INFEKSI BAKTERI
Snot/Coryza
Disebabkan
oleh bakteri Haemophillus gallinarum. Penyakit ini biasanya
menyerang ayam akibat adanya perubahan musim. Perubahan musim biasanya
mempengaruhi kesehatan ayam. Snot banyak ditemukan di daerah tropis.
Penyakit
ini menyerang hampir semua umur ayam. Angka kematian yang ditimbulkan oleh
penyakit ini mencapai 30% tetapi angka morbiditas atau angka kesakitannya
mencapai hingga 80%. Snot bersifat kronis, biasanya berlangsung antara 1-3
bulan. Ayam betina berumur 18-23 minggu paling rentan terhadap penyakit ini.
Namun menurut pengalaman kami, ayam berumur kurang dari 16 minggu mempunyai
angka kematian yang cukup tinggi jika terkena penyakit ini. Sedangkan ayam yang
sedang bertelur dapat disembuhkan tetapi produktivitas telur menurun hingga
25%. Penularan Snot dapat melalui kontak langsung, udara, debu, pakan, air
minum, petugaskandang dan peralatan yang digunakan.
Dari
berbagai referensi yang kami dapatkan gejala penyakit Snot pada ayam adalah
sbb:
-
ayam terlihat mengantuk, sayapnya turun
-
keluar lendir dari hidung, kental berwarna kekuningan dan berbau khas
- muka
dan mata bengkak akibat pembengkakan sinus infra orbital
- terdapat
kerak dihidung
- napsu
makan menurun sehingga tembolok kosong jika diraba
- ayam
mengorok dan sukar bernapas
-
pertumbuhan menjadi lambat.
Pengobatan Snot
yang diberikan adalah preparat sulfat seperti sulfadimethoxine atau
sulfathiazole, menurut beberapa penulis penyakit ini dapat diobati dengan
antibiotika seperti Ultramycin, imequil atau corivit. Kami menggunakan preparat
enrofloksacyn atau lebih dikenal dengan Enflox produksi SHS dan saat ini kami
sedang mencoba menggantinya dengan preparat amphycillin dan colistin atau lebih
dikenal dengan Amphyvitacol produksi Vaksindo. Seorang penulis menyebutkan
pengobatan tradisional juga dilakukan dengan memberikan susu bubuk yang
dicampur dengan air dan dibentuk sebesar kelereng sesuai dengan bukaan mulut
ayam dan diberikan 3 kali sehari.
Sedangkan
pengobatan tradisional yang kami lakukan adalah memberikan perasan
tumbukan jahe, kunir, kencur dan lempuyang. Air perasan ini dicampurkan pada
air minum. Sedangkan ampasnya kami campurkan pada sedikit pakan. Selain ramuan
ini menghangatkan tubuh ayam, ramuan ini juga berkhasiat untuk menambah napsu
makan ayam.
Selain
memberikan obat yang diberikan bersama dengan air minum, kami juga memberikan
obat secara suntikan pada ayam yang sudah parah. Obat yang kami berikan adalah
Sulfamix dengan dosis 0.4 cc/kg BB ayam. Hal lain yang perlu dilakukan karena
penyakit ini mempunyai penularan yang sangat cepat dan luas, ayam yang terkena
Snot harus sesegera mungkin dipisahkan dari kelompoknya.
Upaya
pencegahan yang dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan kandang dan
lingkungan dengan baik. Kandang sebaiknya terkena sinar matahari langsung
sehingga mengurangi kelembaban. Kandang yang lembab dan basah memudahkan
timbulnya penyakit ini.
Berak
Kapur atau Pullorum
Berak
kapur disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum. Berak kapur sering ditemukan
pada anak ayam umur 1-10 hari.
Gejala
yang timbul adalah :
-
napsu makan menurun
- kotoran
encer dan bercampur butiran-butiran putih seperti kapur
- bulu
dubur melekat satu dengan yang lain
- jengger
berwarna keabuan
- badan
anak ayam menjadi menunduk
- sayap
terkulai
- mata
menutup
Penulis
yang lain mengatakan gejala anak ayam yang terkena berak kapur selain gejala
yang disebutkan di atas, anaka ayam akan terlihat pucat, lemah, kedinginan dan
suka bergerombol mencari tempat yang hangat.
