Sebagai pakan ternak sapi gamal memiliki nilai gizi
yang cukup tinggi, dengan nilai protein kasarnya antara 18-30% dan nilai
ketercernaan 50-65%. Namun ada beberapa unsur terkandung didalam pohon gamal
hal yang harus menjadi perhatian yaitu :
1.Zat Anti Nutrisi
Pada pohon Gamal terdapat molekul alkaloid (yang belum dapat
diidentifikasi) dan Tanin, senyawa pengikat protein yang tergolong zat anti
nutrisi. Namun kedua senyawa ini jumlahnya tidak sebanyak jika dibandingkan
dengan pohon Kaliandra (Calliandra calothrysus).
2.Zat Racun
Gamal sudah sejak lama diketahui mengandung racun yang berbahaya bagi
jenis hewan tertentu. Di Amerika Tengah, campuran antara daun dan kulit kayu
gamal yang ditumbuk, serta rebusan biji jagung digunakan sebagai racun
tikus dan racun binatang pengerat (rodenticidal) lainnya. Di beberapa daerah
pesisir Jawa Barat, kulit batang dan biji Gamal biasa digunakan sebagai
campuran bahan pembuat racun ikan.
Ada beberapa jenis zat beracun yang dikandung oleh pohon Gamal. Yang
pertama adalah dicoumerol, suatu senyawa yang dapat mengikat
vitamin K dan mengganggu serta menggumpalkan darah. Namun berdasarkan
penelitian, senyawa ini tidak terlalu berbahaya untuk ternak ruminansia seperti
sapi.
Senyawa racun yang kedua adalah HCN (Hydro Cyanic Acid),
sering disebut juga Prussic Acid, Asam Prusik atau Asam Sianida. Bila
dibandingkan dengan umbi singkong/ketela pohon yang mencapai 50-100mg/kg,
kandungan HCN dalam Gamal yang hanya 4mg/kg, memang cukup rendah, namun
perlu diwaspadai.
Pada gamal juga terdapat senyawa Nitrat (NO3) yang dapat
menyebabkan keracunan nitrat (nitrate poisoning). Di dalam pencernaan
ternak sapi, terjadi proses konversi Nitrate menjadi Nitrit. Apabila
jumlahnya cukup banyak, nitrit akan terakumulasi di dalam rumen, kemudian
diserap oleh sel darah merah dan bersatu dengan hemoglobin membentuk
methemoglobin. Akan tetapi, kemampuan methemoglobin untuk membawa oksigen tidak
sebaik hemoglobin, akibatnya detak jantung dan pernafasan ternak sapi
akan meningkat, darah dan lapisan kulit berubah warna menjadi biru
kecoklat coklatan, otot gemetar, sempoyongan dan bila tidak segera ditangani
ternak sapi akan mati lemas karena kekurangan oksigen di dalam darah.
Walaupun secara teori pohon gamal "beracun", pada prakteknya
hanya sedikit sekali ditemukan kasus-kasus pada ternak sapi, terkecuali pada
ternak non ruminansia. Menurut Lowry (1990), sesungguhnya masalah utama
dari gamal bukanlah pada tingkat racunnya, tetapi pada tingkat kesukaan
(palatability).
Ternak sapi yang belum pernah memakan gamal, memang cenderung
segera menolak daun Gamal pada saat mengendusnya pertama kali. Hal ini
kemungkinan besar disebabkan oleh aroma yang dikeluarkan oleh daun gamal.
Beberapa literatur menyebutkan, tindakan pelayuan pada daun gamal selama
12 – 24 jam terbukti dapat mengatasi hal ini.
Beberapa peternak yang sudah berpengalaman memiliki satu trik
untuk “memperkenalkan” daun gamal pada ternak sapinya, yaitu dengan cara
melaparkan ternak terlebih dahulu. Selama setengah hari (dari pagi sampai sore)
ternak sapi hanya disediakan air minum yang cukup, tanpa pemberian makanan.
Baru pada malam harinya pada ternak sapi ini diberikan daun Gamal yang
telah dilayukan dan dilanjutkan dengan pemberian rumput. Jika sudah satu
kali memakannya, keesokan harinya ternak sapi ini tidak akan menolak
lagi.
Daun gamal juga dapat diawetkan. Jika memiliki stok yang cukup banyak,
dengan menggunakan metoda silase, daun gamal dapat digunakan sebagai
bahan pakan cadangan yang cukup awet dan disukai oleh ternak sapi
Sumber : manglayang.blogsome.com