Yusran A. Yahya
(Penyuluh Pertanian Muda)
Infeksi C. Tambang (Ankilostomiasis)
Penyakit cacing tambang banyak
ditemukan pada daerah dengan tingkat kelembapan tinggi. Biasanya, pada anjing
ditemukan cacing Ancylostoma caninum yang terdapat di dalam mukosa usus halus.
Cacing ankilostoma dewasa biasanya ditemukan pada mukosa usus halus anjing,
telurnya tipe strongyloid, yaitu berdinding tipis, oval, dan bila dibebaskan
keluar tubuh memiliki 2 – 8 gelembung blastomer.
Daur hidup cacing tambang bersifat
langsung, tanpa hospes antara. Cacing dewasa hidup dari menghisap darah di
usus halus, selalu berpindah-pindah dalam menusuk mukosa usus, hingga
menimbulkan luka perdarahan dalam waktu yang cukup lama kaena cacing tersebut
menghasilkan toksin anti koagulasi darah. 1 – 2 hari setelah di bebaskan dalam
tinja, tempat yang lembap atau basah, telur akan menetas dan terbebaslah
stadium pertama, selama kurang lebih satu minggu akan terbentuk larva infektif.
Proses infeksi cacing ini dapat
melalui kulit, secara oral, trans-mammaria & intra- uterus serta melalui
hospes paratenik (Subronto., 2006).
Infeksi C. Gelang (Askariasis)
Cacing T. canis, T. leonine, dan T.
cati terdapat hampir di seluruh dunia. Spesies ini sangat sulit dihapuskan dari
suatu daerah yang tertular, dikarenakan kulit telur kedua (lapis-luarnya)
tebal. Telurnya dapat bertahan selama bertahun-tahun di tempat tinja anjing,
serigala, maupun kucing yang terinfeksi.
Daur hidupnya adalah infeksi
langsung dimana telur infektif mengandung larva stadium 2 dapat menginfeksi
anak anjing dan kucing umur 4 minggu secara langsung di dalam usus dan
menetaskan larva stadium 2 yang selanjutnya bermigrasi ke hati dalam waktu 2
hari lalu berkembang menjadi larva stadium 3 dan bermigrasi ke paru-paru selama
3 – 6 hari selanjutnya menginfeksi alveoli, bronchioli, dan bronchi.
Infeksi lainnya dapat berupa
intra-uterus, trans-mammaria, induk pasca-kelahiran dan melalui hospes
paratenik. Perjalanan larva infektif ini melalui jaringan paru-paru dan hati
dapat menyebabkan edema pada organ tersebut. Infeksi cacing yang berat dapat
mengakibatkan gangguan usus, yang ditandai dengan sakit perut (kolik),obstruksi
usus, dan dalam keadaan kestrem dapat terjadi perforasi usus hingga tampak
gejala peritonitis, juga adnaya cacing yang banyak mengakibatkan penurunan
bahan makana yang diserap, hingga terjadi hipoalbuminea, yang berakibat
kekurusan dan asites (Subronto., 2006).
Infeksi Cacing Pipih (Dypilidium
caninum)
Cacing ini tinggal di dalam usus
halus anjing, kucing, serigala, dan manusia. Untuk memeperoleh makanannya
cacing ini dilengkapi dengan 4 pengisap pada sksoleksnyaserta kait-kait yang
dapat ditarik ke dalam.
Daur hidupnya adalah segmen cacing
yang mengadung telur keluar tubuh bersama tinja anjing dan kucing secara
spontan. Segmen ini bergerak secara aktif di anus, tanah, dan tempat tidur
penderita dan memebebaskan serta menyebarkan telur cacing. Kapsul cacing yang
berisi embrio akan dimakan oleh pinjal yang nanti akan berkembang jadi
sistiserkoid infektif kemudian akan dimakan oleh anjing atau kucing secara
tidak sengaja (Subronto., 2006).