Berbeda
dengan ayam dewasa, gejala berak kapur tidak nyata benar. Ayam dewasa yang
terkena berak kapur akan mengalami penurunan produktivitas telur, depresi,
anemia, kotoran encer dan berwarna kuning.
Pencegahan yang
dapat dilakukan adalah dengan menjaga sanitasi mulai dari mesin penetasan
hingga sanitasi kandang dan melakukan desinfeksi kandang dengan formaldehyde
sebanyak 40%. Ayam yang terkena penyakit sebaiknya dipisahkan dari kelompoknya,
sedangkan ayam yang parah dimusnahkan.
Pengobatan Berak
Kapur dilakukan dengan menyuntikkan antibiotik seperti furozolidon, coccilin,
neo terramycin, tetra atau mycomas di dada ayam. Penulis lain menyebutkan
pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan preparat sulfonamide.
Berak
Hijau
Penyebab
penyakit ini belum diketahui secara pasti, demikian pula pengobatannya. Selama
ini penyakit ini diduga disebabkan oleh bakteri sejenis Salmonella pullorum.
Penularan berak hijau sangat mudah yaitu melalui kontak langsung termasuk
saat jantan mengawini betina dan melalui pakan dan minuman yang terkontaminasi
dengan ayam yang sakit. Pengaruh penyakit ini dapat sampai ke DOC keturunan
induk yang sakit.
Gejala
penyakit ini adalah:
-
jengger berwarna biru
-
mata lesu
-
napsu makan menurun
-
sekitar pantat terlihat memutih dan lengket.
Upaya
pencegahan merupakan hal utama antara lain dengan menjaga sanitasi
kandang, memisahkan antara ayam yang sakit memberikan pakan yang yang baik.
Jika
ayam yang terinfeksi mengalami kematian, lebih baik ayam tersebut dibakar agar
bakteri tersebut ikut mati dan tidak menular ke ayam yang lain.
Kolera
Penyebab
penyakit ini adalah bakteri Pasteurella gallinarum atau Pasteurella multocida.
Biasanya menyerang ayam pada usia 12 minggu. Penyakit ini menyerang ayam
petelur dan pedaging. Serangan penyakit ini bisa bersifat akut atau kronis.
Ayam yang terserang kolera akan mengalami penurunan produktivitas bahkan mati.
Bakteri ini menyerang pernapasan dan pencernaan.
Kolera
dapat ditularkan melalui kontak langsung, pakan, minuman, peralatan, manusia,
tanah maupun hewan lain. Pada serangan akut, kematian dapat terjadi secara
tiba-tiba.
Sedangkan
pada serangan kronis didapatkan gejala sbb:
- napsu
makan berkurang
- sesak
napas
- mencret
- kotoran
berwarna kuning, coklat atau hijau berlendir dan berbau busuk
- jengger
dan pial bengkak serta kepala berwarna kebiruan
- ayam
suka menggeleng-gelengkan kepala
- persendian
kaki dan sayap bengkak disertai kelumpuhan
- lesi
yang didapatkan pada unggas yang mengalami kematian pada kolera akut antara
lain adalah : (a) perdarahan pintpoint pada membran mukosa dan serosa dan atau
pada lemak abdominal; (b) inflamasi pada 1/3 atas usus kecil; (c) gambaran
“parboiled” pada hati; (d) pembesaran dan pembengkakan limpa; (e) didapatkan
material berbentuk cream atau solid pada persendian.
Diagnosis
secara tentative dapat didirikan atas riwayat unggas, gejala dan lesi
postmortem. Sedangkan diagnosis definitive didapatkan pada isolasi dan
identifikasi organisme ini.
