DIOLUHTAN-suluhtani. Umumnya petani menyimpan jagung pipilan dalam karung goni atau plastik, kemudian disimpan di dalam rumah (di lantai atau di atas loteng). Penyimpanan cara demikian menyebabkan jagung hanya dapat bertahan selama kurang lebih 2 bulan karena dapat terserang oleh hama gudang Dolesses viridis, Sitophillus zeamais, dan Cryptoleptes presillus.
Besarnya
kehilangan dan kerusakan jagung setelah pemanenan sampai penyimpanan berkisar
8,6 sampai 20,2% yang disebabkan oleh serangan serangga, jamur, tikus, kondisi
awal penyimpanan, cara dan alat penyimpanan serta factor lingkungan.
Penyimpanan jagung untuk benih harus menggunakan wadah yang tertutup rapat
sehingga kedap udara dan tidak terjadi kontak dengan udara yang menyebabkan
biji jagung menjadi rusak dan menurun daya tumbuhnya.
Penyimpanan
jagung untuk benih dapat menggunakan wadah logam yang dilengkapi dengan
absorban/penyerap (biasanya digunakan abu sekam) yang berguna untuk mengurangi
kelembaban di dalam wadah dengan absorban penyimpanan jagung untuk benih juga
dapat dilakukan di dalam wadah logam yang tutupnya dilapisi dengan parafin,
sehingga benar-benar kedap udara.
Penyimpanan jagung
pipilan untuk konsumsi (pangan maupun pakan), dapat dalam karung yang disusun
secara teratur atau dapat pula disimpan dalam bentuk curah dengan sistem silo.
Penyimpanan ini dapat berfungsi sebagai pengendali harga pada saat harga di
pasar jatuh karena kelebihan stok. Setelah harga jual membaik, barulah jagung
yang disimpan dilepas ke pasaran.
Disarikan dari berbagai sumber