Dicrocoelium dendriticum (Trematoda)
Dicrocoelium dendriticum hospesnya seperti domba, sapi,
rusa, dan kelinci, lokasi infeksinya saluran empedu dan vesica vellea. Meskipun
ribuan Dicrocoelium dendriticum umumnya ditemukan di saluran empedu, hati
cenderung normal. Hal ini agaknya dikarenakan adanya fase migrasi. Bagaimanapun
juga, infeksi yang lebih berat ditemukan adanya jaringan fibrin pada saluran
empedu yang lebih kecil dan perluasan sirosis akan terjadi, kadang-kadag
saluran empedu nampak menjadi menggembung (Urquhart; et.all. 1996).
Paramphistomum cervi dan Paramphistomum microbothrium
(Cestoda)
Paramphistomum cervi dan Paramphistomum microbothrium
hospes adalah ruminan, lokasi infeksi dewasanya pada rumen dan retikulum
sedangkan stadium intermediet pada duodenum. Cacing muda menyumbat penyalur
makanan dan menghasilkan pengikisan mukosa duodenum. Pada infeksi berat
mengakibatkan enteritis, hemoraghi dan ulcer. Ketika dilakukan nekropsi cacing
muda dapat dilihat seperti kelompok parasit berwarna pink kecoklatan menempel
pada mukosa duodenum dan kadang-kadang juga pada jejunum dan abomasum. Ribuan
cacing dewasa juga ditemukan dan bertahan hidup (memperoleh makanan) pada
dinding rumen atau retikulum (Urquhart; et.all. 1996).
Taenia saginata (Cestoda)
Stadium intermediet dari cacing pita
ini ditemukan di otot sapi, seringkali menimbulkan masalah ekonomi pada
industri daging sapi dan menimbulkan bahaya kesehatan umum (Urquhart; et.all.
1996).
Cooperia (Nematoda)
Hospesnya pada hewan-hewan ruminan,
infeksinya pada usus halus. Patogenesis Cooperia oncophara dan Cooperia
curticei umumnya merupakan parasit patogen ringan. Cooperia punctata,
Cooperia pectinata dan mungkin Cooperia surnabada lebih patogenik
sejak mereka penetrasi ke dalam permukaan epitel usus halus dan menyebabkan
gangguan yang dikenal sebagai trichostrongylosis usus yang mana memiliki
peranan penting dalam atrophy vili dan penurunan area yang tersedia untuk
penyerapan. Pada infeksi berat diare sering ditemukan (Urquhart; et.all. 1996).
Strongyloides (Nematoda)
Hospesnya sebagian besar hewan,
lokasi infeksinya usus halus dan juga pada sekum. Strongyloides westeri kuda
dan keledai. Strongyloides papilorus ruminan. Strongyloides ransomi
babi. Strongyloides stercoralis anjing dan kucing. Strongyloides
avium ayam/unggas.
Penetrasi di kulit oleh larva infektif menyebabkan reaksi erythematus yang mana pada domba diikuti masuknya organisme asing yang menyebabkan pembusukan kaki/kuku. Jalur jalannya larva di paru-paru dapat terlihat ketika dilakukan pembedahan/nekropsi. Parasit dewasa ditemukan dalam duodenum dan jejunum bagian proximal dan jika ditemukan dalam jumlah banyak mungkin menyebabkan peradangan dengan oedema dan pengikisan epitel (Urquhart; et.all. 1996).
Penetrasi di kulit oleh larva infektif menyebabkan reaksi erythematus yang mana pada domba diikuti masuknya organisme asing yang menyebabkan pembusukan kaki/kuku. Jalur jalannya larva di paru-paru dapat terlihat ketika dilakukan pembedahan/nekropsi. Parasit dewasa ditemukan dalam duodenum dan jejunum bagian proximal dan jika ditemukan dalam jumlah banyak mungkin menyebabkan peradangan dengan oedema dan pengikisan epitel (Urquhart; et.all. 1996).
DAFTAR PUSTAKA
Subronto., 2006. Penyakit Infeksi
Parasit & Mikroba Pada Anjing & Kucing. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Sumartono. 2001. Parasitologi
Umum. Yogyakarta: Bagian Parasitologi FKH UGM.
1 komentar:
Click here for komentarSukses selalu bang