Suatu hari, hiduplah seekor elang yang
menyimpan telur-telurnya di atas pohon tinggi. Di dalam sarangnya, keempat
telur sama-sama menunggu untuk menetas dan menikmati hidup. Tak disangka,
sebuah gempa bumi datang dan menjatuhkan sebutir telur ke bawah. Beruntunglah
telur tersebut tidak pecah dan jatuh di semak-semak dekat dengan peternakan
ayam. Seekor induk ayam melihat telur tersebut kemudian membawanya pulang.
Merasa iba, tanpa berpikir panjang ia
mengeraminya. Merawat dan memberikannya kehangatan, dan berharap ia bisa
menetas dengan selamat.
Si telurpun akhirnya menetas. Dan
keluarlah seekor anak elang yang cantik. Namun karena tak menyadari bahwa
dirinya adalah seekor elang, ia menganggap dirinya sebagai ayam. Sama seperti
ibu yang telah menetaskannya, dan teman-teman ayam yang tinggal bersamanya.
Lambat laun elang itupun beranjak
dewasa. Ia seringkali termenung dan melihat ke angkasa. Langit begitu luas dan
biru. Di sana terdapat burung yang lalu lalang menguasai angkasa, bebas dan
seperti tak punya beban. Ia iri dan cemburu, kemudian berkata pada ibunya.
"Ibu, apakah suatu hari nanti aku bisa terbang bebas seperti mereka?"
Ibu dan teman-temannya hanya menertawakannya. Salah seekor di antaranya malah
berkata, "hei, sadarlah! Kau ini seekor ayam, mana mungkin kau bisa
terbang?"
Perkataan itu terus terngiang di telinga
dan tertancap di benak si elang muda. "Iya juga ya, aku kan ayam,
bagaimana bisa aku terbang seperti mereka."
Demikianlah hingga akhir hayatnya si
elang hidup sebagai seekor ayam. Tak pernah mau mencoba mengepakkan sayap dan
terbang.
Iya, benar. Si elang hidup seperti
halnya ketika Anda punya impian dan akhirnya mengubur kembali impian tersebut,
hanya karena tak ada yang memberi dukungan. Hanya karena orang di sekitar atau
keluarga Anda meremehkan dan tak punya mimpi yang sama. Anda tak akan pernah
bisa menggapai impian jika Anda tak percaya Anda bisa.
Kiriman cerita dari Noermin Amin 03 (disadur dari Kapanlagi dot com)