Tindakan
pencegahan sangat penting dilakukan antara lain dengan menjaga agar litter
tetap kering, mengurangi kepadatan kandang, menjaga kebersihan peralatan
kandang dan memberikan vitamin dan pakan yang cukup agar stamina ayam tetap
terjaga.
Pengobatan kolera
dapat dilakukan dengan menggunakan preparat sulfat atau antibiotik seperti
noxal, ampisol atau inequil.
Chronic
Respiratory Disease (CRD) atau ngorok atau Air Sac atau
Sinusitis
Penyakit
ini disebabkan oleh bakteri Mycoplasma galisepticum. Biasanya menyerang ayam
pada usia 4-9 minggu. Penuluaran terjadi melalui kontak langsung, peralatan
kandang, tempat makan dan minum, manusia, telur tetas atau DOC yang terinfeksi.
Seorang
penulis menyebutkan bahwa gejala CRD ini mirip dengan Snot atau Coryza yaitu:
- batuk-batuk
- napas
berbunti atau ngorok
- keluar
cairan dari lubang hidung
- nafsu
makan turun
- produksi
telur turun
- ayam
suka menggeleng-gelengkan kepalanya
Sedangkan
penulis lain mengatakan gejala yang timbul pada CRD
adalah:
- ayam
kehilangan napsu makan secara tiba-tiba dan terlihat lesu
- warna
bulu pucat, kusam dan di beberapa lokasi terjadi perlengketan terutama di
sekitar anus
- terjadi
inkoordinasi saraf
- tinja
cair dan berwarna putih
Pencegahan terhadap
penyakit ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari cara yang paling
sederhana yaitu tidak membeli DOC dari produsen yang tidak diketahui dan
melakukan sanitasi kandang.
Pengobatan CRD
pada ayam yang sakit dapat diberikan baytrit 10% peroral, mycomas dengan dosis
0.5 ml/L air minum, tetraclorin secara oral atau bacytracyn yang diberikan pada
air minum.
Colibacillosis
Penyebab
penyakit ini adalah Escherichia coli. Problem yang ditimbulkan dapat infeksi
akut berat dengan kematian yang tiba-tiba dan angka kematian yang tinggi hingga
infeksi ringan dengan angka kesakitan dan kematian yang rendah.infeksi dapat
terjadi pada saluran pernapasan, septicemia atau enteritis karena infeksi pada
gastrointestinal. Penyakit ini dapat berdiri sendiri atau diikuti oleh infeksi
sekunder. Infeksi sekunder yang menyertai penyakit ini adalah Mycoplasma
gallisepticum. Semua umur dapat terkena penyakit ini, namun yang paling banyak
adalah ayam usia muda.
Gejala
yang ditimbulkan pada penyakit ini disebabkan oleh toksin yang dikeluarkan oleh
bakteri akibat pertumbuhan dan multiplikasi. Invasi primer terjadi pada system
pernapasan dan system gastrointestinal. Omphalitis atau infeksi pada anak ayam
terjadi karena penutupan tali pusat yang kurang baik atau karena invasi bakteri
melalui cangkang telur pada saat inkubasi.
Berikut
ini gejala yang timbul pada penyakit ini adalah:
- napsu
makan menurun
- ayam
lesu dan tidak bergairah
- bulu
kasar
- sesak
napas
- kotoran
banyak menempel di anus
- diare
- batuk
Pada
septicemia akut dapat menyebabkan kematian yang tiba-tiba.
Pada
pembedahan akan didapatkan:
- dehydrasi
- bengkak
dan kongesti pada hati, limpa dan ginjal
- perdarahan
pinpoint pada organ viscera
- eksudat
fibrinous pada kantung udara, kantung jantung dan permukaan jantung, hati dan
paru (sangat karakteristik)
- usus
menipis dan inflamasi serta mengandung mucous dan area perdarahan
Pencegahan dapat
dilakukan dengan menjaga sanitasi kandang seperti menjaga ventilasi udara,
litter yang terjaga kebersihannya, secara teratur melakukan desinfeksi terhadap
peralatan dan fasilitas lainnya. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah menjaga
kualitas pakan dan air minum, kepadatan kandang harus diperhatikan, penanganan
mesin penetas telur dan menjauhkan ayam dari stress yang dapat menurunkan daya
tahan tubuh.
