Bakso adalah jenis olahan masakan dari daging yang umumnya berbentuk
seperti bola. Sebagian besar Bakso dibuat dari campuran bahan baku dari daging
sapi yang digiling, kemudian dicampur dengan tepung tapioka.
Pada saat akan dinikmati, bakso akan disajikan dengan kuah kaldu sapi
bening yang masih panas, dicampur mi, bihun, taoge, tahu, terkadang telur,
ditaburi bawang goreng dan seledri.
Nama Bakso berasal dari dari kata "Bak-So", yang merupakan
Bahasa Hokkien yang arti harafiahnya adalah 'daging babi giling'. Namun di
Indonesia, karena sebagian besar penduduknya adalah muslim, maka bakso lebih
banyak dibuat dari daging yang halal, umumnya adalah daging sapi.
Jenis makanan ini sangat popular di Indonesia, penggemarnya tidak lagi
dibatasi oleh usia dan tingkat ekonomi. Oleh sebab itu mudah sekali menemukan
bakso diseluruh wilayah Indonesia, tentunya dengan harga yang bervariasi.
Rasa dan aroma bakso, sangat ditentukan oleh komposisi dan jenis
dagingnya. Daging sapi yang segar dengan kualitas baik akan bisa menghasilkan
bakso yang baik pula. Daging segar yang bebas urat, dan sedikit mengandung
lemak seperti bagian lemusir,sengkel dan gandik, adalah pilihan utama dari
produsen/pedagang bakso.
Namun, sebagai pelaku usaha, banyak produsen/pedagang bakso mencoba mencari
celah dari penggunaan bahan baku daging sapi segar ini. Dengan berbagai alasan,
seperti menyiasati harga daging sapi yang terus melambung, atau untuk
menurunkan harga jual agar lebih terjangkau oleh konsumen, produsen/pedagang
bakso ini mengakali bahan baku daging sapi segar ini dengan bahan daging yang
lain, seperti daging sapi beku (impor) dan jantung sapi (impor).
Sebenarnya tidak menjadi masalah jika bakso dibuat dari daging maupun
jantung yang diimpor, selama dilakukan dengan prosedur yang benar. Namun pada
kenyataannya, prosedur impor jantung sapi seringkali bermasalah, atau tidak
dilakukan dengan prosedur alias ilegal.
Ada dua resiko yang harus dihadapi konsumen pada bakso yang menggunakan
jantung sapi sebagai bahan pencampur yaitu :
1.Penyakit
Di Amerika, Eropa, Australia dan negara-negara maju lainnya, jeroan sapi
tidak lagi dikonsumsi manusia. Hati, jantung, limpa dan bagian isi perut
lainnya dinilai rawan terhadap penularan berbagai jenis penyakit. Jika sapi
terserang penyakit, umumnya bagian jeroan itulah yang pertama kali terkena
dampaknya. Oleh sebab itu, masyarakat di Negara-negara seperti tersebut diatas,
tidak mengkonsumsinya. Lantas mengapa mereka meng-ekspornya ke Indonesia ?
Alasan yang paling masuk akal adalah, komoditi tersebut ternyata masih
bernilai, apalagi diimpor secara ilegal. Kebutuhan yang sangat besar untuk
campuran bakso, membuat jantung sapi termasuk komoditi yang sangat laku di
Indonesia. Selain karena struktur serta dagingnya yang melintang menyerupai
daging sapi, harga jantung sapi juga jauh lebih murah dibandingkan daging sapi
lokal. Harganya bisa hanya setengah dari harga daging sapi segar. Dengan
perbedaan harga yang cukup signifikan ini, pedagang bakso dapat menjual
produknya dengan harga yang lebih murah dan mendapatkan keuntungan yang lebih
banyak.
2.Kehalalan
Hati, jantung atau jeroan lainnya merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari daging sapi. Artinya jika sapi tersebut disembelih secara
halal, maka seluruh bagiannya menjadi halal. Sebaliknya, jika sapi tersebut
tidak disembelih sesuai dengan syariat Islam, maka seluruh bagiannya menjadi
tidak halal, termasuk daging, tulang, kulit dan jerohannya.
Jika yang digunakan membuat bakso adalah jantung sapi yang diimpor
secara ilegal, kita tidak pernah tahu kehalalannya. Apalagi jika menghitung
jumlah jantung sapi impor yang beredar di Indonesia, angkanya tidak cocok
dengan jumlah total pemotongan sapi di RPH yang memenuhi strandar halal
didaerah asalnya.
Angka impor jeroan yang dilakukan Indonesia, dari tahun ke tahun
menunjukkan peningkatan yang signifikan. Impor tersebut mencakup jantung, hati,
paru dan limpa. Data yang menarik, bagian yang paling banyak diimpor adalah
jantung, bukan lagi hati.
Pemerintah sendiri, melalui Dirjen Peternakan, telah membatasi masuknya
jeroan, terutama yang tidak jelas asal dan status kesehatannya. Namun pada
kenyataannya, banyak sekali jantung sapi yang masuk ke Indonesia melalui
jalur-jalur yang tidak resmi, sehingga keberadaannya sulit dilacak. Oleh sebab
itu, Jantung sapi yang beredar di pasaran rata-rata dijual dengan cara
tersembunyi (tidak dipajang).
Sumber : id.wikipedia.org, www.anneahira.com dan groups.yahoo.com