Seperti bisa setelah
membaca tulisan Bang Iqbal, ada pengetahuan baru yang mengisi inspirasi ke otak
terus berfikir mencari jalan keluar.
Kali ini, saya harus
belajar dan bergelut dengan kata “tetapi”. Selama ini pemahaman kita dengan
kata tetapi selalu berkonotasi negatif. Sebagai contoh, dia memang pandai tapi
suka mencontek. Dia memang kaya tapi pelitnya nga kelutungan, dst dst.
Inilah tulisan Bang
Iqbal yang saya ambil dari situsnya “gerai dinar”.
Tetapi’ adalah satu kata
yang luar biasa, Anda bisa menulis beribu kata untuk mengungkapkan sesuatu yang
indah – namun begitu Anda tutup tulisan tersebut dengan kata ‘Tetapi’ – maka
artinyapun berubah, keindahan-pun bisa sirna karenanya. Sebaliknya juga
terjadi, Anda bisa mengungkapkan seribu kata keburukan, kesedihan dan
sejenisnya – namun bila Anda tutup dengan kata ‘Tetapi’, keburukan atau
kesedihan tersebut akan berubah menjadi tidak seburuk sebelumnya. Nah,
kemampuan untuk menghilangkan kata ‘Tetapi’ yang seharusnya tidak ada atau
menghadirkan kata ‘Tetapi’ yang memang seharusnya ada – ternyata akan ikut
menentukan kwalitas hidup Anda, maka melatihnya menjadi penting.
Perhatikan contoh
aplikasinya di dua kasus berikut.
‘Tetapi’ yang Seharusnya
Tidak Ada…
Masyarakat sekarang
rata-rata memiliki penghasilan yang semakin tinggi, tetapi kebanyakan
merasa semakin tidak cukup.
Mereka memiliki
rumah-rumah yang besar, tetapi mereka merasa hidupnya semakin
sempit.
Jalan-jalan semakin
panjang dibuat, tetapi macet dimana-mana.
Segala jenis makanan
dapat mereka beli, tetapi mereka memiliki begitu banyak
pantangan untuk memakannya.
Mereka bekerja keras
untuk keluarganya, tetapi mereka tidak memiliki waktu untuk
memberikan perhatiannya.
Ilmu mereka tinggi, tetapi tidak
membuatnya semakin bijak.
Jaringan pertemanan
mereka luas, tetapi mereka kehilangan empati.
Nama-nama mereka
terkenal, tetapi mereka tidak memiliki jati diri.
Mereka menyekolahkan
anaknya tinggi-tinggi, tetapi mereka gagal mempersiapkannya
untuk menjadi orang yang beriman dan mandiri.
Mereka berebut menguasai
dunia, tetapi mereka tidak berusaha memakmurkannya.
Mereka…………………………………., tetapi…………………………………………(Anda
dapat melengkapinya sampai seribu kata bila perlu…)
‘Tetapi’ Yang Seharusnya
Ada…
Bumi semakin sempit
dengan jumlah penduduk yang terus bertambah, tetapi selalu ada
tempat yang cukup untuk semuanya.
Kerusakan Nampak semakin
nyata dimana-mana, tetapi masih ada peluang untuk
memperbaikinya.
Keamanan dunia terancam
oleh arogansi para penguasa, tetapi selalu ada kekuatan
penyeimbang yang akan menghentikan langkahnya.
Kapitalisme global
mencengkeram ekonomi dunia untuk kepentingannya, tetapi semua
ada masanya – cepat atau lambat ketidak adilan akan berakhir.
Masalah demi masalah
datang silih berganti, tetapi selalu ada solusi untuk
mengatasinya.
Lapangan pekerjaan
semakin susah dicari, tetapi selalu ada pekerjaan bagi yang
mau bekerja.
Kebutuhan semakin tinggi
sedangkan penghasilan tidak naik, tetapi tetap akan cukup bila
Anda pandai mengelolanya.
Sekolah untuk
anak-anak-pun semakin mahal padahal kwalitas lulusannya semakin tidak bisa
diandalkan, tetapi siapa bilang hanya jalur sekolah yang bisa
membuat anak kita bisa berprestasi ?.
Penyakit semakin beragam
ditengah obat yang semakin mahal dan tidak mempan, tetapi seluruh
penyakit tetap ada obatnya – kecuali penyakit mati.
Dan kita semua akan
mati, tetapi selagi nyawa dikandung badan – kita masih bisa
beramal maksimal untuk bekal nanti.
Nah sekarang Anda lihat,
bahkan hal yang bisa memutus segala kebahagiaanpun – yaitu kematian, bila anda
ungkapkan dengan kata ‘Tetapi’ – dia malah bisa menjadi kebaikan, yaitu menjadi
nasihat yang paling efektif untuk kita bisa beramal maksimal selagi sempat.
Jadi pilihan kata
‘Tetapi’ itu ada di kita, kita bisa gunakan untuk menghapus segala kebaikan,
kegembiraan dan sejenisnya. Atau kita bisa gunakan untuk menghibur kesedihan
kita, mengurangi keburukan kita atau mempersiapkan diri kita untuk kehidupan
yang abadai kelak – dimana kata ‘Tetapi’ tidak lagi relevan.
Wa Allahu A’lam.