Petani
bersama Mahasiswa KKN Unhas gel. 87 di Desa Bana Kec. Bontocani, Kab. Bone, Sulsel, melakukan
pengendalian hama tikus dengan menggunakan rodentisida dipandu oleh penyuluh
pertanian Desa Bana.
Tikus
merupakan salah satu Organisme Penganggu Tanaman (OPT) yang meresahkan petani.
Seiring berkurangnya musuh alami tikus yang ada di ekosistem sawah,
berpengaruh terhadap perkembangan populasi tikus. Pada jaman dulu kita bisa
melihat banyak burung hantu serta ular yang ada disawah yang merupakan musuh
alami bagi tikus, sehingga dengan sendirinya populasi tikus dapat dikontrol dan
dapat terkendali dengan adanya rantai makanan yang ada. Karena burung hantu,
ular, elang merupakan predator utama bagi tikus. Namun perkembangan populasi
manusia yang semakin meningkat menyebabkan musuh-musuh alami tikus mulai
tergeser. Sehingga dikhawatirkan populasi tikus bisa eksplosif dan membahayakan
tanaman padi. Demikian ungkap Penyuluh Pertanian, Y.A. Yahya saat menjelaskan
proses kegiatan yang akan dilaksanakan.
Selain
secara alami, petani mengendalikan tikus dengan cara gropyokan (mekanik) maupun
menggunakan pestisida (kimia). Pestisida efektif yang digunakan adalah
rodentisida alpostran (tiran) yang bahan aktifnya belerang. Alpostran ini
dibuat menggunakan belerang yang dikemas menggunakan kertas dan di campur
dengan bubuk mesiu sebagai penghantarnya. Aplikasi tiran cukup mudah dan bisa
dilakukan oleh petani seorang diri. Pertama petani mengontrol lubang, atau
mencari lubang aktif, caranya petani mencari lubang tikus kemudian menutup
lubang tersebut menggunakan tanah. Keesokan harinya petani melihat kembali
lubang yang telah ditutup. Apabila lubang yang telah ditutup pada hari
sebelumnya tanahnya terbuka lagi, itulah yang disebut lubang aktif.
Selanjutnya
tiran dipasang dalam corong, yang dibakar pada ujungnya, setelah terbakar bubuk
mesiu akan melontarkan bahan aktifnya, kemudian dimasukkan kedalam lubang aktif
tersebut, setelah bubuk mesiunya habis lubang ditutup kembali menggunakan
tanah, serta asap yang keluar lewat lubang-lubang kecil dari sarang tikus
tersebut ditutup sehingga tidak ada asap yang keluar. Karena bahan aktif
tercampur dengan asap semburan bubuk mesiu.
Dari
perlakuan tersebut beberapa petani membuktikan dengan cara menggali lagi sarang
tikus yang sudah diaplikasikan tiran. Hasilnya tikus yang berada di dalam
lubang tersebut semuanya mati. Apabila ada tikus yang sempat lari keluar sarang
waktu aplikasi tiran, tikus tersebut telah teracuni dan panca indranya rusak
sehingga tikus pun akan mati di luar lubang.
Itulah
mengapa rodentisida ini dianggap sangat efektif dan efisien, karena dalam
aplikasinya sangat mudah dan tidak banyak membutuhkan tenaga kerja. Diharapkan
cara ini mampu mengendalikan perkembangan tikus yang selama ini masih menjadi musuh
bagi petani. Sehingga keamanan tanaman padi di sawah bisa terjaga,
produktifitas meningkat dan kesejahteraan petani pun akan meningkat pula.
Yusran A. Yahya