar AS lalu
manggis 20 juta dollar AS. Nilai ekspor mangga 3 juta dollar AS dan pisang 2
juta dollar AS.
Pada tahun
2013 angka sementara Badan Pusat Statistik produksi buah berorientasi ekspor
mangga mencapai 2,05 juta ton pertahun. Lalu, pisang mencapai 5,3 juta
ton, salak mencapai 991.762 ton dan jeruk mencapai 1,4 juta ton.
Sumber : Mona T (kompas.com)