Harga pupuk urea nonsubsidi sekarang sudah mencapai Rp4.500 per kilogram, kalau tidak segera disikapi pemerintah, harga pupuk `liar` akan terus bermunculan karena adanya spekulan yang bermain dan memanfaatkan kesempatan,"
Diorama
Penyuluhan Pertanian - Ketua Umum
Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir menyatakan sekarang ini sudah
terjadi adanya harga pupuk "liar", padahal yang dijual adalah pupuk
bersubsidi.
"Harga pupuk urea nonsubsidi sekarang sudah mencapai
Rp4.500 per kilogram, kalau tidak segera disikapi pemerintah, harga pupuk liar
akan terus bermunculan karena adanya spekulan yang bermain dan memanfaatkan
kesempatan," katanya disela-sela persiapan Pekan Nasional (Penas) XIV KTNA
di Kabupaten Malang, Jumat.
Ia mengakui munculnya harga pupuk liar tersebut terjadi
akibat adanya pemangkasan kuota pupuk bersubsidi, dari 9,7 ton menjadi 7,76
juta ton, sehingga untuk memenuhi kebutuhan pupuk bersubsidi petani
diberlakukan sistem relokasi.
Winarno mencontohkan pada saat kebutuhan Januari ternyata
kurang, maka diambilkan dari stok jatah bulan berikutnya. Karena jatah pada
bulan berjalan diambil terus untuk memenuhi kebutuhan bulan sebelumnya,
diperkirakan stok pupuk bersubsidi hanya akan mencukupi kebutuhan petani hingga
September atau Oktober mendatang. Oleh karena itu, kata Winarno, sebelum masa pemerintahan
sekarang berakhir, harus sudah ada solusinya, seperti dianggarkan dalam APBN
Perubahan, meski sebenarnya kurang yakin bisa terealisasi karena terjadi
defisit anggaran.
Selain itu, solusi lain yang mungkin bisa dilakukan adalah
menaikkan harga pupuk bersubsidi, yakni dari harga Rp1.800/kg, dinaikkan
menjadi Rp2.000/kg. "Saya kira solusi tersebut tepat untuk mengatasi
kekurangan suplainya dan sedikit mengurangi beban pemerintah untuk membayar
pupuk yang belum terbayar di tingkat produsen (pabrik)," ujarnya.
Ia mengemukakan pupuk bersubsidi yang belum dibayar
pemerintah di tingkat produsen (pabrik) mencapai sebesar Rp16 triliun. Jika
tidak segera dibayarkan, perusahaan pupuk itu akan kolaps.
Sementara Tim Pengawas Pupuk Bersubsidi Kabupaten Malang
Helijanti Koentari menyatakan, berkurangnya alokasi pupuk di daerah-daerah
memang disiasati dengan sistem relokasi dan kebutuhannya disamaratakan setiap
bulannya.
"Padahal, kebutuhan petani setiap bulan kan tidak sama.
Ada waktu penggunaannya sedikit dan pada waktu tertentu kebutuhannya cukup
banyak, seperti pada Mei hingga April tahun berikutnya," katanya.
Sebelumnya Menteri Pertanian Suswono memastikan jika petani
tidak akan sampai kekurangan kebutuhan pupuknya, meski ada pemangkasan kuota.
Sebab, produsen sudah diinstruksikan untuk memberikan berapapun kebutuhan pupuk
petani. "Jika terjadi kurang bayar ke pabrik pada tahun ini,
bisa diajukan melalui APBN Perubahan atau dialihkan pada tahun
berikutnya," tegasnya.
Anggaran untuk subsidi pupuk petani pada tahun ini dipangkas
sebesar Rp4 triliun, dari sebesar Rp15 triliun menjadi Rp11 triliun, sehingga
berdampak pada pengadaan kuota pupuk bersubsidi, yang semula sebanyak 9,7 juta
ton menjadi 7,76 juta ton.
http://www.antaranews.com/berita/437657/ktna-sekarang-ada-harga-pupuk-liar