DIOLUHTAN. Urea adalah produk sampingan dari pabrik yang mengolah gas bumi menjadi
amoniak. Urea merupakan senyawa organik pertama yang berhasil disintesis dari senyawa
anorganik, yang tersusun dari unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen
dengan rumus CON2H4 atau (NH2)2CO.
Sebagian besar urea yang diproduksi, digunakan pada bidang pertanian
sebagai pupuk kimia. Namun pada perkembangannya, urea juga digunakan pada
bidang peternakan sebagai bahan pengolah pakan. Larutan urea yang
dicampurkan pada bahan pakan ternak, berdasarkan penelitian memang terbukti
meningkatkan kualitas dan merubah struktur serat kasar menjadi bentuk yang
mudah dicerna oleh rumen.
Pemanfaatan urea pada pakan ternak ternyata sudah dilakukan cukup lama
yaitu sebelum abad 20. Bukti tertulis mengenai hal tersebut terdapat pada
sebuah buku terbitan tahun 1918. Buku tersebut berisi catatan seorang peternak
sapi di Amerika Serikat, tentang dosis penggunaan urea pada pakan, yang
didasarkan pada ukuran berat badan sapi.
Berdasarkan hal tersebut, beberapa ilmuwan kemudian melakukan penelitian
mengenai manfaat Urea bagi hewan ternak sapi, antara lain :
- Bergner, seorang nutrisionis dari Jerman, pada tahun 1974 melakukan penelitian pengolahan jerami menggunakan urea. Caranya, urea dicampur air dengan perbandingan tertentu. Larutan yang sudah tercampur rata kemudian disiramkan ke jerami yang sudah disusun. Tumpukan jerami yang telah basah dengan larutan urea kemudian ditutup dengan plastik kedap udara untuk jangka waktu tertentu. Metode ini disebut dengan Ureasi.
- Van der Merme, melakukan ujicoba Ureasi di Afrika Selatan pada tahun 1974, untuk membantu peternak di negara tersebut yang selalu memiliki masalah dengan ketersediaan pakan hijauan.
- Coredess, pada tahun 1981 mengembangkan metode Ureasi dari Bergner dan Van der Merme, dengan perlakuan yang berbeda. Ia menggunakan uap amoniak yang dihasilkan dari pemanasan dan pemberian tekanan pada urea, untuk meningkatkan kualitas jerami padi. Prosesnya diberi nama Amoniasi
- Van Soest, melakukan penelitian pengaruh urea pada rumput gajah pada tahun 1982. Urea ternyata dapat membantu menghidrolisis ikatan lignoselulosa, menghancurkan lignohemiselulosa, melarutkan silika, dan mengembangkan serat selulosa sehingga memudahkan enzim penghancur selulosa bekerja.
- Dr. Ir. Abdel Komar, pada tahun 1984 meneliti pemberian urea sebanyak 4% pada saat mengolah jerami padi jenis IR 38 untuk pakan sapi. Hasilnya, urea tidak hanya meningkatkan kadar protein kasar, tetapi juga meningkatkan daya cernanya hingga 50 % lebih baik.
- Urea merupakan salah satu sumber Non Protein Nitrogen (NPN) yang mengandung 41-45 % N.
- Urea dapat meningkatkan nilai gizi makanan dari bahan yang berserat tinggi
- Urea mampu merenggangkan ikatan kristal molekul selulosa sehingga memudahkan mikroba rumen memecahkannya (Basya, 1981).
Namun, ada ilmuwan lain yang memiliki pendapat berbeda. Profesor
Keith Bolsen, seorang nutrisionis dari Kansas University., membantah
semua kesimpulan diatas. Menurut hasil penelitiannya, ternak sapi yang
diberi pakan yang telah diolah menggunakan urea justru menunjukkan
perkembangan yang negatif. Oleh sebab itu, penggunaan urea pada pakan ternak di
Amerika Serikat tidak lagi disarankan.
Di Indonesia, penggunaan urea pada pakan sapi berawal pada tahun
1980-an, ketika pemerintah mengimpor sapi perah secara besar-besaran, tanpa
terlebih dahulu menyiapkan lahan untuk pakan hijauan. Akibatnya,
banyak peternak sapi perah tidak dapat menyediakan rumput segar berkualitas
untuk menunjang produksi susunya.
