TRANSKRIPSI KETERANGAN PERS PRESIDEN SBY
MENGENAI MASALAH PANGAN BUKITTINGGI, 29 OKTOBER 2013
Bismillahniromahirom
Assalamualaikum Wr. Wb.
Salam sejahtera untuk kita semua
Para wartawan yang saya cintai, sebagaimana Saudara
ketahui, saya selama dua hari ini, kami unsur Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan dunia usaha melaksanakan pertemuan di Kota Bukittinggi, kota yang
bersejarah, kota yang indah dan yang penduduknya ramah, serta rajin beribadah.
Tujuan kami tiada lain adalah untuk membulatkan tekad kami menyusun rencana
aksi dan kemudian dengan sungguh-sungguh menjalankannya mulai saat sekarang ini
ke depan untuk meningkatkan produksi komoditas pangan utama di Indonesianesia
agar makin ke depan kemandirian kita di bidang pangan dapat ditingkatan dan
diwujudkan.
Saudara juga telah mengetahui bahwa penduduk Indonesia
terus berkembang, kelompok menengah yang mengkonsumsi lebih banyak bahan pangan
juga terus meningkat. Sementara itu ada masalah-masalah baru yang dihadapi oleh
sektor pertanian apakah itu karena faktor perubahan iklim, faktor menyusutnya
lahan-lahan pertanian, faktor global seperti gejolak harga pangan sedunia atau
pun distorsi pasar komoditas pertanian yang membutuhkan kebijakan dan solusi
yang tepat dan efektif.
Dalam kaitan itulah, meskipun Pemerintah telah memiliki
kebijakan, strategi, dan program untuk meningkatkan ketahanan pangan kita di
seluruh tanah air, dan langkah-langkah untuk meningkatkan produksi pangan juga
terus kita lakukan yang hasilnya pada umumnya adalah baik. Tetapi sekali lagi,
kami menyadari kalau hanya itu yang dilakukan maka gap antara
apa yang bisa diproduksi oleh negeri kita, dengan yang diperlukan oleh rakyat
kita atau yang dikonsumsi itu masih tetap besar bahkan bisa semakin membesar.
Oleh karena itu, disamping upaya yang terus kita lakukan secara
berkesinambungan sesuai dengan program pembangunan pertanian setiap lima tahun
dan akan terus lanjut, dipandang perlu untuk melakukan langkah-langkah ekstra,
dipandang perlu untuk menjalankan yang disebut crash program,
dipandang perlu ada upaya ekstra mengundang dunia usaha bersama-sama jajaran
pemerintah untuk meningkatkan produksi pangan itu. Itulah yang hari ini kita
tuangkan dalam rencana aksi peningkatan produksi pangan utamanya pada 5
(lima) komoditas utama, yaitu beras, jagung, gula, kedelai, dan
daging sapi. Dalam pembahasan kita, sungguh pun tidak tergolong 5
(lima) komoditas utama tetapi kami membahas dan sekaligus ingin
meningkatkan kecukupuan sekaligus komoditas yang lain, seperti cabai dan bawang,
baik bawang merah maupun bawang putih.
Saudara-saudara, dengan penjelasan saya ini,
alhamdulilah, kita telah bisa menetapkan sebuah rencana aksi, yang Insya Allah,
akan segera kita jalankan. Sukses dari implementasi rencana aksi ini adalah
keterpaduan upaya antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan dunia usaha.
Langkah-langkah yang semestinya kita lakukan di seluruh wilayah Indonesia,
apakah langkah-langkah itu untuk meningkatkan produksi beras, produksi gula,
produksi jagung, produksi kedelai, dan produksi daging sapi. Oleh karena itu,
dalam rencana aksi yang garis besarnya kita tetapkan di Bukittinggi hari ini
akan dilengkapi lagi rencana yang lebih detail. Misalnya, kalau kita ingin
meningkatkan produksi beras 2 (dua) juta ton ke depan, misalnya, maka kita
pastikan dari mana sumbangan masing-masing provinsi sehingga secara kumulatif
kita bisa meningkatkan produksi beras kita sebanyak 2 (dua) juta ton, dari Jawa
Timur berapa, dari Sumatera Selatan berapa, dari Sulawesi Selatan berapa, dan
sebagainya. Ini contoh, demikian juga untuk komoditas yang lain.
Dengan demikian rencana aksi ini disamping jelas sasaran
yang hendak kita capai, siapa yang wajib berkontribusi, dengan target seperti
apa, dengan mekanisme seperti apa, dengan penganggaran seperti apa dan apa
tugas-tugas yang harus dilaksanakan baik pemerintah pusat, pemerintah daerah
maupun dunia usaha. Itulah kira-kira kandungan rencana aksi dan untuk
menjadikan perhatian Saudara semua diteruskan kepada seluruh rakyat
Indonesia, di Bukittinggi ini, yang ingin saya sampaikan dari butir-butir utama
rencana aksi adalah khusus produksi beras.