Pengobatan Colibasillosis
dapat dilakukan dengan obat-obat sulfa, neomisin, streptomisin dan tetrasiklin.
Meskipun demikian, menurut info yang lain dikatakan pengobatan penyakit ini
cenderung susah dan tidak menentu.
INFEKSI VIRAL
Tetel,
Newcastle Disease (ND), Sampar Ayam, Pes, Cekak
ND
merupakan infeksi viral yang menyebabkan gangguan pada saraf pernapasan.
Penyakit ini disebabkan oleh virus Paramyxo dan biasanya dikualifikasikan
menjadi:
a. Strain
yang sangat berbahaya atau disebut dengan Viscerotropic Velogenic Newcastle
Disease (VVND) atau tipe Velogenik, tipe ini menyebabkan kematian yang luar
biasa bahkan hingga 100%.
b. Tipe
yang lebih ringan disebut degan “Mesogenic”. Kematian pada anak ayam mencapai
10% tetapi ayam dewasa jarang mengalami kematian. Pada tingkat ini ayam akan
menampakangejala seperti gangguan pernapasan dan saraf.
c. Tipe
lemah (lentogenik) merupakan stadium yang hampir tidak menyebabkan kematian.
Hanya saja dapat menyebabkan produktivitas telur menjadi turun dan kualitas
kulit telur menjadi jelek. Gejala yang tampak tidak terlalu nyata hanya
terdapat sedikit gangguan pernapasan.
ND
sangat menular, biasanya dalam 3-4 hari seluruh ternak akan terinfeksi. Virus
ini ditularkan melalui sepatu, peralatan, baju dan burung liar.
Pada
tahap yang mengenai pernapasan maka virus akan ditularkan melalui udara.
Meskipun demikian pada penularan melalui udara, virus ini tidak mempunyai
jangkauan yang luas. Unggas yang dinyatakan sembuh dari ND tidak akan
dinyatakan sebagai “carrier” dan biasanya virus tidak akan bertahan lebih dari
30 hari pada lokasi pemaparan.
Gejala
yang nampak pada ayam yang terkena penyakit ini adalah sebagai berikut:
- excessive
mucous di trakea
- gangguan
pernapasan dimulai dengan megaop-megap, batuk, bersin dan ngorok waktu bernapas
- ayam
tampak lesu
- napsu
makan menurun
- produksi
telur menurun
- mencret,
kotoran encer agak kehijauan bahkan dapat berdarah
- jengger
dan kepala kebiruan, kornea menjadi keruh, sayap turun, otot tubuh gemetar,
kelumpuhan hingga gangguan saraf yang dapat menyebabkan kejang-kejang dan leher
terpuntir.
Penanggulangan
penyakit ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
ayam
yang tertular harus dimusnahkan.
vaksinasi
harus dilakukan untuk memperoleh kekebalan. Jenis vaksin yang kami gunakan
adalah ND Lasota yang kami beli dari PT. SHS. Vaksinasi ND yang pertama, kami
lakukan dengan cara pemberian melalui tetes mata pada hari ke 2. Untuk
berikutnya pemberian vaksin kami lakukan dengan cara suntikan di intramuskuler
otot dada.
untuk
memudahkan untuk mengingat mengenai waktu pemberian vaksin, seorang penulis
menyarankan agar memberikan vaksin ini dengan pola 444. maksudnya vaksin
ND diberikan pada ayam yang berumur 4 hari, 4 minggu, 4 bulan dan seterusnya
dilakukan 4 bulan sekali. Namun kami mempunyai sedikit perbedaan dengan jadwal
pola 444.(lihat jadwal pemberian vaksin modifikasi kami)
Pencegahan
yang harus dilakukan oleh para peternak mengingat penyakit ini sangat infeksius
adalah sebagai berikut:
- memelihara
kebersihan kandang dan sekitarnya. Kandang harus mendapat sinar matahari yang
cukup dan ventilasi yang baik.