Mengacu pada hasil penemuan Begner dan Van der Merme, pemerintah yakin
bahwa Ureasi dan Amoniasi adalah solusi yang paling tepat
untuk mengatasi kekurangan pakan hijauan. Pada saat itu peternak memang belum
banyak yang mengetahui bahwa jerami padi yang selama ini hanya mereka bakar,
ternyata dapat diolah menjadi pakan ternak.
Mulailah pemerintah menyebarluaskan Ureasi dan Amoniasi
ke seluruh peternak di Indonesia. Tidak hanya itu, pemerintah juga memberikan
bantuan cuma-cuma berupa kontainer kedap udara, sebagai salah satu sarana untuk
mengolah jerami padi menggunakan metode Amoniasi.
Hasilnya, ternyata jauh panggang dari api. Ketika hasil ureasi
atau amoniasi jerami padi tersebut diberikan kepada sapi perah,
hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Pada ternak sapi perah betina yang
sedang laktasi, produksi susunya berkurang secara drastis. Beberapa diantaranya
bahkan tidak lagi mengeluarkan susu sebelum masa kering tiba. Yang lebih parah
lagi, banyak ternak sapi betina menjadi mandul setelah diberi pakan berupa
olahan jerami padi.
Demikian juga dengan sapi perah jantan, beberapa diantaranya mati
mendadak setelah diberi pakan olahan jerami. Kasus lain adalah urine (air
kencing) yang dihasilkan berwarna kuning kemerahan, bahkan mengandung
darah segar.
Menanggapi permasalahan itu, Ketua GKSI Cirebon, yang saat itu dijabat
oleh H. Abdoeri (almarhum), segera meminta anggotanya untuk menghentikan
pemberian jerami padi yang diolah dengan Ureasi / Amoniasi.
Hal yang sama juga dilakukan oleh para peternak sapi yang tergabung dalam
organisasi KPBS Pangalengan.
Pemerintah melalui Pusat Diseminasi Iptek Nuklir, kemudian melakukan
penelitian di laboratorium untuk mencari penyebab dari permasalahan yang
terjadi. Hasilnya, pada jumlah tertentu, urea memang dapat membantu
meningkatkan kinerja rumen. Nitrogen yang berasal dari Urea, dengan bantuan
mikroba dalam rumen dapat disintesa menjadi zat protein yang bermanfaat.
Apabila pembentukan NH3 lebih lambat, maka NH3 didalam rumen tersebut dapat
dipergunakan untuk pembentukan protein bakteri secara efisien (Anggorodi,
1994).
Uji lapangan pun digelar diberbagai wilayah, antara lain : Jawa Barat,
Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Lampung, dengan cara
bekerja sama dengan Direktorat Bina Produksi Peternakan, Direktorat Jenderal
Peternakan dan Dinas Peternakan Daerah Tingkat Propinsi dan Kabupaten.
Kesimpulannya, penambahan Urea sebagai Non Protein Nitrogen (NPN) pada
makanan sapi potong, memang bermanfaat bagi ternak sapi, namun dengan syarat
(berdasarkan penelitian Parakkasi,1999) :
- Dosisnya tidak boleh melebihi sepertiga bagian dari total N (protein equivalen), atau 1% ransum lengkap atau 3% dari campuran penguat sumber protein
- Bila protein yang berkualitas tinggi tersebut dapat lolos dari proses degradasi maka akan dicerna secara enzimatis di dalam usus halus yang memungkinkan asam amino essensial dapat digunakan dengan baik oleh induk semangnya.
Selain Parakkasi, ada beberapa ilmuwan lain yang menyatakan bahwa,
takaran pemberian urea yang ideal adalah 100 mg/Kg Berat Badan sapi atau
10 gram/100 Kg Berat Badan sapi atau maksimal 115 gram/ekor sapi.
Apabila diberikan secara berlebih, ternak sapi akan keracunan dengan
gejala-gejala sebagai berikut : sapi tampak gelisah, meneteskan air liur
(ngiler), perut gembung, menyepak-nyepakan kakinya ke perut, jalan sempoyongan,
sesak nafas, dan kematian secara mendadak. Cara mengobatinya, silahkan klik disini
Sumber : id.wikipedia.org dan www.penyakithewan.com