Kepala Badan Litbang Pertanian
Kementerian Pertanian Dr Haryono mengajak para peneliti untuk mampu
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian yang "mumpuni"
yakni teknologi yang mampu menjawab tantangan saat ini.
"Tantangan teknologi saat ini adalah keterbatasan
sumber daya dan dampak perubahan iklim. Tugas peneliti untuk mengembangkan
teknologi yang mampu menjawab dua hal ini," katanya.
Haryono mengemukakan hal itu saat
membacakan kata sambutan Menteri Pertanian Suswono, usai pengukuhan tiga
profesor riset Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian, oleh LIPI, di
Kampus Cimanggu, Kota Bogor, Jawa Barat
Haryono menyebutkan ada tiga
revolusi bidang sains yang dapat menjawab ke dua tantangan yang sedang terjadi
di dunia yakni revolusi di bidang bioteknologi, nanoteknologi, dan teknologi
informasi.
Dijelaskannya dibidang bioteknologi,
Human Genome Project Amerika Serikat telah dapat mengidentifikasi 30,000 gen di
dalam DNA manusia dan menguraikan 3 miliar nukleotida yang membentuk DNA. "Penemuan
ini menjadi cetak biru informasi genetika manusia," ujarnya.
Penemuan berikutnya lanjut dia di
bidang nanoteknologi yang didefenisikan sebagai teknologi yang berbasis skala
nanometer (1 nanometer = 10 pangkat min 9 m). Skala tersebut sangat kecil, jauh
lebih kecil dibanding mikroteknologi yang berada di skala mikrometer (1
mikrometer = 10 pangkat min 6 m). Berbagai macam alat yang dibentuk pada skala
nanometer dapat merevolusi bidang komputasi, informasi dan teknik. "Penemuan di bidang nanoteknologi saat ini masih
didominasi oleh terobosan di bidang material sains," katanya.
Untuk bidang teknologi informasi
Haryono mengatakan akan mengalami kemajuan sangat pesat di dalam abad ini.
Menurutnya, berkembangnya
istilah-istilah teknologi seperti neural network, fuzzy logic, genetic
algorithm, distributed inteligent, DNA dan quantum computing di
berbagai media iptek mengindikasikan bahwa informasi teknologi yang sedang
berkembang sangat terkait dengan kedua bidang lainnya. "Sedangkan tantangan pemanasan global merupakan faktor
perubahan mendasar ke depan pada pertanian nasional dan global," ujar Haryono.
Haryono menyebutkan dampak langsung
perubahan iklim pada pertanian adalah melalui degradasi sumber daya pertanian
dan infrastruktur.
Dampak tersebut berlanjut pada
gangguan terhadap sistem produksi pertanian, terutama pangan, seperti penurunan
dan ketidakpastian produktivitas dan luas panen yang berujung pada ancaman
kerawanan pangan serta peningkatan kemiskinan. "Kondisi ini menujukkan, penelitian yang mengait dengan
upaya rekayasa genetika, bioteknologi serta teknologi ramah lingkungan harus
mendapat pertahian utama," katanya.
Haryono menambahkan, peran peneliti
Badan Litbang Pertanian sangat diharapkan dalam menciptakan teknologi pertanian
yang mumpuni mampu menjawa dua tantangan tersebut bagi pembangunan pertanian di
Indonesia.
Sumber : Antara.news.com (pewarta : Laily Rahmawati dan Editor :
Aditia Maruli)