Tulisan ini mencoba untuk memperoleh jawaban bagaimana mengatasi
lambatnya perkembangan sistem informasi pertanian melalui cyber extension dan
bagaimana mendorong kesiapan penyuluh dalam memanfaatkan cyber
extension? Sekaligus mencari dan menemukan strategi yang tepat dalam
memanfaatkan cyber extension untuk pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian.
Oleh : Dr. Zahron Helmy
Tentang kesiapan penyuluh menggunakan sistem informasi cyber
extension, dari hasil penelitian saya dengan menggunakan analisis Structural
Equation Model (SEM/ Model Persamaan Struktural), diketahui bahwa
penyuluh di Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Bekasi relatif belum
memanfaatkan cyber extension.
Hal ini dikarenakan sebagian besar penyuluh belum mampu
mengoperasionalkan komputer dengan jaringan internet. Terbatasnya
perangkat cyber extension, bahkan sebagian besar BP3K belum
ada fasilitas listrik, jaringan telepon, buruknya jaringan koneksi, ditambah
dengan informasi yang dipublikasikan tidak terbarukan, menyebabkan cyber
extension belum mampu memberikan solusi informasi bagi pemenuhan
kebutuhan penyuluhan dan kebutuhan pelaku utama dalam berusahatani.
Penyelenggaraan cyber extension relatif belum
berjalan secara efektif dan efisien. Terjadi "redundant" data,
duplikasi kegiatan, dengan kualitas data yang dikumpulkan relatif masih rendah,
belum sesuai kebutuhan, belum tepat waktu dan tidak up to date. Sistem
umpan balik tidak berjalan optimal, pemanfaatan data/informasi di tingkat
daerah (kabupaten/kota) untuk advokasi, perencanaan program, monitoring dan
evaluasi relatif masih rendah.
Lambatnya perkembangan pemanfaatan cyber extension dikarenakan
ketidaksiapan sumberdaya manusia pertanian/penyuluhan dalam mengantisipasi
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi digital untuk penyuluhan.
Kurangnya sumberdaya manusia yang kompeten dalam pengelolaan cyber
extension baik dalam pengoperasionalisasian perangkat termasuk
perawatan dalam rangka keberlanjutan, maupun kemampuan metodologi penyuluh
dalam menyusun, mengemas kembali materi penyuluhan, menyebabkan sistem
informasi melalui cyber extension menjadi tidak optimal.
Kondisi ini diperlihatkan dari hasil penelitian kepada penyuluh pertanian di
Kabupaten Bekasi dan kabupaten yang sebagian besar belum mampu
mengoperasionalkan komputer dan internet dan belum mampu menyusun dan mengemas
informasi menjadi materi penyuluhan yang sesuai kebutuhan.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, permasalahan yang
ingin diperoleh jawabannya dalam penelitian ini adalah bagaimana mengatasi
lambatnya perkembangan sistem informasi pertanian melalui cyber extension dan
bagaimana mendorong kesiapan penyuluh dalam memanfaatkan cyber
extension? Penelitian ini bertujuan untuk mencari dan menemukan
strategi yang tepat dalam upaya optimalisasi sistem informasi pertanian
melalui cyber extension dan meningkatkan kesiapan penyuluh
pertanian dalam memanfaatkancyber extension untuk pelaksanaan
kegiatan penyuluhan pertanian.
Sumber : www.sinartani.com