Pro dan kontra kebutuhan daging
nasional selalu berujung pada sapi impor. Didorong kebutuhan itu pula, impor
sapi tahun depan agaknya masih tinggi. Sebab, hasil analisis suplai
ketersediaan sapi pada 2011, sebagian besarnya terdiri dari ternak betina
dewasa berumur rata-rata enam tahun.
Menurut aturan dalam Pasal 86
Undang-Undang Nomor 18/ 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, sapi
betina boleh dipotong jika tak produktif lagi. Artinya bila sudah beranak lebih
dari lima kali atau berumur di atas delapan tahun.
“Sapi lokal mana lagi yang akan
memasok kebutuhan? Semuanya betina,” kata Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen
dan Feetloter Indonesia (Apfindo) Joni Liano kepada Republika di Hotel
Borobudur Jakarta belum lama ini.
Pertumbuhan konsumsi daging sapi
yang tinggi tak diimbangi dengan daya produksi daging sapi dalam negeri.
Akibatnya, ketergantungan terhadap impor semakin tinggi. Joni memaparkan jika
sapi betina yang boleh dipotong hanya yang berusia di atas delapan tahun, maka
kekurangan sapi untuk kebutuhan nasional tahun depan mencapai satu juta ekor.
Artinya, negara harus mengusahakan satu juta ekor sapi tersebut, baik dari
impor, atau sumber lainnya.
Satu juta ekor tersebut, kata Joni,
setara dengan 180 ribu ton daging sapi. Proporsional pembagiannya, 180 ribu ton
daging sapi ini dapat berasal dari 100 ribu ton daging sapi bakalan dan 80 ribu
ton daging sapi lokal.
“Seratus ribu ton daging sapi
bakalan ini setara dengan 550 ribu ekor sapi bakalan yang minimal harus diimpor
tahun depan,” katanya.
Joni mempertanyakan kembali
bentrokan antara aturan dalam UU Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan
kenyataan di lapangan. Sebab, swasembada hanya bisa tercapai jika pemerintah
membolehkan memotong sapi betina berusia minimal enam tahun. “Mau tak mau itu
faktanya, Menteri (Pertanian) harus tahu itu,” kata Joni. Hasil sensus ternak
nasional 2011, populasi sapi dan kerbau telah mencapai 14,8 juta ekor. Suplai
ternak betina dewasa di atas umur enam tahun dan ternak jantan dewasa yang
menjadi potensial stok untuk suplai 2012 mencapai 3,048 juta ekor.
Sekretaris Dirjen Peternakan
Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Riwantoro mengatakan jika alternatif
potensial potensial stok itu dapat termanfaatkan 80 – 85 persen menjadi ternak
siap potong, maka konsumsi tahun depan sebenarnya cukup. “Hanya saja ada
beberapa potensi masalah, seperti sulitnya distribusi ternak, dan produksi
daging di Jawa masih belum mencukupi,” katanya.
sumber: republika |
editor: soegiyono