Tidak adanya
transportasi khusus ternak sapi dari lokasi produsen menuju konsumen,
menyebabkan tingginya angka kesusutan berat badan sapi. Jika angka tersebut
dikompensasi dengan harga sapi, maka terdapat kenaikan harga jual sapi yang
cukup signifikan. Demikian yang dikatakan oleh Ketua Forum Peternak Budidaya
Penggemukan Sapi Jawa Barat, Yudi Guntara Noor.
Sebagai contoh,
pengiriman sapi dari Jatim ke Jabar saja, nilai kesusutannya dapat mencapai 15
persen. Jika harga sapi di Jatim saat ini adalah Rp.25 ribu/kg, dengan
persentase kesusutan 15 persen maka terdapat kenaikan harga sekitar Rp
4.500/kg. Jika dihitung secara keseluruhan termasuk ongkos transportasi, maka
setibanya di Jabar atau Jakarta, harganya bisa mencapai Rp.35 ribu/kg.
Tidak mengherankan bila
muncul anggapan bahwa harga daging dari wilayah Indonesia lebih mahal daripada
daging yang didatangkan langsung dari Australia. Padahal, ongkos transportasi
dari Australia menuju Indonesia tidak murah juga, namun karena menggunakan alat
transportasi yang khusus dirancang untuk mengangkut ternak, persentase susutnya
dapat diminimalisasi.
Sumber
: pikiran-rakyat.com