"usaha penyamakan kulit hewan, sebenarnya mau buka usaha apa saja tergantung kita sendiri."
Bisnis kulit
memang menguntungkan karena pasar masih terbuka lebar. Namun untuk
memulainya, pengusaha membutuhkan modal besar. Dengan modal Rp 200 juta,
pengusaha hanya dapat memiliki 4 molen dan dikategorikan sebagai
pengusaha kecil. Namun, bisnis penyamakan kulit tidak harus memiliki
mesin yang banyak. Pengusaha yang tidak memiliki modal peralatan yang
cukup, dapat menggunakan mesin milik pengusaha besar asal memberikan
bayaran yang sesuai.
Selain mesin, pengusaha pun harus membeli bahan-bahan kimia untuk
proses penyamakan kulit. Bahan-bahan kimia tersebut harganya sangat
mahal karena sebagian besar masih impor dari Eropa. Hanya kapur dan
garam yang tidak perlu impor, sedangkan sisanya yang mencapai 60% dari
kebutuhan harus mengimpor. Namun, keuntungan yang diperoleh pun dapat
selangit bila pengusaha mampu membaca peta pasar. Pangsa pasar masih
sangat luas. Jangankan untuk pasar internasional,
pasar lokal dan nasional pun masih memiliki banyak celah. Namun, bagi
pengusaha kecil masih sulit untuk mencari celahnya. Keterbatasan dana
pun masih menjadi masalah. Ketika ada pesanan yang cukup besar, mereka
terpaksa menolaknya karena modal tidak mencukupi. Bagi pengusaha kecil,
hingga saat ini masih sangat berat untuk tetap bertahan. Selain
terbatasnya kualitas dan kuantitas hasil produksi, mereka pun minim
akses terhadap pasar yang lebih luas. Barang hasil produksi mereka
hanya untuk memenuhi pasar lokal.
hanya untuk memenuhi pasar lokal.
Namun berbeda bagi pengusaha besar, gairah kebangkitan mulai terasa.
Mereka mampu menjual hasil produksinya ke hampir seluruh tempat di
Indonesia, bahkan sudah diekspor melalui perusahaan pengekspor ke
beberapa negara seperti Australia, Singapura, Malaysia, dan Cina. Proses
dalam industri penyamakan kulit bertujuan untuk merubah kulit hewan
menjadi lembaran-lembaran kulit jadi yang siap untuk dipergunakan
menjadi bahan baku produk kulit seperti : sepatu, tas, kerajinan, dll.
Terdapat 2 jenis kulit yaitu kulit berkelas yang bebas dari pewarna
dan tidak mengandung metal lebih besar dari 62,5 ppm, sedangkan kulit
samak adalah kulit setengah jadi sebagai bahan baku untuk industri sepatu
atau garmen. Penyamakan kulit terdiri atas banyak proses yang saling
berurutan. Pada saat kulit mentah (rohet) memasuki proses awal, akan
diseleksi untuk menghasilkan (menyisihkan) kulit berkelas. Tahapan
proses dilakukan dalam drum yang berkapasitas memproses 400 – 600 lembar
kulit sekaligus. Penyamakan dilakukan untuk mengubah kulit mentah yang
mudah rusak oleh aktivitas mikroorganisma, proses kimia maupun fisik
menjadi kulit tersamak yang lebih tahan terhadap faktor-faktor perusak
tersebut. Yaitu dengan memasukkan bahan penyamak ke dalam jaringan kulit
yang berupa jaringan kolagen sehingga terbentuk ikatan kimia antara
keduanya menjadikan lebih tahan terhadap faktor perusak. Zat penyamak
bisa berupa penyamak nabati, sintetis, mineral, dan penyamak minyak.
Penyamakan kulit terdiri atas banyak proses panjang, dan garis
besarnya dibagi 3 proses utama yaitu proses awal (beam house atau proses
rumah basah), proses penyamakan, dan finishing. Proses awal terdiri
atas perendaman (untuk mengembalikan kadar air yang hilang selama proses
pengeringan sebelumnya, kulit basah lebih mudah bereaksi dengan bahan
kimia penyamak, membersihkan dari sisa kotoran, darah, garam yang masih
melekat pada kulit), pengapuran (membengkakan kulit untuk melepas sisa
daging, menyabunkan lemak pada kulit, pembuangan sisik, pembuangan
daging, pembuangan kapur (deliming) (untuk menghilangkan kapur dan
menetralkan kulit dari suasana basa, menghindari pengerutan kulit,
menghindari timbulnya endapan kapur), pengikisan protein, pengasaman
(pickle) (untuk memberikan suasana asam pada kulit sehingga lebih sesuai
dengan senyawa penyamak dan kulit lebih tahan terhadap seranga bakteri
pembusuk). Pada kulit sapi, dilakukan proses pembuangan bulu menggunakan
senyawa Na2S.