Kita memperkirakan bahwa untuk tahun 2014 mendatang, yang
diperlukan adalah 33 (tiga puluh tiga) juta ton lebih sedikit. Sasaran produksi
beras yang akan kita capai di tahun mendatang diharapkan 10 (sepuluh) juta
lebih tinggi keperluan kebutuhan beras itu karena kita ingin ada surplus beras
10 (sepuluh) juta ton. Mengapa begitu tinggi? Saya kira saya sudah menjelaskan
di waktu yang lalu, banyak faktor sekarang, perubahan iklim, kemudian gagal
panen, perubahan kebijakan di luar negeri, situasi pasar global, dan
sebagainya. Oleh karena itulah, kita ingin ada tambahan 10 (sepuluh) juta ton
sebagai surplus.
Nah, setelah kita hitung bersama-sama, maka perkiraan
produksi beras tahun depan itu adalah 41 (empat puluh satu) juta ton. Ini apa
yang kita perkirakan bisa kita capai, dengan demikian memang kalau itu yang
kita bisa capai, kita hanya punya surplus sekitar 8 (delapan) juta ton. Oleh
karena itu, diluar rencana aksi ini yang, Insya Allah, bisa kita capai 41
(empat puluh satu) juta ton itu masih terbuka ruang kolaborasi antara dunia
usaha dengan pemerintah untuk lebih meningkatkannya lagi sehingga, Insya Allah,
10 (sepuluh) juta ton surplus itu bisa dicapai paling tidak sebagaimana rencana
aksi ini, kita bisa mencapai surplus sebanyak 8 (delapan) juta ton beras.
Kedelai, kedelai inilah yang sering menjadikan perhatian
rakyat kita, sering menjadi isu sosial karena rakyat Indonesia mengkonsumsi
dalam jumlah besar kedelai untuk tahu, tempe, dan kecap. Untuk diketahui bahwa
kebutuhan kedelai pada tahun depan diperkirakan mencapai 1,988 (satu koma
sembilan delapan delapan) juta ton hampir 2 (dua) juta ton. Sedangkan saya
tanya tadi kepada Menteri Pertanian, produksi kedelai dalam negeri kita tahun
lalu itu hanya mencapai 900.000 (sembilan ratus ribu) ton saja,gap-nya
masih besar. Oleh karena itulah, kita berupaya melalui pertemuan ini dan
pertemuan-pertemuan berikutnya lagi agar kita bisa lebih meningkatkan produksi
kedelai dalam negeri secara lebih signifikan. Memang banyak faktor, tidak semua
wilayah Indonesia cocok untuk tanaman kedelai, tidak semua petani memilih untuk
menanam kedelai ketika harganya terlalu rendah. Inilah faktor utama yang kita
hadapi, oleh karena itulah, kolaborasi dunia usaha dan pemerintah
ingin meningkatkan produksi kedelai ini diluar yang telah dilakukan oleh petani
kita. Kita berharap kalau tahun lalu 900.000 (sembilan ratus ribu) ton, tahun
depan meningkat lagi diatas 1.000.000 (satu juta) ton. Itupun masih ada gap,
masih ada jarak. Pendek kata, kita ingin meningkatkan terus produksi kedelai
ini.
Jagung, jagung ini isinya relatif baik sebenarnya karena
secara nasional kita tidak kekurangan jagung. Kebutuhan jagung tahun depan itu
14,62 (empat belas koma enam dua) juta ton. Kemudian perkiraan produksi kita
ini sudah lebih 19 (sembilan belas) juta ton. Sungguhpun demikian untuk stok,
untuk surplus yang lebih banyak, kita memiliki target 20 (dua puluh) juta ton
untuk tahun depan, Insya Allah, ini bisa kita capai.
Gula, sebenarnya untuk gula konsumsi tidak
mengkhawatirkan karena kalau kita lakukan perkiraan kebutuhan kita tahun depan
sebanyak 2,7 (dua koma tujuh) juta ton sedangkan perkiraan produksi kita
sebanyak 2,8 (dua koma delapan) juta ton, jadi sudah memenuhi, namun kita ingin
meningkatkan lagi menjadi 3,1 (tiga koma satu) juta ton. Inilah yang jadi
sasaran dari produksi gula.
