PT
Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mengklaim telah memberikan kredit di sektor
pertanian dengan maksimal. Sesuai data BRI, jika dibandingkan 2012,
penyaluran kredit pertanian hanya Rp19,28 triliun namun naik 74,3 persen pada 2013 atau Rp33,6 triliun.
Meski ada ancaman macet, Direktur Utama BRI Sofyan Basir mengaku tidak takut dengan risiko memberikan kredit ke petani. “Sampai saat ini kredit macet pertanian di perusahaan kita pada Maret 2012 hanya 2,71 persen, sedangkan NPL Maret 2013 Cuma 1,59 persen,” katanya. Ia mengatakan, kredit sektor pertanian itu harus disokong, apalagi yang on farm. Karena saat ini harga pertanian sedang bagus. “Yang perlu diingat, bedakan antara pedagang sayur dengan on farm. Karena yang diberi kredit hanya on farm,” ujarnya.
Sofyan mengaku, harga komoditi sedang bagus dan naik luar biasa. Harga itu yang
membuat kredit pertanian yang diberikan BRI aman. “Harga beras lagi bagus.
Apalagi jagung, sedang indah nilainya,” kelakarnya. Oleh karena itu, ia menegaskan, BRI tidak takut beri kredit ke petani dan sudah
siap menanggung risikonya. “Yang saya takut kasih kredit itu ke konglomerat dan
macet. Karena masalah petani biasanya masalah mikro, kalau keluarganya sakit,
otomatis macet pembayarannya. Soalnya mereka tidak ditopang asuransi,” ucapnya.
Corporate Secretary BRI Muhammad Ali menambahkan, BRI sampai saat ini tidak
pernah ragu memberikan kredit ke petani. “Jadi, jangan disamakan BRI dengan
bank lain. Dari sejak berdirinya BRI, bank sudah dekat dengan petani ataupun
usaha mikro,” tambahnya.
Pernyataan ini sekaligus membantah anggapan bahwa bank enggan mengguyurkan
kreditnya ke sektor pertanian. Bank Indonesia (BI) mencatat, kredit sektor
pertanian tak menyumbang banyak terhadap total portfolio kredit perbankan. Dari
Rp500 triliun penyaluran kredit selama 2012, porsi sektor pertanian kurang dari
10 persen.“Ini karena bank enggan masuk ke sektor pertanian,” ucap Direktur Eksekutif
Kebijakan Moneter BI Dodi Budi Waluyo.
Menurutnya, alasan bank enggan masuk ke kredit pertanian karena tingginya
risiko pada sektor tersebut. Karena itu, bank cenderung menyalurkan kredit
lebih besar pada sektor consumer goods.Padahal selama ini BI memberikan insentif dan disinsentif untuk bank yang
menyalurkan kredit ke beberapa sektor yang ditentukan. “Ini termasuk Kredit
Usaha Rakyat (KUR),” tandasnya.
Untuk itu, otoritas moneter terus berupaya mendorong bank memberikan kredit ke
sektor pertanian.Cara BI mendorong kredit pertanian ini yaitu melalui ketentuan perbankan.
Nantinya, BI akan memberikan insentif bagi bank-bank yang menyalurkan kredit ke
Pak Tani.
BI juga akan mengajari petani agar mereka mudah mendapatkan kredit. Misalkan
saja dengan mengagunkan aset yang dimiliki, misalnya melalui resi gudang. “Itu
akan digali sebagai bagian pemberian kemudahan bagi petani untuk mendapat
kredit,” sebut Dodi.Selain konsep tersebut, BI bisa juga menyarankan diadakannya asuransi bagi
industri pertanian. Namun, Dodi belum bisa menyebutkan kapan waktu pasti implementasinya.
“Ini menjadi agenda serius kami dan pemerintah,” tuturnya.
Sumber : Harian Fajar