Sesuai dengan jenis kulit, tahapan proses penyamakan bisa berbeda.
Kulit dibagi atas 2 golongan yaitu hide (untuk kulit berasal dari
binatang besar seperti kulit sapi, kerbau, kuda dll), dan skin (untuk
kulit domba, kambing, reptil dll). Jenis zat penyamak yang digunakan
mempengaruhi hasil akhir yang diperoleh. Penyamak nabati (tannin)
memberikan warna coklat muda atau kemerahan, bersifat agak kaku tetapi
empuk, kurang tahan terhadap panas. Penyamak mineral paling umum
menggunakan krom. Penyamak krom menghasilkan kulit yang lebih lemas,
lebih tahan terhadap panas. Lewat proses penyamakan, dilakukan proses
pemeraman yaitu menumpuk atau menggantung kulit selama 1 malam dengan
tujuan untuk menyempurnakan reaksi antara molekul bahan penyamak dengan
kulit.
Proses penyelesaian (finishing) menentukan kualitas hasil akhir (leather). Terdiri atas beberapa tahapan proses yang bervariasi sesuai dengan jenis kulit, bahan penyamak yang digunakan, dan kualitas akhir yang diinginkan. Proses finishing akan membentuk sifat-sifat khas pada kulit seperti kelenturan, kepadatan, dan warna kulit. Proses perataan (setting out) bertujuan untuk menghilangkan lipatan-lipatan yang terbentuk selama proses sebelumnya dan mengusahakan terciptanya luasan kulit yang maksimal. proses perataan sekaligus juga akan mengurangi kadar air karena kandungan air dalam kulit akan terdorong keluar (striking out). Beberapa proses lanjutan lainnya adalah pengeringan (mengurangi kadar air kulit sampai batas standar biasanya 18 – 20 %), pelembaban (menaikkan kandungan air bebas dalam kulit untuk persiapan perlakuan fisik di proses selanjutnya), pelemasan (melemaskan kulit dan mengembalikan kerutan-kerutan sehingga luasan kulit menjadi normal kembali), pementangan (untuk menambah luasnya kulit), pengampelasan (untuk menghaluskan permukaan kulit). Kulit samakan bisa dicat untuk memperindah tampilan kulit.
Proses penyelesaian (finishing) menentukan kualitas hasil akhir (leather). Terdiri atas beberapa tahapan proses yang bervariasi sesuai dengan jenis kulit, bahan penyamak yang digunakan, dan kualitas akhir yang diinginkan. Proses finishing akan membentuk sifat-sifat khas pada kulit seperti kelenturan, kepadatan, dan warna kulit. Proses perataan (setting out) bertujuan untuk menghilangkan lipatan-lipatan yang terbentuk selama proses sebelumnya dan mengusahakan terciptanya luasan kulit yang maksimal. proses perataan sekaligus juga akan mengurangi kadar air karena kandungan air dalam kulit akan terdorong keluar (striking out). Beberapa proses lanjutan lainnya adalah pengeringan (mengurangi kadar air kulit sampai batas standar biasanya 18 – 20 %), pelembaban (menaikkan kandungan air bebas dalam kulit untuk persiapan perlakuan fisik di proses selanjutnya), pelemasan (melemaskan kulit dan mengembalikan kerutan-kerutan sehingga luasan kulit menjadi normal kembali), pementangan (untuk menambah luasnya kulit), pengampelasan (untuk menghaluskan permukaan kulit). Kulit samakan bisa dicat untuk memperindah tampilan kulit.
Alat dan mesin yang digunakan dalam melakukan proses penyamakan adalah sebagai berikut :
- Timbangan, berfungsi untuk mengetahui berat kulit dan bahan-bahan kimi yang akan digunakan.
- Pisau seset atau pisau fleshing, digunakan untuk membuang daging yang masih melekat pada kulit saat proses buang daging.
- Papan kuda-kuda, digunakan untuk meniriskan atau menggantung kulit setelah proses penyamakan
- Papan pentang, digunakan untuk mementang kulit agar kulit lebih lemas dan memperoleh luas yang maksimal.
- Mesin ampelas, digunakan untuk meratakan bagian dalam kulit sehingga diperoleh kulit yang lebih tipis dan lemas.
- Meja dan papan staking, digunakan untuk melemaskan dan menghaluskan kulit yang dikerjakan secara manual.
- Drum milling, digunakan untuk melemaskan dan menghaluskan kulit yang telah disamak.
- Drum putar (Tannning Drum), digunakan pada proses perendaman, pencucian, serta proses-proses lain yang menggunakan air dan bahan-bahan kimia.
- Alat-alat lain yang digunakan adalah spraying, ember, corong plastik, selang air, gunting, pisau dan kertas pH.