Susu formula menjadi alternatif kala
bayi tak dapat mengkonsumsi ASI dalam jumlah.Namun konsumen jeli dalam memilih
susu formula. Sebab, bila susu formula yang dipilih tidak cocok, bisa timbul
gangguan tumbuh kembang bayi yang terjadi terus-menerus dalam jangka panjang.
Prinsip pemilihan susu yang tepat dan baik harus sesuai dan bisa diterima
sistem tubuh anak.
Semua susu formula yang beredar di
Indonesia dan di dunia harus sesuai dengan standar Recommendation Dietary
Allowance (RDA). Standar RDA untuk susu formula adalah jumlah kalori, vitamin,
dan mineral harus sesuai dengan kebutuhan bayi untuk mencapai tumbuh kembang
optimal.
Setiap perusahaan susu harus
memenuhi beberapa standar kesehatan internasional, seperti Hazard Analytical
Critical Control Point dan Good Manufacturing Practices. Pemeriksaan itu
dilakukan oleh auditor khusus, juga oleh petugas Badan Pengawas Obat dan
Makanan. Ketika ada pengalengan susu yang tak sempurna, ada cacat, atau ada
lubang pada kaleng, susu harus dibuang. Kerusakan seperti itu menjadi pintu
masuk bagi bermacam bakteri, seperti Salmonella, yang menyebabkan tifus, atau
E. coli, yang memicu diare. “Susu punya komposisi yang bagus untuk manusia,
sekaligus sebagai tempat tumbuh bakteri,” ujar guru besar bidang mutu pangan
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat,
Roosita Lobo Balia.
Jangan Tergiur oleh
zat-zat ‘ajaib’ yang ditambahkan ke dalam susu Formula
Menurut Roosita, dari proses
pembuatannya, susu bubuk seharusnya telah steril dari segala bakteri. Sebab,
susu yang dipancarkan dengan kuat itu sekaligus dipanaskan dengan suhu 150-260
derajat Celsius dalam hitungan detik agar kualitasnya tidak rusak. Namun,
setelah proses itu, bakteri punya celah masuk ketika susu bubuk ditambahi
formula dengan beragam fungsi. Misalnya vitamin A, D, E, dan K serta asam amino
yang mencerdaskan otak dan probiotik supaya bayi memiliki bakteri pencerna yang
bagus dalam usus.
Proses penambahan formula itu
terjadi dalam suhu kamar sekitar 37 derajat Celsius, yang memungkinkan bakteri
seperti Enterobacter sakazakii-bakteri berbahaya penyebab meningitis-masih bisa
tumbuh. “Bakteri itu akan ikut pada penambahan apa saja pada temperatur yang
tidak steril,” ujar doktor mikrobiologi pangan dari University of New South Wales,
Australia, itu.
Untuk itulah, jangan terlalu tergiur
oleh zat-zat “ajaib” yang ditambahkan ke dalam susu formula. Beberapa
penelitian menunjukkan pemberian asam lemak AA dan DHA pada bayi prematur
memang bermanfaat. Tapi, bagi bayi yang lahir cukup bulan (bukan prematur),
pemberian kedua zat itu tidak memberikan faedah signifikan. Badan Kesehatan
Dunia (WHO) pun merekomendasikan pemberian AA dan DHA hanya pada bayi
prematur.Jadi bijaklah memilih susu formula. Ingat celetukan iklan: “Buat anak
kok coba-coba.
sumber: tempo |
editor: soegiyono