Tikus salah satu hama utama di persawahan. Rodensia
itu tidak menggasak bulir padi, ia lebih memilih akar tanaman muda. Padi yang
mulai bernas pun rebah lantaran kehilangan "kaki". Berbagai cara pun
dilakukan petani untuk menggusur pengerat itu. Mulai dari cara gropyokan,
mengasapi lubang tikus, sampai cara konvensional dengan jebakan atau pun racun.
Sayang, tikus bak gugur satu tumbuh seribu. Semakin diberantas, semakin
merajalela. Tinggallah petani gigit jari dirundung hutang.
Odho Sumarto, petani asal Yogyakarta, punya cara
lain. Ia memilih makhluk yang kerap terlupakan: semut. Dengan cara sederhana,
Odho mengerahkan semut yang tak pernah menyia-nyiakan setitik pun makanan itu
untuk menyerang kawanan tikus. Tak cuma tikus dewasa, bayi-bayi tikus yang
mestinya aman dalam liang pun menjadi target buruan semut. "Tikus dewasa
bisa lari menyingkir, tapi yang terlalu muda akan menjadi mangsa semut,"
ungkap Odho.
Ia menggunakan jebakan berupa bumbung bambu.
Mula-mula ia memasukkan 1 bagian tapioka ke dalam 5 bagian air lalu
memanaskannya. Berikutnya 1 bagian gula kelapa dimasukkan lalu diaduk rata.
Setelah mendidih, angkat dari perapian dan biarkan mendingin. Selanjutnya Odho
membelah bumbung bambu seukuran tubuh tikus dewasa—kira-kira sepanjang 25—30 cm
dan bergaris tengah 4—6 cm.
Ia lantas mengoleskan jenang yang luar biasa lengket
itu ke sisi dalam bumbung lalu menyatukan kembali kedua belahan bumbung dengan
kawat atau tali. Di tengah-tengah bumbung diletakkan pemikat beraroma menyengat
yang digemari tikus, seperti ikan asin. Tikus yang tertarik akan memaksa masuk
bumbung sehingga tubuhnya berlumur jenang. Saat ia kembali ke liang, jejak
jenang itu membawa semut ke liang. Dalam seminggu, tikus pun hengkang lantaran
tidak tahan serangan semut. Setiap bumbung bisa digunakan untuk lahan 100 m2.
Sumber : Koran Fesbuk