Sekumpulan
ternak sapi Australia mengadakan acara untuk melepas kepergian
teman-teman mereka keluar negri. Berbeda dari acara-acara sebelumnya
yang riang gembira, kali ini suasana dipenuhi oleh isak tangis, ratapan
dan kesedihan.
Salah satu ternak sapi yang masih yunior bertanya kepada rekan seniornya yang akan berangkat : “ Hai, kawanku, mengapa engkau menangis ?”. Jawab ternak sapi senior : “Apakah engkau tidak tahu, kami akan dikirim ke Indonesia !”. Sapi yunior : “Kenapa harus bersedih, bukankah ke negara manapun kita dikirim, sudah nasib kita sebagai sapi potong pasti disembelih?”.
Sambil berurai air mata, ternak sapi senior kembali berkata kepada ternak sapi yunior yang memang belum pengalaman itu : “Kamu tahu … hanya di Indonesia-lah kita benar-benar dihabisi … mulai dari lidah dijadikan sop lidah, hidung yang jadi rujak cingur, kaki jadi sop kaki sapi, ekor yang jadi sop buntut, darah kita dijadikan minuman ballota, tulang dijadikan konro dan bahkan maaf …torpedo kita pun dimakan, pokoknya tidak ada yang lolos… habis semua … !”
Salah satu ternak sapi yang masih yunior bertanya kepada rekan seniornya yang akan berangkat : “ Hai, kawanku, mengapa engkau menangis ?”. Jawab ternak sapi senior : “Apakah engkau tidak tahu, kami akan dikirim ke Indonesia !”. Sapi yunior : “Kenapa harus bersedih, bukankah ke negara manapun kita dikirim, sudah nasib kita sebagai sapi potong pasti disembelih?”.
Sambil berurai air mata, ternak sapi senior kembali berkata kepada ternak sapi yunior yang memang belum pengalaman itu : “Kamu tahu … hanya di Indonesia-lah kita benar-benar dihabisi … mulai dari lidah dijadikan sop lidah, hidung yang jadi rujak cingur, kaki jadi sop kaki sapi, ekor yang jadi sop buntut, darah kita dijadikan minuman ballota, tulang dijadikan konro dan bahkan maaf …torpedo kita pun dimakan, pokoknya tidak ada yang lolos… habis semua … !”