Yusran A. Yahya
(Penyuluh Pertanian,Pemerintah Kabupaten Bone, Sulsel)
(Penyuluh Pertanian,Pemerintah Kabupaten Bone, Sulsel)
Infeksi C. Tambang (Ankilostomiasis)
Diagnosa dari infeksi cacing
Ankilostomiasis yaitu dengan memeriksa tinja, gejala diare berdarah, penurunan
aktifitas system imunitas, hingga anjing mudah menderita parvovirus, hepatitis,
dan distemper (Subronto., 2006).
Infeksi C. Gelang (Askariasis)
Riwayat kennel maupun cattery tempat
penderita tumbuh dapat digunakan sebagai pegangan dalam penentuan diagnosis
antara lain berupa batuk, pilek, anoreksia, diare, perut membesar, menggantung,
dan konvulsi. Diagnosis pasca mati, seperti perdarahan sub mukosa akibat larva
ditemukan pada paru-paru dan hati. Untuk hewan dewasa diagnosis cacingan oleh
ketiga jenis ini dapat ditemuka didalam spesimen (Subronto., 2006).
Infeksi Cacing Pipih (Dypilidium
caninum)
Rasa gatal di daerah anus,
menggosok-gosokkan bagian gatal tersebut serta berjalan dengan tubuh tegak,
adanya segmen cacing di tempat tidur, proglotid berupa trapezoidal berbeda dari
segmen taenia yang berbentuk segiempat.
Dicrocoelium dendriticum (Trematoda)
Diagnosis sepenuhnya didasarkan pada
pemeriksaan telur dalam feses dan penemuan saat nekropsi (Urquhart; et.all.
1996).
Paramphistomum cervi dan Paramphistomum microbothrium
(Tremaoda)
Diagnosis didasarkan pada gejala
klinis yang kadang-kadang menyangkut hewan muda di peternakan dan sejarah
rumput disekitar habitat keong selama periode musim panas. Pemeriksaan feses
sedikit penting sejak penyakit terjadi selama periode prepatent. Penegasan
dapat diperoleh dari pemeriksaan posmortem dan penemuan kembali cacing kecil
dari duodenum (Urquhart; et.all. 1996).
Taenia saginata (Cestoda)
Diagnosisnya disebutkan bahwa dari
tiap negara memiliki penanggulangan yang berbeda-beda. Biasanya dilakukan
pemeriksaan muskulus maseter, lidah, jantung, muskulus intercostalis dan
muskulus triceps (Urquhart; et.all. 1996).
Cooperia (Nematoda)
Diagnosis
Gejala klinis yang ditimbulkan, turunnya berat badan dan diare. Sejarah rumput jumlah telur dalam feses. Penyakit tipe I sering ada lebih dari 1000 telur per gram dan berguna untuk diagnosis awal, tipe I jumlahnya berubah-ubah, kadang tinggi, negatif dan jumlahnya terbatas.
Gejala klinis yang ditimbulkan, turunnya berat badan dan diare. Sejarah rumput jumlah telur dalam feses. Penyakit tipe I sering ada lebih dari 1000 telur per gram dan berguna untuk diagnosis awal, tipe I jumlahnya berubah-ubah, kadang tinggi, negatif dan jumlahnya terbatas.
Pemeriksaan post-mortem. Abomasum
berbau busuk dikarenakan adanya akumulasi bakteri dan tingginya pH. Cacing
dewasa berwarna kemerahan dan panjangnya 1 cm, dapat dilihat dengan pemeriksaan
yang teliti pada permukaan mukosa (Urquhart; et.all. 1996).
Strongyloides (Nematoda)
Diagnosisnya, sedikit atau banyaknya
telur yang dapat dalam feses belum tentu hewan tersebut terjangkit cacing Strongyloides
(Urquhart; et.all. 1996).
REFERENSI
Subronto., 2006. Penyakit Infeksi
Parasit & Mikroba Pada Anjing & Kucing. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Sumartono. 2001. Parasitologi
Umum. Yogyakarta: Bagian Parasitologi FKH UGM.
Urquhart G.M., Armour J., Duncan
J.L., Dunn A.m., and Jennings F.W. 1996. Veterinary Parasitology 2nd
Edition. ELBS, England.