- memisahkan
ayam lain yang dicurigai dapat menularkan penyakit ini.
- memberikan
ransum jamu yang baik.
Gumboro
(Infectious Bursal Disease)
Penyakit
ini menyerang kekebalan tubuh ayam, terutama bagian fibrikus dan thymus. Kedua
bagian ini merupakan pertahanan tubuh ayam. Pada kerusakan yang parah, antibody
ayam tersebut tidak terbentuk. Karena menyerang system kekebalan tubuh, maka
penyakit ini sering disebut sebagai AIDSnya ayam. Ayam yang terkena akan
menampakan gejala seperti gangguan saraf, merejan, diare, tubuh gemetar, bulu
di sekitar anus kotor dan lengket serta diakhiri dengan kematian ayam.
Virus
yang menyebabkan penyakit ini adalah virus dari genus Avibirnavirus. Di dalam
tubuh ayam, virus ini dapat hidup hingga lebih dari 3 bulan, kemudian akan
berkembang menjadi infeksius. Gumoro memang tidak menyebabkan kematian secara
langsung pada ayam, tetapi infeski sekunder yang mengikutinya akan menyebabkan
kematian dengan cepat karena kekebalan tubuhnya tidak bekerja.
Seorang
penulis menyebutkan bahwa gumoro menyerang anak ayam pada usia 2 – 14 minggu
dengan gejala awal sbb:
- napsu
makan berkurang
- ayam
tampak lesu dan mengantuk
- bulu
tampak kusam dan biasanya disertai dengan diare berlendir yang mengotori bulu
pantat
-
peradangan di sekitar dubur dan kloaka.biasanya ayam akan mematoki duburnya
sendiri.
- jika
tidur, paruhnya menempel di lantai dan keseimbangan tubuhnya terganggu.
Sedangkan
penulis yang berbeda menyebutkan gejala gumoro adalah sbb:
-
diare berlendir
- nafsu
makan turun
- gemetar
dan sukar berdiri
- bulu
di sekitar anus kotor
- ayam
suka mematuk di sekitar kloaka
Penulis
yang lain menyebutkan bahwa gumoro dapat dibagi 2 yaitu gumoro klinik dan sub
klinik. Gumoro klinik menyerang anak ayam berumur 3-7 minggu. Pada fase
ini serangan terhadap kekebalan tubuh ayam tersebut hanya bersifat sementara
antara 2-3 minggu. Gumoro subklinik menyerang anak ayam berumur 0-3 minggu.
Penyakit ini paling menakutkan karena kekebalan tubuh ayam dapat hilang secara
permanen, sehingga ayam dengan mudah terserang infeksi sekunder.
Gumoro
menyebar melalui kontak langsung, air minum, pakan, alat-alat yang sudah
tercemar virus dan udara. Yang sangat menarik adalah gumoro tidak menular
dengan perantaraan telur dan ayam sudah sembuh tidak menjadi “carrier”. Upaya
penanggulangan gumoro ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu vaksinasi,
menjaga kebersihan lingkungan kandang.
Bronchitis
(Infectious Bronchitis)
Penyakit
ini disebabkan oleh Corona virus yang menyerang system pernapsan. Pada ayam
dewasa penyakit ini tidak menyebabkan kematian, tetapi pada ayam berumur kurang
dari 6 minggu dapat menyebabkan kematian. Informasi yang lain menyebutkan bahwa
ayam yang terserang penyakit ini dan berumur di bawah 3 minggu, kematian dapat
mencapai 30-40%. Penularan dapat terjadi melalui udara, peralatan, pakaian.
Virus akan hidup selama kurang 1 minggu jika tidak terdapat ternak pada area
tersebut. Virus ini mudah mati karena panas atau desinfektan.
