Yusran A. Yahya
(Penyuluh Pertanian Muda)
(Penyuluh Pertanian Muda)
Bila jumlah agen asing yang masuk ke
dalam tubuh hospes kecil. Maka agen tersebut akan dikelilingi sel-sel fagosit
dan secara bertahap akan tergencet tidak bergerak oleh adanya deposisi jaringan
kolagen di sekitarnya. Bila jumlahnya besar, reaksi hospes lebih besar dengan
timbulnya radang. Kondisi ini ditandai dengan timbulnya udim sebagai akibat
dilatasi kapiler lokal (vaso-dilatasi) karena meningkatnya suplai darah ke
daerah yang terinvasi agen asing.(baca juga penyakit serta prinsip infeksi cacing)
Mengalirnya leukosit ke daerah
terinvasi biasanya diikuti dengan migrasi limfosit yang beberapa darinya akan
mentransformasikan menjadi sel-sel mononuklear atau fibroblas. Fibroblas
mempunyai peranan penting dalam pembentukan kapsul-apsul fibrosa yang
mengelilingi banyak parasit jaringan terutama larva cacing (Trichinella
spiralis). Bila kapsul berada dalam waktu lama bisa terjadi kalsifikasi atau
pengapuran (Sumartono, 2001).
Pertumbuhan- pertumbuhan abnormal
jaringan dengan adanya parasit adalah:
- Hiperplasia,, adanya peningkatan pembelahan sel. Pada kondisi ini jumlah sel meningkat tetapi ukurannya tetap. Pertumbuhan ini sering akibat iritasi seperti pada hati kelinci yang terinfeksi oleh E. Stidae. Harus dibedakan antara hiperplasi dan hipertrofi. Kalau hipertrofi yang meningkat ukuran sel bukan jumlahnya.
- Metaplasia, adalah transformasi satu jenis jaringan ke jaringan yang lain. Abnormal ini tidak umum berkaitan dengan adanya parasit, walaupun dapat terjadi pada infestasi cacing paru Paragonimus westermani.
- Neoplasia, merupakan suatu pertumbuhan sel jaringan baru dari sel-sel yang ada dan dari pertumbuhan semacam itu secara umum disebut sebagai tumor. Suatu neoplasma atau tumor dapat didefinisikan sebagai suatu pertumbuhan baru yang muncul dari jaringan yang ada sebelumnya, tidak tergantung dari kebutuhan organisme dan kemunculannya tidak memiliki tujuan yang berguna, tetapi sebaliknya malah sering merugikan. Cacing parasit adalah salah satu diantara banyak agen penyebab tumor. Misalnya Gangylonema neoplasticum berkaitan dengan pembentukan tumor pada lidah, Paragonimus westermani dan Clonarchis sinesis berkaitan dengan tumor paru-paru pada harimau dan manusia. Namun demikian hanya larva Hydatigera taeniaeformi, Cysticercus fasciolaris (parasit hati rodensia), Spirocerca lupi dewasa parasit esofagus anjing yang benar-benar dituduh berkaitan dengan terbentuknya sarkoma di organ predileksinya. (Sumartono, 2001)
Infeksi C. Tambang (Ankilostomiasis)
Gejala-gejala akibat infeksi cacing
Ankilostomiasis seperti hilangnya darah dalam waktu pendek, tinja lunak,
berwarna gelap serta anemia dapat dilihat dari pucatnya selaput lendir mulut,
mata, vagina, maupun kulit, terutama daerah perut. Radang yang ditimbulkan
menyempitkan muara saluran empedu yang menyebabkan ikterus (Subronto., 2006).
Infeksi C. Gelang (Askariasis)
Penderita cacingan memperlihatkan
gejala kelemahan umum, yang juga disebabkan anemia. Ekspresi muka sayu, mata
berair, dan mukosa mata maupun mulutnya tampak pucat, perut menggantung, malas
berjalan mauun bergerak, tidak jarang gejala konvulsi ditemukan. Migrasi larva
juga mengakibatkan batuk, dispnoea, dan radang paru ringan. Gejala anoreksi
juga sangat mencolok.
Dalam pemeriksaan pasca mati
jaringan tampak anemis dan hidremis, hati tampak pucat, memebesard dengan
beberapa bagian mengalami perdarahan titik atau ecchymosed. Paru-paru tampak
pucat, jantung membesar, pucat, dan mungkin terjadi hidroperikard. Saluran
pencernaan pucat dengan beberapa terjadi perdarahan, cacing dewasa ditemukan
dalam lumen usus, mukosa usus mengalami eosinofilik bersifat local. Perubahan
patologi klinik ditemukan lekositosis, hipoalbuminea, kadar β-globulin
meningkat (Subronto., 2006).
Dicrocoelium dendriticum (Trematoda)
Gejala Klinis seperti anemia,
oedema, dan emasiasi yang sering terjadi pada beberapa kasus (Urquhart; et.all.
1996).
Paramphistomum cervi dan Paramphistomum microbothrium
(Cestoda)
Gejala klinis yang paling sering
adalah diare disertai anorexia dan dehidrasi. Kadang-kadang pada sapi, disertai
hemoraghi di rektum. Kematian pada perjangkitan akut dapat mencapai 90%
(Urquhart; et.all. 1996).
Taenia saginata (Cestoda)
Patogenesis dan gejala klinisnya
dijelaskan bahwa meskipun dibawah kondisi alamiah keberadaan cysticerci dalam
otot sapi tidak ada hubungannya dengan gejala klinis, perkembangan telir T.
saginata menyebabkan myocarditis dan gagal jantung. Pada manusia, cacing pita
dewasa mungkin menyebabkan diare dan nyeri perut (Urquhart; et.all. 1996).
Cooperia (Nematoda)
Gejala klinis yaitu adanya penurunan
selera makan, penurunan berat badan dan dengan adanya Cooperia punctata dan
Cooperia pectinata, diare, penurunan berat badan yang drastis dan oedema pada
submandibula (Urquhart; et.all. 1996).
Strongyloides (Nematoda)
Gejala klinis umum yang sering
terlihat hanya pada hewan sangat muda adalah diare, anorexia, kusam, penurunan
berat badan (Urquhart; et.all. 1996).
DAFTAR PUSTAKA
Subronto., 2006. Penyakit Infeksi
Parasit & Mikroba Pada Anjing & Kucing. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Sumartono. 2001. Parasitologi
Umum. Yogyakarta: Bagian Parasitologi FKH UGM.
Urquhart G.M., Armour J., Duncan
J.L., Dunn A.m., and Jennings F.W. 1996. Veterinary Parasitology 2nd
Edition. ELBS, England.