Pada musim penghujan hijauan pakan,
limbah pertanian dan limbah perkebunan melimpah produksinya, sehingga pada
musim penghujan ini terjadi surplus hijauan pakan. Pada musim penghujan hijauan
pakan dapat diawetkan dalam bentuk silase (Rukmana, 2001). Widyati et al (1985)
menyebutkan manfaat silase adalah untuk mengatasi panen yang berlebih di musim
penghujan dan mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau. Silase adalah bahan
pakan ternak berupa hijauan (rumput-rumputan atau leguminosa) yang disimpan
dalam bentuk segar mengalami proses ensilase. Pembuatan silase bertujuan
mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau atau ketika penggembalaan ternak
tidak mungkin dilakukan (www. ristek. go. id, 2000).
Prinsip utama pembuatan silase
adalah :
- menghentikan pernafasan dan penguapan sel-sel tanaman.
- mengubah karbohidrat menjadi asam
laktat melalui proses fermentasi
kedap udara. - menahan aktivitas enzim dan bakteri pembusuk.
Pembuatan silase pada temperatur
27-35º dan pH 4,2 – 4,8 menghasilkan silase dengan kualitas yang baik.
Parakkasi (1999) menyatakan bahwa bahan aditif sengaja ditambahkan dalam
pembuatan silase untuk menstimulasi fermentasi, karena dengan penambahan bahan
aditif baik berupa bahan kimia (Na-bisulfat, sulfur dioksida, asam klorida)
maupun bahan sumber karbohidrat (misal : tetes 3%, dedak halus 5%, menir 3,5%,
onggok 3%) akan tercipta suasana asam. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tujuan
hijauan pakan dipotong-potong adalah untuk memperoleh pemadatan yang baik
sehingga memperkecil kantong udara dan memperoleh keadaan hampa udara. silo
yang tidak rapat menyebabkan tumbuhnya jamur.
Silase yang baik dapat diketahui melalui uji organoleptik dan pengujian secara kimiawi. Secara organoleptik ciri-ciri silase yang baik antara lain :
Silase yang baik dapat diketahui melalui uji organoleptik dan pengujian secara kimiawi. Secara organoleptik ciri-ciri silase yang baik antara lain :
- mempunyai tekstur segar
- berwarna kehijau-hijauan
- tidak berbau
- disukai ternak
- tidak berjamur
- tidak menggumpal
Pengujian secara kimiawi dilakukan
dengan cara menganalisa bahan pakan tersebut di laboratorium untuk mengetahui
kandungan nutrisinya melalui analisis proksimat yang meliputi analisis kadar
air, abu, protein kasar, lemak kasar dan serat kasar sedangkan pengujian secara
biologis dilakukan dengan cara menggunakan ternak sebagai percobaan.
Beberapa metode dalam pembuatan
silase :
1. Metode Pemotongan- Hijauan dipotong-potong dahulu, ukuran 3-5 cm
- Dimasukkan kedalam lubang galian (silo) beralas plastic
- Tumpukan hijauan dipadatkan (diinjak-injak)
- Tutup dengan plastik dan tanah
Hijauan dicampur bahan lain dahulu
sebelum dipadatkan (bertujuan untuk mempercepat fermentasi, mencegah tumbuh
jamur dan bakteri pembusuk, meningkatkan tekanan osmosis sel-sel hijauan. Bahan
campuran dapat berupa: asam-asam organik (asam formiat, asam sulfat, asam
klorida, asam propionat), molases/tetes, garam, dedak padi, menir /onggok
dengan dosis per ton hijauan sebagai berikut :
- asam organik: 4-6 kg
- molases/tetes: 40 kg
- garam : 30 kg
- dedak padi: 40 kg
- menir: 35 kg
- onggok: 30 kg
Pemberian bahan tambahan tersebut harus dilakukan secara merata ke seluruh
hijauan yang akan diproses. Apabila menggunakan molases/tetes lakukan secara
bertahap dengan perbandingan 2 bagian pada tumpukan hijauan di lapisan bawah, 3
bagian pada lapisan tengah dan 5 bagian pada lapisan atas agar terjadi
pencampuran yang merata.
3. Metode Pelayuan
- Hijauan dilayukan dahulu selama 2 hari (kandungan bahan kering 40% - 50%).
- Lakukan seperti metode pemotong