Gejala
penyakit IB ini sangat sulit untuk dibedakan dengan penyakit respiratory
lainnya. Secara umum gambaran penyakit tersebut adalah:
-
batuk
-
bersin
-
rattling
-
susah bernapas
-
keluar lendir dari hidung
-
terengah-engah
-
napsu makan menurun
-
gangguan pertumbuhan
-
pada periode layer akan didapatkan produksi telur yang sangat turun hingga
mendekati zero dalam beberapa hari, butuh waktu sekitar 4 minggu agar ayam
kembali berproduksi, bahkan beberapa diantaranya tidak akan kembali ke normal.
Telur yang dihasilkan akan berukuran kecil, cangkang telur lunak, bentuk telur
menjadi irregular.
Sanitasi
merupakan factor pemutus rantai penularan penyakit karena virus tersebut sangat
rentan terhadap desinfektan dan panas. Pencegahan lain yang sangat umum
dilakukan adalah dengan memberikan vaksinasi secara teratur.
Avian
Pox
Avian
pox mempunyai daya sebar yang relatif lambat. Avian pox disebabkan oleh minimal
3 strain atau tipe yaitu: fowl pox virus (virus cacar pada unggas), pigeon pox
virus (virus cacar pada burung dara) dan canary pox virus (virus cacar pada
burung kenari). Biasanya cacar yang terjadi pada ayam disebabkan oleh fowl pox
virus. Virus ini dapat ditularkan secara langsung maupun tidak langsung. Virus
ini sangat resisten pada keropeng yang kering dan dalam beberapa kondisi dapat
hidup hingga beberapa bulan. Virus ini dapat ditransmisikan melalui beberapa
spesies nyamuk. Nyamuk ini akan membawa virus yang infeksius ini setelah nyamuk
tersebut menggigit unggas yang terinfeksi.
Meskipun
fowl pox penyebarannya relatif lambat, kawanan unggas ini dapat berpengaruh
selama beberapa bulan. Perjalanan penyakit ini memerlukan waktu sekitar 3-5
minggu.
Gejala
yang didapatkan pada penyakit ini adalah:
-
pertumbuhan yang lambat pada unggas muda
- telur
menurun pada periode layer
- kesulitan
bernapas dan makan
- dry
pox, dimulai dari “small whitish foci” dan kemudian berkembang menjadi
“wart-like nodules”. Nodule tersebut kemudian akan mengelupas dalam proses
penyembuhan. Lesi ini biasanya terlihat pada bagian tubuh yang tidak berbulu
seperti lubang telinga, mata , jengger, pial dan kadang-kadang ditemukan di
kaki.
- wet
pox diasosiasikan dengan cavitas oral dan traktus respiratorius bagian atas,
terutama pada laryng dan trakea.
Langkah
pencegahan yang utama adalah memberikan vaksinasi pada ayam. Pemberian vaksinasi
dilakukan dengan melakukan penusukan pada sayap dengan jarum khusus.
Marek
(Visceral Leukosis)
Disebabkan
oleh virus tipe DNA yang tergolong herpes tipe B. Marek diidentikan dengan
penyakit anak ayam, meskipun demikian penyakit ini juga dapat menginfeksi ayam
yang lebih tua. Anak ayam terserang adalah kelompok umur 3-10 minggu. Umur 8-9
minggu merupakan umur yang paling rawan. Penularan dapat terjadi secara kontak
langsung, kotoran ayam, debu dan peralatan kandang.
Marek
dapat menimbulkan beberapa variasi gejala klinis, antara lain:
- Marek
tipe visceral
Ditandai
dengan lesi pada gonad, hati, limpa, ginjal dan kadang-kadang pada jantung,
paru dan otot. Penyakit ini biasanya akut, rupanya unggas yang sehat akan
mengalami kematian secara cepat dengan tumor internal yang masif.
- Marek
tipe neural
Ditandai
dengan kelumpuhan yang progresif pada sayap, kaki dan leher. Penurunan berat
badan, anemia, kesulitan bernapas dan diare merupakan gejala yang sering
ditemukan .