Yang terakhir dari lima komoditas itu adalah daging sapi,
sama dengan persoalan yang berkaitan dengan kedelai, kita juga masih menghadapi
persoalan yang tidak ringan karena rakyat Indonesia sekarang mengkonsumsi lebih
banyak daging sapi. Ini masuk akal, income per kapita
meningkat, daya beli menihgkat, kelas menengah meningkat, dengan demikian maka
secara nasional keperluan daging sapi memang meningkat secara signifikan. Dari
575,88000 ton daging sapi yang kita perkirakan diperlukan rakyat
kita tahun depan, perkiraan produksi daging secara nasional adalah
443,2000 ton. Jadi ada gap antara diperlukan oleh rakyat
dengan yang bisa diproduksi sebesar 130.000 ton daging sapi. Kita punya target
sebenarnya, dari yang, katakanlah kalaubusiness as usual, ditambah
produksi 443 tadi, mau kita naikkan, naik sekitar 20.000 ton daging sehingga
menjadi 463.000. Inilah yang kita bicarakan hari ini sama, kita hitung
kemampuan kita, provinsi demi provinsi dan teknologi apa yang harus kita
lakukan, pendanaan, dan sebagainya. Kita ingin terus meningkatkan sehingga gap-nya
makin kecil, makin kecil.
Satu hal, Saudara-saudara, daging sapi ini jumlahnya
harus pas, harganya harus pas. Kalau harganya terlalu rendah, Saudara-saudara
kita peternak sapi akan merugi, penghasilannya akan jatuh dan tidak baik untuk
nasib Saudara-saudara kita. Tetapi kalau terlalu tinggi sekali, itu konsumen
kita puluhan juta rakyat Indonesia juga sulit untuk membeli daging sapi. Oleh
karena itulah, harganya harus pas, petani atau peternak sapi mendapatkan
penghasilannya yang layak tetapi Saudara-saudara yang lain, konsumen yang lain
bisa membeli dengan harga yang pantas. Itulah pentingnya kita meningkatkan
daging sapi sehingga tidak terus tergantung kepada harga yang katakanlah
ditentukan oleh pasar global karena kita masih mengimpor sapi atau daging sapi
itu, dan langkah kita sangat serius utamanya untuk meningkatkan produksi
kedelai dan daging sapi ini.
Saudara-saudara, itu yang menjadi target kita konkret,
riil, nyata, dan kita akan berusaha keras untuk mencapai sasaran-sasaran itu.
Ada barangkali yang bertanya yang skeptis, yang pesimis, apa bisa dicapai?
Dengan kerja keras, saya yakin sasaran-sasaran itu akan bisa diwujudkan. Dulu,
tahun 2007-2008, ketika ada jarak yang menganga antara beras yang diperlukan
oleh rakyat dengan yang mampu kita produksi, kita tetapkan sekian juta ton,
dengan kerja keras itu bisa dicapai. Oleh karena itu, Indonesia kembali
mendapatkan penghargaan dari FEO karena kita sudah mencapai produksi beras yang
dianggap berswasembada. Namun sekali lagi kita perlu ada surplus mengingat ada
faktor-faktor yang seperti saya sebutkan tadi.
Yang kedua, kita sudah punya RPJP, RPJMN, meningkatkan
infrastruktur dan konektivitas, tapi kalau hanya itu yang kita lakukan,
panjang, bisa sepuluh, dua puluh, tiga puluh tahun. Oleh karena itulah, kita
melakukan percepatan dengan MP3EI, dulu juga diragukan oleh banyak pihak yang
mengatakan itu hanya macan kertas, bukan. Karena minggu lalu saya di
Banjarmasin, meresmikan proyek-proyek baru dan memulai proyek-proyek yang akan
datang. Melalui MP3EI, investasi sudah berjumlah 377,9 triliun, nyata. Maka
rencana aksi ini pun dengan apa yang telah kita bahas, apa yang ditandatangani
oleh gubernur, para menteri, dan dunia usaha tadi, harapan saya semua bisa kita
capai dan wujudkan. Itu memastikan bahwa implementasinya betul-betul terpadu,
tidak ada yang terhenti atau tidak ada hambatan disana sini maka dalam rencana
aksi juga kita bentuk suatu gugus kendali yang akan memantau, mengawasi, dan
kalau ada masalah dicarikan solusinya.
Itulah, Saudara-saudra, inti dari rencana aksi
Bukittinggi dan tentunya saya mengucapkan terima kasih kepada para gubernur
atas kerja kerasnya selama ini, Bapak adalah pahlawan di dalam mengundang
kebutuhan nasional pangan kita, jadi Bapak-bapak juga tahu ada kekurangan tapi
kita bersepakat untuk meningkatkannya lagi. Demikian juga dengan para menteri
terkait, teruslah bekerja keras, Kadin, saya berpesan tadi karena Kadin akan
melaksanakan kegiatan di Sumatera Selatan, saya titipi sekaligus, bahas. Nanti,
hari Senin yang akan datang, tolong sampaikan kepada saya apa yang akan
dilaksanakan dunia usaha untuk menyukseskan rencana aksi ini atau apa yang bisa
dilaksanakan dunia usaha agar sasaran-sasaran itu bisa dicapai dan diwujudkan.
Demikian Saudara-saudara penjelasan saya dan atas
perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Assalamualaikum Wr. Wb.