Lamtoro
adalah salah satu bahan pakan hijauan untuk ternak sapi yang mudah didapat.
Di Indonesia Lamtoro memiliki beberapa nama lain yaitu : petai
cina,petai selong, pelending, kalandingan,peuteuy selong, kemlandingan, metir,
lamtoro dan lamtoro gung (=lamtoro besar; untuk varietas yang bertubuh lebih
besar).
Tanaman yang termasuk jenis perdu dari suku Fabaceae (=Leguminosae, polong-polongan)
ini berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah. Penyebaran Lamtoro di Asia
dilakukan oleh Penjajah Spanyol yang membawa biji-biji tanaman ini ke Filipina
di akhir abad XVI, sebagai peneduh tanaman kopi, penghasil kayu bakar, serta
sumber pakan ternak yang cepat tumbuh.
Dari Filipina mulailah lamtoro menyebar luas ke pelbagai bagian dunia.
Keberadaan lamtoro di Indonesia berawal di pulau jawa untuk kepentingan
pertanian dan kehutanan, kemudian menyebar ke tempat lain termasuk malaysia.
Itu sebabnya di Malaysia tanaman ini disebut sebagai “petai jawa”.
Sama seperti di Indonesia, di negara lain Lamtoro juga memiliki banyak
nama yang berbeda seperti :- Papua Nugini ; lamandro
- Filipina ; ipil-ipil, elena, kariskis
- Thailand ; krathin
- Inggris ; leucaena, white leadtree
- Perancis ; leucaene, faux mimosa
- Leucaena leucocephala ssp. Ini adalah subspecies yang pertama kali disebar luaskan oleh bangsa Spanyol di atas. Di Jawa dikenal sebagai lamtoro atau petai cina ‘lokal’, berbatang pendek sekitar 5 m tingginya dan pucuk rantingnya berambut lebat.
- ssp. glabrata (Rose) S. Zárate. Dikenal sebagai lamtoro gung, semua bagian tanaman ini berukuran besar daripada Leucaena leucocephala ssp.
- ssp. ixtahuacana C. E. Hughes; yang menyebar terbatas di Meksiko dan Guatemala.
Lamtoro mudah sekali diperbanyak dengan menggunakan biji, atau
dengan pemindahan anakan. Lamtoro menyukai iklim tropis yang hangat (suhu
harian 25-30 °C), jika ditanam pada ketinggian di atas 1000 m dpl,
pertumbuhannya agak terhambat..
Tinggi dari lamtoro umumnya sekitar 10 meter, walaupun ada yang mencapai
20 meter.Tanaman ini cukup tahan terhadap kekeringan, namun tidak tahan
terhadap genangan air.
Untuk dapat menghasilkan hijauan secara maksimal, lamtoro harus ditanam
cukup rapat dan dikelola dengan baik. Sedangkan hasil paling ekonomis
didapatkan dengan cara menanam lamtoro dengan jarak 5-8 m, kemudian diseling
dengan rumput
Hama yang sering menyerang lamtoro adalah kutu loncat (Heteropsylla
cubana). Serangan hama ini di Indonesia di akhir tahun 1980an, telah
mengakibatkan habisnya jenis lamtoro ‘lokal’ di banyak tempat
Sebagai pakan hijauan ternak sapi, Daun-daun dan ranting muda lamtoro
mengandung protein yang cukup tinggi yaitu 36,82%. Kandungan lainnya adalah
Lemak=5,4%, Karbohidrat=16,08%, Abu=1,31%, Serat kasar=18,14%, Air=8,8%.
Sedangkan biji dari buah polongnya (yang sudah tua), setiap 100 gram
mempunyai kandungan gizi : Kalori=148 kalori, Protein=10,6 gram, Lemak=0,5
gram, Hidrat arang=26,2 gram,Kalsium 155 miligram, Fosfor=59 gram, Zat besi=2,2
gram, Vitamin A=416 SI, Vitamin B1=0,23 miligram, Vitamin C=20 miligram.
Tingkat ketercernaan lamtoro juga paling tinggi diantara jenis-jenis
polong-polongan dan hijauan pakan ternak tropis lainnya yaitu antara 60-70%.
Campuran rumput dengan 20-30% lamtoro dapat menghasilkan pertambahan
bobot yang cukup signifikan. Ternak sapi tidak boleh diberi lamtoro
terlalu banyak, karena terdapat kandungan mimosin, yaitu sejenis asam amino
yang dapat merontokkan bulu.
Sumber : www.iptek.net.id, tipsehat.net dan id.wikipedia.org