Mantan Pimpinan Pertanian Kecamatan (PPK) Peternakan, Disnak
Kab. Bone, Sulsel, Yusran A. Yahya, SPt, MSi berpendapat, revolusi peternakan
bisa menjadi bagian upaya untuk mewujudkan Kedaulatan Pangan dan Energi.
"Kedaulatan
pangan meliputi swasembada daging dan energi bisa dicapai sekaligus, karena
bahan pangan sekaligus juga sumber energi," Yusran dalam diskusi tentang Revolusi Peternakan di Balai
Penyuluhan Kecamatan (BPK) Bontocani, Senin (6/10).
Kedaulatan pangan meliputi swasembada daging, menurut dia,
tentu tidak hanya berupa ketahanan pangan karena kalau hanya ketahanan pangan,
bisa dicapai dengan impor yang penuh dengan kolusi dan korupsi seperti selama
ini. "Kedaulatan harus dimaknai
sebagai `Berdikari` yang diserukan Bung Karno beberapa dasa warsa lalu,"
tuturnya.
Tentu, lanjut Yusran, untuk mencapai swasembada daging, perlu
perencanaan yang matang. "wahhh…. entah
berapa juta ekor kambing, domba dan sapi yang telah rebah, disembelih dan
darahnya membasahi bumi Indonesia dalam rangka perayaan Idul Qurban selama ini.
Tapi, mengapa negeri ini belum pernah mencapai swasembada ternak? Apakah kita
bukan bangsa yang mau belajar memanfaatkan kesempatan yang diberikan Allah
melalui Idul Qurban?" tutur Yusran balik bertanya yang didampingi
seorang ustadz.
Pada bagian lain Yusran mengemukakan, ketaqwaan ummat Islam
dengan menyembelihan hewan kurban langsung kepada Allah, sementara dagingnya
dikonsumsi manusia. Sebuah ibadah yang komplit. Hablum minallah dan hablum
minanas. Vertikal kepada Allah, horizontal kepada sesama manusia.
Penyembelihan hewan pada Idul Qurban adalah sebuah ibadah
sosial yang bernilai ekonomi tinggi dan melibatkan banyak pihak dengan dampak
berlipat ganda bagi kepentingan nasional.
Ibadah sosial ini, menurut dia, jika dikelola secara
profesional, baik dan benar, berdampak dahsyat. Kaum dhuafa, yang jarang makan
daging, memperoleh sumber asupan protein yang sangat diperlukan untuk menjaga
kesehatan. Dan, lebih jauh dari itu: petani dan peternak dan tukang potong
hewan, pedagang dan seluruh mata rantai pengadaan hewan mendapat rezeki.
Parni mengemukakan, jumlah umat Islam di Indonesia sangat
besar dan orang yang mampu berkurban terus meningkat, karena itu Idul Qurban
adalah momentum sangat penting sebagai titik awal bagi kebangkitan ekonomi
nasional melalui pemberdayaan peternak lokal menuju swa-sembada daging.
"Tapi,
mengapa kita masih terus mengimpor daging setelah merayakan Idul Qurban selama
ini?” Salah satu jawabannya, menurut
dia, adalah karena banyak uang bergemerincing dalam bisnis impor daging, hingga
menyeret sejumlah pihak, termasuk politisi, ke Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) dengan tuduhan telah menerima suap.
Turut bergabung dalam diskusi tersebut yang oleh Yusran
menamakan diskusi revolusi peternakan tersebut antara lain Kepala BPK/BP3K, PPK
Peternakan, dan para Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan.
Sumber
: Harian Tribun Bone, Selasa, 7 Oktober 2014 : Hal.4