Berkebun tentu pekerjaan yang
menyenangkan. Daripada melihat halaman rumah kosong, alangkah indahnya
ditumbuhi pepohonan. Mengurusi aneka tanaman hias, buah-buahan, atau tumbuhan
obat dapat menjadikan waktu luang lebih berguna. Suasana tempat tinggal pun
tampak lebih segar. Tapi, bagaimana bila tidak memiliki lahan yang memadai?
Atau cuma sejengkal tanah di depan rumah yang pas-pasan? Padahal, keinginan
merawat pohon sangat besar.
Tentang
hal itu, tak perlu patah semangat. Ibu-ibu, kaum remaja atau para bapak yang
sudah pensiun tetap dapat melakukannya di sela-sela aktivitas rutin
sehari-hari. Vertikultur adalah cara pertanian yang hemat lahan. Sangat cocok
diterapkan di daerah permukiman padat.
Kata vertikultur diambil dari bahasa
Inggris, verticulture yang merupakan penggabungan dua kata, vertical dan culture. Pengertiannya
adalah suatu cara pertanian yang dilakukan dengan sistem bertingkat. Mengolah
tanah dalam sistem ini tidak jauh berbeda dengan menanam pohon seperti di
sebuah kebun atau sawah. Namun ada kelebihan yang diperoleh, yaitu dengan lahan
yang minimal mampu menghasilkan hasil yang maksimal.
Pada pertanian secara umum atau
konvensional, mungkin satu meter persegi hanya dapat ditanami lima batang
pohon. Lewat pola bersusun atau bertingkat ini, dapat ditumbuhi sampai lima
batang.
Caranya yaitu dengan membuat sebuah
rak untuk menaruh tanaman. Tanpa harus menanamnya langsung pada lahan yang ada.
Rak tersebut dapat terbuat dari kayu, papan atau bumbu. Bila ingin lebih kuat
dapat menggunakan kerangka besi atau stainless steel. Tapi itu lebih mahal
ongkos pembuatannya.
Mengenai model dan ukuran, terserah
kreativitas pemesan. Dibuat sedemikian rupa agar mampu menjejali banyak
tanaman. Pada umumnya adalah berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau
dibentuk mirip anak tangga. Dengan beberapa undak-undakan atau sejumlah rak.
Yang penting adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan.
Beberapa bentuk bangunan
dikombinasikan dengan bahan seperti seng atau aluminum persegi panjang.
Kegunaannya yaitu untuk menaburi tanah, sebagai media tanam. Itu mirip dengan
petak sawah atau kebun.
Sejumlah pot bunga dapat pula
dijejerkan di atas rak. Soal wadah pohon itu, tidak harus membelinya di pasar.
Coba saja tengok ke gudang atau serambi rumah. Kaleng cat, bekas minyak
pelumas, atau botol plastik minuman mineral yang sudah tidak terpakai, dapat
dimanfaatkan.
Anti banjir
Dalam pembuatan kerangka bangunan,
yang perlu diperhatikan adalah ukuran tinggi. Perawatan tumbuhan akan lebih
mudah bila rak dibuat sewajarnya. Karena pengertiannya bertani bertingkat,
tentu tak ubahnya seperti sebuah tangga, bersusun ke atas.
Tidak langsung menanam di dasar
tanah pada pekarangan, tapi diatasi lantai. Jarak sedikit agak tinggi dari
permukaan tanah, amat berguna bila terjadi genangan air. Lantai pun tetap
bersih bila memang ditaruh di sekitar ruangan berubin atau keramik.
Rak mudah ditaruh di mana saja
sesuai keinginan. Bisa di halaman depan, samping, di atas tingkat, bahkan di
dalam kamar sekalipun. Kerangka bangunan dibuat lebih tinggi untuk mencegah
terendamnya tanaman oleh air.
Kreativitas di rumah bisa disalurkan
dengan mengecat pot atau rak. Untuk menambah sentuhan seni yang lebih menarik.
Dikombinasikan pula dengan aneka warna dari berbagai jenis tanaman. Boleh juga
ditambah dengan pernak-pernik pot, seperti wadah air di bawahnya atau pot-pot
gantung.
Selain tanaman hias, pohon obat juga
baik sekali ditanam. Lumayan untuk menambah koleksi, lagi pula sangat
bermanfaat. Jenis tapak dara, sambiloto atau pecah beling dengan mudah hidup di
dalam pot.
Tidak itu saja, kombinasi tabulapot
(tanaman buah dalam pot) akan menambah isi “kebun” lebih padat. Untuk
mendapatkannya, silakan saja ke penjual tanaman. Bermacam-macam pohon yang
kecil-kecil sudah berbuah banyak disediakan.
Drum bekas atau sisa kaleng cat
ukuran terbesar sekali cocok sekali sebagai wadahnya. Memang jenis pepohonan
tersebut terlalu berat ditaruh di atas rak. Namun, bapak atau ibu dapat
menyesuaikan penempatannya.
Vertikultur sangat cocok dipakai untuk
budi daya tanaman semusim, misalnya sayur-sayuran. Selain menanamnya mudah,
hasilnya langsung dinikmati. Aneka sayuran yang dapat ditanam antara lain
seledri, selada, kangkung, bayam atau kemangi. Pohon cabai, tomat, atau terong,
juga mudah sekali tumbuh di dalam pot. Jenis poly bag atau kantung plastik
tebal berwarna hitam, dapat menggantikan fungsi pot tanaman.
Tinggal bagaimana cara merawat dan
mengolahnya saja. Bila hasilnya berlebihan, dijual sebagai tambahan keluarga.
Lagi pula lebih sehat dan ramah lingkungan.
Lho, apa hubungannya? sebab dalam
budi daya bercocok tanam ini, para anggota keluarga tidak perlu lagi
mengeluarkan dana untuk membeli pupuk. Pupuk alami mampu dibuat sendiri dari
sisa-sisa sampah dapur. Potongan-potongan sayuran, kulit buah atau sisa-sisa
makanan merupakan bahan organik yang bermanfaat. Yaitu bahan yang mudah terurai
oleh tanah dan diperlukan oleh tanaman.
Pembuatannya cukup menimbun di dalam
tanah. Dibiarkan terurai selama kurang lebih satu bulan lamanya. Setelah itu
dapat dipakai sebagai media tanam. Dengan ditambah oleh campuran pasir, tanah
gembur, serta pupuk kompos tadi. Takarannya yang seimbang, yaitu 1:1:1. Selamat
berkebun.
Sumber : www.studiolanskap.or.id