Sejak dahulu kala, daging, kulit, serta kotoran sapi
memang termasuk komoditi yang telah terbukti mempunyai nilai ekonomi yang
tinggi. Kini air kencing (urine) sapi ternyata telah mulai menjadi komoditi
berharga. Urine sapi , oleh Ahmad Syukur, warga Desa Mlatiharjo Kecamatan
Gajah, diolah sebagai pupuk cair organik.
Berkat ide dan kerja kerasnya selama tiga tahun, dia mampu menyulap air
kencing sapi dan sejumlah empon-empon dapur menjadi pupuk cair organik.
Urine sapi diproses menjadi pupuk cair organik melalui pencampuran dengan
sejumlah empon-empon yang kemudian di fermentasikan secara sederhana selama 21
hari, dengan proses pengadukan yang dilakukan setiap 7 (tujuh) hari sekali.
Empon-empon adalah aneka bumbu dapur seperti kencur, kunyit, jahe,
lengkuas, serai, daun imbo dan terasi. Semua bahan ini ditumbuk halus kemudian
ditambahkan parutan nanas busuk lalu dicampurkan ke dalam cairan kencing sapi.
Nanas ini berfungsi untuk sebagai bahan pemicu fermentasi.
Untuk pembuatan pupuk cair organik yang ekonomis, dibutuhkan setidaknya
200 liter cairan urine sapi. Kapasitas 200 liter tersebut diperkirakan
diperoleh dari 13 ekor sapi dalam sehari. Untuk menampung urine ini dibutuhkan
instalasi khusus pembuangan limbah ternak secara permanen. Dengan begitu, urine
sapi secara otomatis bisa tertampung dalam wadah yang telah disiapkan.
Dari hasil percobaan di lapangan, pupuk cair organik dari urine
sapi harus diencerkan terlebih dahulu. Dosisnya adalah 1 liter pupuk cair
organik dari urine sapi dicampur dengan 60 liter air. Pupuk ini terbukti
cukup baik sebagai penyubur tanaman, akan tetapi jika komposisinya tidak pas
justru membuat layu tanaman. Selain sebagai penyubur, pupuk ini juga ada
berkhasiat untuk menghalau hama. Dengan demikian, penggunaan pupuk cair organik
dari urine sapi ini dapat menambah keuntungan para petani, karena
mengurangi biaya operasional perawatan tanaman.
Sumber : wawasandigital.com dan submersibledesign.com