Teriakan itu memenuhi
ruangan Philipinne International Convention Center (PICC), Manila, Filipina.
Sekitar 100 mahasiswa Indonesia duduk melingkar. Mereka mengepung Dahlan Iskan
yang tengah memegang mikrofon.
Selasa 29 Oktober 2013,
baru saja Dahlan melepas baju toga-nya. Seremoni penganugerah gelar Doctor of
Humanities dari Universitas Arellano, Manila, Filipina usai. Kini ia harus
meladeni obrolan dengan mahasiswa Indonesia di negeri yang berbatasan dengan
Sulawesi Utara itu.
Dahlan merupakan nama
tenar bagi mereka. Mahasiswa Indonesia selalu mengikuti perkembangan politik di
tanah air melalui internet atau gosip dari kolega di tanah air. Maklum, Dahlan
merupakan kandidat kuat konvensi capres Partai Demokrat.
Dahlan memaanfaatkan
pertemuan ini untuk curhat (curahan hati-red) atas pencalonannya dalam capres
konvensi Partai Demokrat. Konon, ia mengajukan tiga syarat ketika mendapat
ajakan dari Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Syarat
pertama, konvensi ini bukan sandiwara. Kedua, survei elektabilitas tidak
menurun. Nah, ternyata survei elektabilitas Dahlan dibanding kandidat lain tak
terkalahkan.
Hasil survei LSI pada 20
Oktober 2013 lalu, Dahlan mengantongi suara 16,1 persen. Angka ini mengungguli
peserta konvensi lainnya, Pramono Edhie Wibowo (5,3 persen), Marzuki Alie (5,3 persen),
dan Gita Wirjawan (2,2 persen).
Sedangkan kandidat lainnya seperti Irman Gusman,
Anies Baswedan, Sinyo Harry Sarundajang, Hayono Isman, Endiartono Sutarto, Dino
Patti Djalal dan Ali Masykur Musa masing-masing hanya meraih di bawah 2 persen.
Ketiga, Dahlan akan mundur jika SBY mengundang
orang yang lebih muda, lebih hebat, dan lebih kaya dari dirinya untuk ikut
konvensi. "Baru kali ini saya menyebutkan orangnya secara jelas, Chairul
Tanjung," ungkapnya.
Tapi, Dahlan sudah memastikan bahwa Chairul tidak
ikut konvensi. Malah, menurut Dahlan, Chairul mempersilakan dirinya untuk
mengikuti konvensi. Makanya ia terus melaju.
Dahlan tak main-main ikut konvensi. Selain dengan
Chairul, dia sudah berkomunikasi dengan tokoh lain untuk maju menuju gelanggang
terbesar di Indonesia 2014 kelak. "Makanya, saya serius ikut konvensi.
Kalau saya bilang tidak mau jadi presiden, itu bohong besar namanya. Saya
mau!" tegasnya.
Beberapa tokoh sudah menanggapi konvensi dengan
serius. Tapi ada dugaan jalannya konvensi seperti sandiwara. Ada dugaan tak
semua peserta konvensi memiliki posisi sama di mata SBY. Sebut saja Pramono
Edhie Prabowo yang menduduki tempat istimewa walau survei elektabilitasnya di
bawah Dahlan.
Pramono mendapat markas pemenangan di Kantor
Sekretariat Gabungan koalisi partai politik pemerintah di Jalan Diponegoro,
Jakarta Pusat. Pramono mendapat tawaran dari tempat tim sukses oleh Djan
Faridz, politikus PPP, pemilik rumah tersebut.
Kesibukan Pramono menggeser Setgab yang hidupnya
kembang-kempis di bawah asuhan SBY sebagai Ketua Setgab. Tetapi tak ada teguran
dari SBY untuk Pramono menyingkir dari markas itu. Dahlan patut khawatir syarat
pertamanya tak pernah dipenuhi. Konvensi bisa jadi hanya sandiwara karena
Pramono istimewa. Bisa jadi konvensi hanya tempe, seperti kata mahasiswa
Indonesia di Filipina.
Sumber : detikNews.com