Kesehatan manusia sangat erat kaitannya dengan
kesehatan hewan, mengingat beberapa penyakit hewab dapat menular dan
membahayakan manusia. Dalam istilah medis, penyakit hewan yang dapat
menular ke manusia disebut zoonosis.
Perubahan iklim global dan
melesatnya tingkat konsumsi manusia memicu munculnya penyakit baru yang
belum pernah ada sebelumnya. Dalam istilah medis, penyakit ini disebut
emerging infectious disease (EID). Salah satu contohnya yang paling
fenomenal adalah wabah flu burung dan flu babi beberapa tahun lalu.
"Masyarakat
mungkin banyak yang belum tahu bahwa 70% penyakit menular baru yang
menyerang manusia itu disebabkan oleh zoonosis atau ditularkan dari
hewan. Tingkat kematiannya pun sangat tinggi, yaitu 50% - 90% sebab
menyerang otak dan organ tubuh lainnya. Selain itu, dampaknya terhadap
perekonomian juga sangat besar," kata drh Misriyah, M.Epid.
Misriyah menuturkan, saat ini ada
lebih dari 250 hewan yang berpotensi bisa menularkan penyakitnya ke
manusia. Di Indonesia sendiri, ada 132 spesies patogen yang bersifat
zoonosis. Jumlah ini tentu menjadi ancaman jika tidak diseriusi
penanganannya, tapi juga terlalu banyak jika harus diatasi oleh
pemerintah dan masyarakat.
Di antara jumlah sebanyak itu, ada 5
penyakit zoonosis yang masih menjadi masalah dan berisiko menjadi wabah
di masyarakat, yaitu:
1. Flu Burung
Flu
burung mulai ditemukan menjangkiti unggas pada tahun 2003 dan mulai
menyerang manusia pada Juni 2005. Di Indonesia, penyakit ini sudah
merenggut korban jiwa sebanyak 157 orang dari 189 kasus positif flu
burung. Artinya, tingkat risiko kematiannya sebesar 83% dan merupakan
salah satu yang tertinggi di dunia.
Ada 15 propinsi di Indonesia
yang sudah tersentuh oleh flu burung, sebagian besar ada di sekitar DKI
Jakarta. Penyakit ini menular lewat kontak langsung dengan unggas yang
terinfeksi. Masa inkubasi virus penyebab flu burung adalah 7 hari.
Yang
mengkhawatirkan, unggas yang terkena virus tidak menunjukkan gejala
sakit namun tiba-tiba mati. Untungnya sudab ditemukan vaksin virus flu
burung, yaiti tamiflu atau oseltamivir. Namun jika terlambat ditangani,
infeksi bisa berakibat fatal.
2. Rabies
Penyakit
ini sempat menggemparkan Bali pada tahun 2008 lalu. Rabies disebabkan
oleh virus yang ditularkan lewat gigitan anjing, kera dan kucing. Namun
selama ini di Indonesia, 98% kasus rabies ditularkan dari anjing.
Ada
sebanyak 24 propinsi di Indonesia yang sudah tertular rabies. Meskipun
demikian, rata-rata kasusnya cukup rendah, yaitu 142 kasus per tahun,
dibanding secara global sebesar 55.000 kasus rabies per tahun.
Apabila
sudah menunjukkan gejala klinis, maka pasien rabies sulit diselamatkan
nyawanya. Oleh karena itu, pasien rabies harus segera ditangani. Gejala
klinisnya adalah demam, nyeri kepala, sulit menelan, takut air dan
sensitif terhadap angin dan suara.
Apabila tergigit anjing rabies, lakukan 3 hal berikut:
- Segera cuci luka dengan air mengalir dan sabun atau deterjen selama 15 menit.
- Beri antibodi serum anti rabies
- Beri antibodi dengan vaksinasi jangka panjang.
Mencuci
luka rabies dengan air sabun dapat menurunkan risiko kematian sebesar
50%. Vaksin anti rabies bisa diperoleh di puskesmas atau rumah sakit.
3. Antraks
Antraks
disebabkan oleh bakteri yang ditularkan oleh hewab ternak seperti
kambing, sapi, domba dan kerbau. Penularannya adalah lewat spora bakteri
yang masuk lewat makanan ataupu luka.
Ada 3 jenis antraks di
dunia, yaitu antraks kulit, antraks pernapasan dan antraks pencernaan.
Di Indonesia, 90% kasus antraks adalah antraks kulit. Sedangkan yang
paling mematikan adalah antraks pernapasan dan pencernaan.
Pada
antraks kulit, gejalanya timbul bungkul merah yang berubah kehitaman di
kulit. Bila bungkul pecah, akan menjadi koreng dan muncul bungkul
berikutnya. Jika tidak segera diobati bisa menyebabkan kematian akibat
septikimia.
Ketika bakteri antraks terkena udara, maka bakteri
akan membentuk spora yang bisa bertahan hingga 10 tahun. Inilah mengapa
antraks begitu bahaya dan sering dianggap sebagai senjata biologis.
4. Leptospirosis
Leptospirosis
disebabkan oleh bakteri Leptospira yang ditularkan oleh urine tikus.
Penyakit ini seringkali marak ketika banjir. Penularannya terjadi jika
air yang mengandung urine tikus terinfeksi masuk ke tubuh lewat luka,
mata, selaput lendir atau bahkan dikonsumsi.
Penyakit ini pernah
mewabah di Yogyakarta pada tahun 2011 lalu, namun untungnya berhasil
diatasi. Di Indonesia, baru ada 6 propinsi yabg melapor terserang wabah
leptospirosis. Meskipun demikian, tingkat kematiannya masih cukup
tinggi, yaitu sekitar 12%.
5. Pes
Penyakit
ini menular akibat gigitan tikus atau memakan makanan akibat gigitan
tikus. Terkadang bisa juga lewat kutu-kutu dari tikus. Gejala khasnya
adalah te
rjadi pembengkakan pada kelenjar limfa di selangkangan dan ketiak atau disebut bobo.
rjadi pembengkakan pada kelenjar limfa di selangkangan dan ketiak atau disebut bobo.
Di Indonesia, ada 3 daerah yang pernah
bermasalah dengan wabah ini, yaitu Jawa Tengah, tepatnya di kecamatan
Selo dan Cepogo di Boyolali; Jawa Timur, tepatnya di kabupaten Pasuruan
dan di Yogyakarta, tepatnya di Cangkringan, Sleman.
sumber : health.detik.com