Pohon kelor memiliki daun yang mengandung nutrisi paling lengkap dibanding
dengan tumbuhan jenis apapun. Selain vitamin dan mineral, daun kelor juga
mengandung semua asam amino esensial (asam amino yang tidak diproduksi sendiri
oleh tubuh dan karena itu harus disuplai dari luar tubuh dalam bentuk jadi).
Asam amino sangat vital sebagai bahan pembentukan protein. Penelitian juga
membuktikan bahwa daun ini sama sekali tidak mengandung zat berbahaya. Bahkan
di beberapa daerah di Indonesia masyarakat sudah biasa memanfaatkannya sebagai
sayuran, terutama untuk memperbanyak dan melancarkan ASI seperti halnya daun
katuk.
Selama ini jika kita bicara tentang
sumber Vitamin A, yang terbayang adalah wortel, padahal dengan berat yang sama
Vitamin A pada daun kelor jauh lebih banyak dibanding wortel. Dengan
perbandingan berat yang sama, daun kelor juga mengandung Vitamin C lebih banyak
dibanding jeruk, kalsium empat kali lipat susu, potasium tiga kali lipat
pisang, protein dua kali lipat yogurt dan zat besi jauh lebih banyak daripada
bayam. Dari 24 unsur nutrisi (beberapa vitamin, mineral dan asam amino) yang
kami uji di laboratorium milik sebuah universitas di Malang, semua terdeteksi
keberadaannya dengan kadar yang cukup signifikan.
Pohon kelor adalah pohon yang mudah
tumbuh di daerah tropis. Pohon ini diduga berasal dari daerah sekitar Nepal,
India. Di Indonesia, pohon ini tumbuh di mana-mana dan banyak ditanam oleh
petani sebagai pagar atau batas kebun karena pohon ini memang awet hidup, pada
musim kemarau panjang sekalipun.
Mungkin kita patut meniru
negara-negara di Afrika untuk membantu mengatasi masalah gizi buruk dengan
kelor. Untuk sebagian besar saudara kita, jeruk masih mahal, wortel juga mahal,
susu terlalu mahal, yogurt sangat mahal, obat semakin mahal, dokter tambah
mahal. Hanya kelor yang kemungkinan bisa tetap dibuat murah karena menanamnya
juga sangat mudah, bisa tetap tumbuh nyaris tanpa perawatan, dan mulai bisa
dipanen pada umur yang cukup singkat. Tancapkan saja beberapa batang kelor di
sembarang jenis tanah dan tunggu 2 atau 3 bulan, daunnya sudah mulai bisa
dipetik untuk dimanfaatkan. Dalam 40 hari berikutnya, trubusnya sudah bisa diambil
lagi dan begitu seterusnya sampai generasi anak cucu.