DIOLUHTAN-Keswan. Distokia pada sapi adalah suatu keadaan dimana sapi mengalami
kesulitan melahirkan. Kejadian
distokia pada sapi diperkirakan sebesar 3,3%; kejadian ini
lebih banyak pada ternak sapi perah
dibandingkan pada sapi potong.
Faktor Penyebab
Kasus distokia
umumnya terjadi pada induk yang baru
pertama kali beranak, induk yang masa
kebuntingannya jauh melebihi waktu normal, induk yang terlalu
cepat dikawinkan, hewan yang
kurang bergerak, kelahiran kembar dan penyakit
pada rahim.
Distokia dapat pula disebabkan oleh faktor induk dan faktor anak (fetus). Aspek induk yang dapat mengakibatkan distokia diantaranya kegagalan untuk mengeluarkan fetus akibat gangguan pada rahim yaitu rahim sobek, luka atau terputar, gangguan pada abdomen (rongga perut) yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk merejan, tersumbatnya jalan kelahiran, dan ukuran panggul yang tidak memadai . Aspek fetus yang dapat mengakibatkan distokia diantaranya defisiensi hormon (ACTH/cortisol), ukuran fetus yang terlalu besar, kelainan posisi fetus dalam rahim serta kematian fetus dalam rahim. Ukuran fetus yang terlalu besar dipengaruhi oleh berbagai faktor yang yaitu keturunan, faktor pejantan yang terlalu besar sedangkan induk kecil, lama kebuntingan, jenis kelamin fetus yaitu fetus jantan cenderung lebih besar, kebuntingan kembar . Faktor nutrisi induk juga berperan, yakni pemberian pakan terlalu banyak dapat meningkatkan berat badan fetus dan timbunan lemak dalam rongga panggul yang dapat menurunkan efektifitas perejanan.
Distokia dapat pula disebabkan oleh faktor induk dan faktor anak (fetus). Aspek induk yang dapat mengakibatkan distokia diantaranya kegagalan untuk mengeluarkan fetus akibat gangguan pada rahim yaitu rahim sobek, luka atau terputar, gangguan pada abdomen (rongga perut) yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk merejan, tersumbatnya jalan kelahiran, dan ukuran panggul yang tidak memadai . Aspek fetus yang dapat mengakibatkan distokia diantaranya defisiensi hormon (ACTH/cortisol), ukuran fetus yang terlalu besar, kelainan posisi fetus dalam rahim serta kematian fetus dalam rahim. Ukuran fetus yang terlalu besar dipengaruhi oleh berbagai faktor yang yaitu keturunan, faktor pejantan yang terlalu besar sedangkan induk kecil, lama kebuntingan, jenis kelamin fetus yaitu fetus jantan cenderung lebih besar, kebuntingan kembar . Faktor nutrisi induk juga berperan, yakni pemberian pakan terlalu banyak dapat meningkatkan berat badan fetus dan timbunan lemak dalam rongga panggul yang dapat menurunkan efektifitas perejanan.
Terdapat tiga tahapan
melahirkan sesuai yaitu pelebaran serviks(leher rahim) selama 2-6
jam, pengeluaran fetus 0.5-1 jam dan pengeluaran plasenta (selaput fetus) 4-5
jam . Apabila proses kelahiran melebihi waktu 8 jam dari saat pertama kali
seekor induk merejan untuk
melahirkan dapat dikatakan sapi mengalami distokia.
Diagnosa
Diagnosa distokia harus
mengetahui riwayat induk dan
memperhatikan kondisi induk dan fetus . Untuk
menunjang diagnosa maka perlu dilakukan pemeriksaan melalui vagina untuk
memastikan posisi fetus, ukuran dan
derajat ruang panggul, derajat pembukaan serviks (leher rahim) . Kelainan
posisi fetus harus
diperiksa dengan hati-hati serta perlu dilakukan tes refleks pada fetus untuk
mengetahui hidup atau tidak . Pada kejadian distokia, sapi merejan beberapa
lama tetapi proses kelahiran tidak ada kemajuan.
Terapi
Penanganan
distokia yang dapat dilakukan yaitu .
# Penarikan paksa, apabila rahim lemah dan fetus tidak ikut bereaksi terhadap perejanan.
# Pemotongan fetus (fetotomi), apabila presentasi, posisi dan postur fetus yang abnormal tidak bisa diatasi dengan mutasi/penarikan paksa dan keselamatan induk yang diutamakan.
# Operasi Sesar (Sectio Caesaria), merupakan alternatif terakhir apabila semua cara tidak berhasil. # Operasi ini dilakukan dengan pembedahan perut (laparotomi) dengan alat dan kondisi yang steril.
Mutasi dapat
dilakukan melalui repulsi (pendorongan fetus keluar dari pelvis induk atau jalan
kelahiran memasuki rongga perut dan rahim sehingga tersedia cukup ruangan untuk
pembetulan posisi atau postur fetus dan
ektremitasnya), rotasi (pemutaran
tubuh pada sumbu panjangnya untuk membawa fetus pada posisi
dorsosakral), versi (rotasi fetus pada poros
transversalnya yaitu situs anterior atau posterior) dan
pembentulan atau perentangan ekstremitas.
Source : Y.A. Yahya
dari berbagai referensi
dari berbagai referensi