Silage Komplit sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Pakan Ternak
(Oleh : Yusran A. Yahya NS, S.Pt,MSi / Asesmen Uji Sertifikasi Penyuluh Pertanian 2012)
Latar Belakang
Permasalahan umum usaha peternakan di
negara tropis seperti Indonesia adalah factor suhu dan kelembaban udara
yang cukup tinggi, kondisi ini berdampak langsung kepada system
metabolism dan termoregulasi pada tubuh ternak. Lingkungan yang
relative panas menyebabkan sebagian ternak enggan makan sehingga secara
kuantitas asupan zat makanan atau nutrient yang masuk dalam tubuh juga
kurang padahal asupan nutrient ini berperan penting untuk mencukupi
kebutuhan pokok (maintenance), perkembangan tubuh dan untuk kebutuhan
reproduksi. Implikasi dari kondisi asupan gizi ternak yang kurang tak
jarang dijumpai ternak dengan pertambahan berat hidup (Average Daily Gain/ADG) yang masih sangat jauh dari hasil yang diharapkan baik ditingkat peternakan rakyat maupun industry.
Faktor kuantitas dan kualitas pakan
merupakan factor utama penentu keberhasilan usaha peternakan karena
hampir2/3 biaya produksi berasal dari pakan, oleh karena itu perhatian
terhadap asupan zat makanan ke ternak akan sangat menentukan
keberhasilan budidaya peternakan.
Ada dua masalah utama yang menyebabkan
pakan ternak khususnya pakan ternak ruminansia yang diberikan tidak
memenuhi kecukupan jumlah dan asupan nutrient, diantaranya adalah : (1)
Bahan pakan yang umumnya berasal dari limbah pertanian yang rendah kadar
protein kasarnya dan tinggi serat kasarnya, tingginya serta kasar ini
umumnya didominasi komponen lignoselulosa(karbohidrat kompleks) yang
sulit dicerna. (2) Ketersediaan pakan yang tidak kontinyu yang
dikarenakan kelangkaan pakan pada saat musim kemarau, teknologi
terobosan untuk meningkatkan nilai gizi dari pakan ternak yang umum
dilakukan adalah membuat hijauan kering (hay), penambahan urea
(amoniasi) dan awetan hijiauan (silage).
Pengolahan bahan pakan dengan pengeringan
sangat tergantung dengan musim/panas matahari sedangkan pengolahan
amoniasi (penambahan urea) acapkali terjadi kasus toksikasi karena
tingginya ammonia. Teknologi yang sekarang berkembang adalah pembuatan
pakan tidak hanya sekedar await (silase) tapi juga kadar nutrient sesuai
dengan kebutuhan gizi ternak.
Kenapa dibuat SILAGE KOMPLIT ?
Hal ini dikarenakan sebagian besar pakan
sapi mengandung serat yang tinggi sehingga perlu teknologi pengolahan
agar nilai kecernaannya meningkat. Silage merupakan hijauan yang
diawetkan dengan cara fermentasi dalam kondisi kadar air yang tinggi
(40-80%). Keunggulan pakan yang dibuat silage adalah pakan awet (tahan
lama), tidak memerlukan proses pengeringan, meminamal kan kerusakan zat
makanan/gizi akibat pemanasan serta mengandung asam-asam organic yang
berfungsi menjaga keseimbangan populasi mikroorganisme pada rumen atau
perut sapi.
Konsep teknologi silase yang dikembangkan selama tunggal (single silage)
dan proses pembuatannya dalam kondisi anaerob (tanpa oksigen). Dalam
praktek dilapangan, konsep silage ini cukup terkendala karena selain
meminta tempat simpan (pemeraman) yang cukup vakum juga silase yang
dihasilkan jika diberikan ke ternak hanya memenuhi 30-40% kebutuhan
nutrisi ternak.
Keunggulan SILAGE KOMPLIT
Berbeda dengan silage tunggal, silage
komplit memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah : (a) Lebih
mudah dalam pembuatannya karena tidak perlu memerlukan tempat pemeraman
yang anaerob, cukup dengan semi aerob (b) Kandungan gizi yang dihasilkan
juga lebih tinggi, dapat memenuhi 70-80% kebutuhan gizi ternak sapi (c)
Memiliki sifat organoleptis (bau harum, asam) sehingga lebih disukai
ternak (palatable).
Teknik Pembuatan SILAGE KOMPLIT
Prinsip pembuatan pakan komplit dalam
bentuk silage ini seperti proses fermentasi pada umumnya. Setelah bahan
disiapkan dan dicampur selanjutnya diperam selama beberapa hari dalam
wadah yang tertutup rapat (anaerob). Teknik pembuatan silase komplit
yaitu :
A. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari 3
kelompok bahan yakni : (a) Kelompok bahan pakan hijauan, dapat berupa
hijauan makanan ternak seperti Rumput Gajah, rumput kolonjono (Penissetum Muticum),
tanaman jagung dan rumput lainnya, selain HMT, limbah dari sisa panen
seperti jerami padi dan jerami kedelai juuga dapat digunakan, bahan
pakan ini sebagai sumber serat utama. (b) Kelompok bahan pakan
konsentrat, dapat berupa dedak padi, onggok (ampas tapioca), ampas sagu,
ampas tahu dan lain-lain. Bahan pakan konsentrat selain untuk
memperbaiki kandungan nutrisi dari pakan yang dihasilkan juga berfungsi
sebagai substrat penopang fermentasi. (c) Kelompok bahan aditif terdiri
dari campuran urea, mineral, tetes tebu dll.
B. Rasio Bahan
Ketiga kelompok bahan tersebut mengacu
formula 7:2:1 atau 6:3:1 berturut-turut untuk Hijauan: Konsentrat:
Aditif yang didasarkan pada prosentase berat.
Rasio Bahan pembuatan silage :
Jerami 100 kg, Dedak halus 10 kg,
konsentrat sapi 15 kg, bioaktivator (G-Met) 200 gram, urea soda ash 0.5
kg, tetes/molase 0.75 kg, garam dapur 1 kg serta air bersih 20 liter
C. Pencampuran
Sebelumnya Aktivator diaktifkan dulu
dengan cara mencampur air 20 litter, 200 gram g-met, 0.5 kg urea dan
0.75 kg tetes diamkan selama 3 jam. Selanjutnya bahan konsentrat
dicampur dengan cara mencampur 15 kg konsentrat dengan 10 kg dedak halus
dan 1 kg garam dapur, campuran tersebut selanjutnya ditabur secara
merata diatas jerami yang telah dipotong dengan oanjang 10 cm,
selanjutnya cipratkan bahan additive (activator yang telah diaktifkan
selama 3 jam ke bahan jerami yang telah ditaburi konsentrat, Masukkan
bahan silage kedalam drum yang telah dilapisi plastic tebal, tutup dan
tekan dengan kuat atau diinjak agar udara didalam keluar, kemudian ikat
plastic tersebut rapat tidak ada udara masuk serta jangan sampai bocor.
D. Pemeraman
Selanjutnya diperam selama 3- 4 hari,
silase kemudian dibuka (dipanen) untuk diberikan kepada ternak, apabila
tidak langsung diberikan silage jangan dibuka, silage harus disimpan
dalam kondisi tertutup dan dapat disimpan hingga 3-4 bulan
E. Pemberian Pakan Pada Ternak
Pada waktu pemberian pakan kepada ternak
jangan terlalu sering membuka, setelah mengambil kembali diikat,
pemberian silage 6-8 kg perhari perekor.
Dari berbagai sumber