- Ocular
leucosis atau “gray eye”
Morbiditas
dan mortalitas biasanya sangat kecil tetapi disebutkan mendekati 25%. Gejalanya
dikarakteristikan dengan spotty depigmentation atau diffuse graying pada iris
mata. Pupil mata berbentuk irregular dan gagal bereaksi terhadap cahaya. Diare
berat dan kematian.
- Skin
leukosis
Pembesaran
folikel bulu karena akumulasi limfosit.
Pencegahan dapat
dilakukan dengan memberikan vaksinasi pada DOC berumur 1 hari dengan vaksin
Cryomarex HVT atau Cryomarex Rispens.Ayam yang terinfesi sebaiknya dimusnahkan
agar tidak menularkan ke ayam yang sehat.
INFEKSI PROTOZOA
Berak
Darah/ Koksidiosis
Berak
darah atau sering disebut dengan koksidiosis disebabkan oleh protozoa dari
genus Eimeria. Penularan penyakit ini dapat melalui kontak secara langsung
maupun tidak langsung seperti kontak dengan droplet dari unggas yang
terinfeksi. Pada saat unggas memakan koksidia, organisme ini akan menginvasi
usus dan mengakibatkan kerusakan dan kemudian mulai berkembang biak. Beberapa
minggu setelah terjadinya infeksi, koksidia akan berubah menjadi oocyst. Oocyst
masih belum cukup matur, meskipun oocyst terdapat pada droplet,
oocyst ini tidak dapat menginfeksi unggas lain kecuali ia berkembang
(sporulasi) menjadi bentuk yang lebih matang di litter. Bentuk inilah yang
dapat menyebabkan infeksi pada unggas. Berat tidaknya penyakit ini tergantung
dari jumlah protozoa yang termakan. Di dalam peternakan, penyakit ini sangat
mudah ditularkan melalui alas kaki, baju, burung liar, peralatan, tempat pakan,
serangga atau rodent.
Gejala
yang timbul pada penyakit ini adalah sbb:
-
kotoran lembek cenderung cair dan berwarna coklat kehitaman kerena mengandung
darah
- pertumbuhan
terhambat
- napsu
makan menurun
- pada
pembedahan ayam yang mengalami kematian akibat penyakit ini akan ditemukan pada
usus besarnya akan bengkak berisi darah.
Pencegahan dapat
dilakukan dengan cara memberikan vaksinasi pada ayam pada usia 4 hari. Biasanya
kami akan memberikan vaksinasi ini dengan melakukan penyemprotan pada pakan.
Selain itu harus dilakukan sanitasi yang baik pada kandang DOC. Pilihlah pakan
yang sudah mengandung koksidiostat ( preparat pembunuh protozoa Eimeria).
INFEKSI PARASIT
Cacingan,
Worm Disease
Cacingan
pada ayam dapat disebabkan oleh:
-
Ascaridia galli
Infeksi
cacing ini terutama menyerang ayam usia 3-4 bulan. Spesimen dari parasit ini
kadang-kadang ditemukan dalam telur. Cacing ini berpindah tempat dari usus ke
oviduct dan dapat masuk ke dalam telur pada saat pembentukan telur tersebut.
Cacing dewasa mudah dilihat dengan mata telanjang karena panjang cacing dewasa
mencapai ½ hingga 3 inchi.
Riwayat
hidup cacing ini sangat simple. Cacing betina akan meletakan telurnya di usus
unggas yang terinfeksi dan akan ikut dikeluarkan bersama tinja. Embrio akan
terus berkembang dalam telur tersebut meskipun tidak akan langsung menetas.
Larva dalam telur mencapai stadium infektif dalam 2-3 minggu. Telur yang
mengandung embryo ini sangat tahan banting bahkan dalam kondisi laboratorium
dapat bertahan hingga 2 tahun, sedangkan dalam keadaan biasa akan tetap
bertahan hingga 1 tahun bahkan lebih. Hal yang penting di sini adalah
desinfektan yang digunakan pada peternakan tidak dapat membunuh/ merusak telur.
