Nilai ekspor kakao Sulsel pada pertengahan
tahun 2013 mengalami penurunan sebesar USd7,87 juta. Badan Pusat Statistik
(BPS) Sulsel menyebutkan ekspor kakao pada Maret 2013 sebesar USd22,86 juta
menjadi USd 14,99 juta pada April 2013.
Meski turun, namun Kepala BPS Sulsel
Nursam Salam mengatakan, berdasarkan data year on year, nilai ekspor kakao
tumbuh 11,32 persen. Ketua Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Sulsel, Yusa
Rasyid Ali mengatakan, menurunnya komoditas ekspor kakao di Sulsel disebabkan
produksi sangat kurang. “Bagaimana ekspor mau bertambah, produksi kakao sangat
kurang,” ungkapnya.
Anggota DPRD Sulsel itu mengakui,
berkurangnya produksi kakao di tingkat petani akibat tidak berhasilnya Gerakan
Nasional (Gernas) Kakao yang dibuat pemerintah. Satu di antaranya disebabkan
bibit yang ditanam tidak cocok dengan iklim di Sulsel.
“Penyebab turunnya produksi petani
kakao karena banyaknya tanaman yang sudah tua dan kena hama penyakit. Di satu
sisi, Gernas Kakao tidak efektif karena mengandalkan bibit yang jelek,” jelas
Yusa.
Yusa Ali berpendapat, bibit kakao
jenis Somatic Embryogenesis (SE) yang diberikan pemerintah, tidak tahan
terhadap iklim Sulsel. Akibatnya banyak yang mati. “Saya lebih menyarankan agar
dilakukan proses peremajaan saja, lalu dilakukan sistem sambung samping dengan
bibit unggul,” tambahnya. Jika penanaman bibit kakao SE tetap dipaksakan, maka
Gernas Kakao tidak akan berhasil. “Jika ini dibiarkan maka produksi akan semakin
turun dan berimbas pada ekspor,” terangnya.
sumber : Fajar-Makassar