Petani Bangkitlah !!! Mandirilah !!!
Sekitar
empat puluh tahun sudah, berbagai macam program pertanian digulirkan
pemerintah. Menjadi sebuah pertanyaan apa-apa saja yang sudah dihasilkan
dan menjadi prestasi bangsa ini dari penggunaan dana yang tidak
sedikit selama kurun waktu tersebut untuk mendukung berbagai macam
program di bidang pertanian itu. Apakah prestasi bangsa ini di bidang
pertanian sudah menyamai apa yang dihasilkan oleh Thailand? Apakah para
petani di negeri ini sudah mencicipi yang namanya ‘kue pembangunan’
ataukah kehidupannya semakin terpuruk dan terjerembab ke dalam lubang
kemiskinan, kehinaan dan kenistaan ? Apakah ada kebanggaan dan rasa
bersyukur dari bangsa ini terhadap nikmat kekayaan dan kesuburan tanah
negeri ini? Apakah ada kebanggaan dari para petaninya sebagai kalangan
yang berjasa menyediakan makanan untuk kelangsungan hidup berjuta-juta
rakyat negeri ini dan bermilyar-milyar makhluk hidup lainnya? Apakah…
apakah…. apakah…… dan masih banyak apakah lainnya atau apakah itu semua
NOL BESAR ????
Lalu apa penyebab terciptanya berbagai
macam kondisi seperti sekarang ini di bidang pertanian? Tentu sangat
banyak faktor dan aspek yang berkontribusi dan berkolaborasi menjadikan
berbagai macam permasalahan di bidang pertanian di negeri ini menjadi
begitu dan semakin kompleks. Salah satu dari sekian banyak penyebab
masalah tersebut bisa saja karena telah terjadi proses pembodohan
secara sistematis terhadap para pelaku utama bidang pertanian yaitu
para petani. Tujuannya? Bisa politis, ekonomis,ideologis atau apapun
karena yang jelas dengan begitu besarnya jumlah kaum tani di negeri
ini, mereka merupakan sumber daya yang potensial untuk berbagai macam
kepentingan.
Selama ini mereka, KAUM TANI TIDAK
UBAHNYA SEPERTI ROBOT-ROBOT yang menjalankan program atau software yang
telah dibuat para penguasa baik penguasa politis maupun penguasa
ekonomis atau penguasa-penguasa kepentingan lainnya. Segala akibat
buruk dari berbagai macam program ini yang menanggungnya adalah para
petani sedangkan penguasa program masih bisa menikmati keuntungan,
tetapi bila programnya berjalan dengan baik para petani hanya menikmati
sedikit saja keberhasilan itu sedangkan yang berpesta pora terhadap
keberhasilan itu adalah para penguasa program-program tersebut. Bila
suatu program macet atau error, para petani dilanda kebingungan karena
mereka tidak memiliki dan dilatih kemampuan untuk menyelesaikan
masalahnya sendiri, dan memang mereka dikondisikan sebagai robot.
Mereka, kaum tani akhirnya menjadi korban dari bongkar-pasang program
para penguasa yang tidak jelas dan berubah-ubah arahnya dan yang jelas
cenderung mengesampingkan nasib para petani.
Para petani Indonesia !!!! Kembalilah
kepada fitrah sebagai MANUSIA yang diberi akal untuk berfikir !!!!
Menggunakan akal dan kemampuan berfikir bukan berarti harus pintar dan
berpendidikan tinggi, tetapi berkemauan dan berkehendak untuk belajar
dan menambah terus pengetahuan serta wawasan untuk pijakan mengambil
atau memilih suatu tindakan. Tidak akan pernah berubah nasib kaum bila
mereka sendiri tidak mau merubahnya…….
Semoga kita kembali menjadi fitri dan meraih kembali fitrah kita
sebagai manusia yang mampu menggunakan akal fikiran untuk kemandirian
dan kebangkitan kita para petani.