PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) berjanji bakal
melepaskan sedikitnya 5.000 ekor sapi ke pasaran saat Jokowi-JK berkuasa. Saat
ini, perseroan hanya mampu melepas 1.500 ekor sapi bakalan.
Tetapi,
syaratnya perseroan meminta dukungan pemerintah mendatang agar membantu
mengembangkan sektor peternakan sapi. "Kami akan siapkan program plasma
sapi, " ujar Direktur Utama PT RNI Ismed Hasan Putro di Kantor RNI,
Jakarta, Minggu (12/10).
Target
5.000 ekor sapi tersebut, sebagai bentuk dukungan terhadap program Jokowi soal
ketahanan pangan. Selain itu, diharapkan harga sapi di pasaran bisa mengalami
penurunan. Saat ini harga daging di pasar tradisional masih berkisar antara Rp
90 ribu-Rp 100 per kilogram. Padahal RNI selama ini sudah mampu menjual dengan
harga Rp 70 ribu per kilogram.
Hambatan
yang dialami perseroan, terhalang oleh izin yang diberikan Kementerian
Perdagangan untuk impor sapi induk yang bisa dikembangkan di Indonesia.
"RNI masih diperlakukan diskriminatif oleh Kemendag. Padahal RNI bisa
memanfaatkan ini untuk menurunkan harga daging sapi. Ini karena adanya
keterlibatan kartel dan impor sapi," jelas dia.
Dia
menegaskan, program yang akan dilaksanakan oleh RNI, akan bekerjasama dengan
para peternak sapi di beberapa wilayah seperti di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan
Jawa Barat. Nantinya milik petani dan kita pool di kandangan kami, perseroan
hanya sebagai apalis.
"Bisnis
kita harus melibatkan masyarakat. Tinggal kita pertanyakan konsistensi
pemerintahan Jokowi agar betul-betul mewujudkan program daulat pangan khususnya
sapi dan gula," ungkapnya.
Sudah dua tahun harga
daging sapi di Indonesia terus melonjak
Ismed Hasan Putro pun mengatakan harga sapi di pasaran
belum pernah mengalami penurunan sejak tahun 2012. Tercatat, saat ini harga
daging di pasar tradisional masih berkisar antara Rp 90.000 sampai Rp 100 per
kilogram.
Padahal
dibandingkan negara tetangga, semisal Malaysia harga daging hanya Rp 49 ribu
per kg. Untuk itu, dikatakan Ismet Indonesia bisa mengalami puasa daging hingga
2016 mendatang.
"Di
Kuala Lumpur Rp 49.000 per kilogram, sedangkan di Indonesia sudah dua tahun
tidak turun-turun harga daging. Maka bisa jadi krisis (daging sapi) akan datang
2016," ujarnya. Perseroan bakal melakukan ekspansi di sektor bisnisnya
bidang agri industri terutama sektor peternakan sapi. Hal ini guna memenuhi
kebutuhan sapi hidup di dalam negeri.
Bahkan
dirinya memberanikan akan melepas 5.000 ekor sapi. Namun, sayangnya program ini
masih terhalang oleh izin yang diberikan Kementerian Perdagangan untuk impor
sapi induk yang bisa dikembangkan di Indonesia.
"RNI
bisa memanfaatkan ini untuk menurunkan harga daging sapi yang sampai saat ini
masih bertahan Rp 90 ribu. Ini karena adanya keterlibatan kartel dan impor
sapi," jelas dia.
Sumber : merdeka.com