Unggas akan terinfeksi jika memakan telur cacing ini.
Unggas
yang terinfeksi oleh cacing ini akan terlihat lesu, diare dan kurus. Kerusakan
utama yang ditimbulkan adalah penurunan efisiensi pakan, namun kematian hanya
timbul pada infeksi yang sangat berat.
Pencegahan
dapat dilakukan dengan melakukan sanitasi kandang dengan baik dan pemisahan
ayam berdasarkan umur. Bersihkan kandang sebersih mungkin jika kandang akan
digunakan untuk populasi ayam yang baru.Sedangkan obat yang digunakan adalah
preparat piperazine yang hanya dapat memutus rantai penularan dengan membunuh
cacing dewasa. Preparat yang biasa kami gunakan dan kami berikan tiap 4 minggu
adalah Piperavaks produksi dari Vaksindo. Pemberian obat ini cukup dicampurkan
pada air minum.
-
Heterakis gallinae
Parasit
ini tidak menimbulkan akibat yang serius pada kesehatan ayam. Minimal tidak
menimbulkan gejala atau patologi yang signifikan. Cara penularan cacing ini
sama dengan Ascaris. Namun telur yang mengandung larva akan infektif dalam 2
minggu. Dalam cuaca yang dingin akan membutuhkan waktu yang lebih panjang. Parasit
ini dapat dibasmi dengan fenbendazole.
- Capillaria
annulata atau Capllaria contorta
Cacing
ini sering ditemukan pada esophagus dan tembolok. Parasit ini menyebabkan
penipisan dan inflamasi pada mukosa. Pada system gastrointestinal bagian bawah,
dapat ditemukan beberapa spesies parasit tetapi biasanya adalah Capillaria
obsignata.
Berbeda
dengan cacing yang lain, pembentukan embryo memakan waktu 6-8 hari dan akan
sangat infeksius untuk peternakan. Kerusakan terparah akan terjadi pada 2
minggu setelah infeksi. Parasit ini akan menimbulkan inflamasi berat dan
kadang-kadang terjadi perdarahan. Erosi pada usus akan menyebabkan kematian.
Problem yang sering ditimbulkan oleh parasit ini adalah penurunan pertumbuhan,
penurunan produksi dan fertilitas.
Sanitasi
yang baik merupakan kunci pencegahan yang utama. Pemberian vitamin A dapat
memberikan nilai tambah. Parasit ini dapat dibasmi dengan menggunakan
fenbendazole atau leviamisole.
Secara
umum, seorang penulis menggambarkan gejala penyakit cacingan pada ayam adalah
sbb:
- tubuh
ayam menjadi kurus
-
nafsu makan berkurang
- sayap
kusam dan terkulai
- kotoran
encer, berlendir berwarna keputihan dan kadang berdarah
- pertumbuhan
lamban
Penanggulangan
yang dapat dilakukan secara umum adalah:
- sanitasi
kandang dengan desinfektan
- pemberian
Caricid pada umur 4-6 minggu dengan dosis 30 ml/3 liter air untuk 100 ekor
ayam. Umur lebih dari 6 minggu diberi dosis 6 ml/10 L air untuk 100 ekor ayam
- campurkan
premix 2.4% ke dalam makanan dengan dosis 2.5 kg/kg pakan diberikan selama 5-6
hari
--- Faktor
Lain ---
Faktor
utama penyebab ayam sakit adalah karena kecerobohan dalam
mengelola peternakan yang diakibatkan oleh faktor-faktor :
1. Sanitasi
yang tidak benar, dengan ciri peternakan menjadi kotor, bau dan terkesan jorok
2. Tidak
melakukan pembersihan rutin & pemberian obat dan vitamin kepada unggas yang
ada.
3.
Dan tidak dilakukannya vaksinasi pada unggas.
Yang
terpenting adalah " LAKUKAN VAKSINASI "
Dengan
cara-cara yang benar dan waktu yang teratur seperti kami terangkan pada halaman
vaksinasi.