Sosis
merupakan makanan asing yang sudah akrab dalam kehidupan masyarakat Indonesia
karena rasanya enak. Sosis
merupakan salah satu produk olahan daging yang sangat digemari masyarakat
Indonesia sejak tahun 1980-an. Istilah sosis berasal dari bahasa Latin, yaitu
salsus, yang artinya garam. Hal ini merujuk pada artian potongan atau hancuran
daging yang diawetkan dengan penggaraman.
Jenis
Casing
Terdapat tiga
jenis casing yang sering digunakan dalam pembuatan sosis, yaitu alami, kolagen,
serta selulosa. Casing alami biasanya terbuat dari usus alami hewan. Casing ini
mempunyai keuntungan dapat dimakan, bergizi tinggi, dan melekat pada produk.
Kerugian penggunaan casing ini adalah produk tidak awet.
Casing kolagen
biasanya berbahan baku dari kulit hewan besar. Keuntungan dari penggunaan
casing ini adalah dapat diwarnai, bisa dimakan, dan melekat pada produk. Casing
selulosa biasanya berbahan baku pulp. Keuntungan casing selulosa adalah dapat
dicetak atau diwarnai dan murah. Casing selulosa sangat keras dan dianjurkan
untuk tidak dimakan.
Saat ini telah
dikembangkan poly amid casing, yaitu casing yang terbuat dari plastik. Casing
jenis ini tidak bisa dimakan, dapat dibuat berpori atau tidak, bentuk dan
ukurannya dapat diatur, tahan terhadap panas, dan dapat dicetak.
Nilai
Gizi
Sosis
merupakan produk olahan daging yang mempunyai nilai gizi tinggi. Komposisi gizi
sosis berbeda-beda, tergantung pada jenis daging yang digunakan dan proses
pengolahannya.
Produk olahan sosis kaya energi dan dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat. Selain itu, sosis juga memiliki kandungan kolesterol dan sodium yang cukup tinggi, sehingga berpotensi menimbulkan penyakit jantung, stroke, dan hipertensi jika dikonsumsi berlebihan.
Produk olahan sosis kaya energi dan dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat. Selain itu, sosis juga memiliki kandungan kolesterol dan sodium yang cukup tinggi, sehingga berpotensi menimbulkan penyakit jantung, stroke, dan hipertensi jika dikonsumsi berlebihan.
Ketentuan mutu
sosis berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 01–3820-1995) adalah: kadar
air maksimal 67 persen, abu maksimal 3 persen, protein minimal 13 persen, lemak
maksimal 25 persen, serta karbohidrat maksimal 8 persen.
Kenyataannya,
banyak sosis di pasaran yang memiliki komposisi gizi jauh di bawah standar yang
telah ditetapkan. Hal tersebut menunjukkan pemakaian jumlah daging kurang atau
penggunaan bahan tidak sesuai komposisi standar sosis.
Sumber : Kompas -
PDPI Jatim