Tetapi, bila hama dan
penyakit datang dan mewabah secara meluas, harapan panen hampir tak ada. Terutama
yang menyerang adalah jenis hama wereng. Jadi, menurut saya dari uraian di
atas, jelas faktor hama dan penyakit menduduki rangking teratas dari usaha
tanaman padi. Oleh sebab itu, pemahaman dan aplikasi lapangan bagi para PPL
amat sangat diperlukan!!
Realita di lapangan
bagaimana? Para petugas POPT (Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman) masih
kurang. Untuk di daerah saya di Bontocani ( di BPK ) petugasnya hanya 1 insan,
1 petugas POPT mengamati 2 Kecamatan. Dan beliau masih berstatus Tenaga Honorer
yang gajinya sangatlaha cukup.
Sekarang, kita kembali
ke habitat aslinya yaitu areal sawah, tepatnya ekosistem sawah. Setiap
ekosistem akan memciptakan keseimbangan yang harmonis bila manusia tak
mengeksploitasinya secara berlebihan. Ada rantai makanan yang sambung menyambung, di sinilah kita perlu
mengetahui siapa makan siapa. Tepatnya hama tanaman padi dimakan oleh siapa. Kalau
dalam bahasa pertanian disebut musuh alami. Ada berbagai macam musuh alami
untuk hama tanaman padi.
Berbagai jenis musuh alami
untuk tanaman padi dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu parasitoid,
predator, dan patogen. Terdapat 79 jenis musuh alami hama wereng batang coklat
(WBC), di antaranya 34 parasitoid, 37 predator, dan 8 patogen (Chiu 1979). Ada
3 jenis parasitoid PBP, yaitu: Tetrastichus schenobii Ferr., Telenomus
rowani Gah., dan Trichogramma joponicum Ashm (Jepson
1954, Soehardjan 1976). Sampai saat ini telah diketahui 36 spesies jamur
patogen serangga (JPS) pada tanaman padi (Carruthers & Hural 1990).
Di antara patogen
tersebut, Hirsutella citriformis, Metarrhizium anisopliae dan Beauveria
bassiana mempunyai potensi untuk mengendalikan WBC. Parasitoid dan
predator mampu menurunkan padat populasi hama, sedangkan infeksi JPS dapat
mematikan dan mempengaruhi perkembangan hama, menurunkan kemampuan reproduksi,
serta menurunkan ketahanan hama terhadap predator, parasitoid dan patogen
lainnya (Wardojo 1986).
Ekosistem persawahan
secara teoritis merupakan ekosistem yang tidak stabil. Kestabilan ekosistem
persawahan tidak hanya ditentukan oleh keanekaragaman struktur komunitas,
tetapi juga oleh sifat-sifat komponen serta interaksi antar komponen ekosistem.
Hasil penelitian mengenai kajian habitat menunjukkan bahwa tidak kurang dari
700 serangga termasuk parasitoid dan predator ditemukan di ekosistem persawahan
dalam kondisi tanaman tidak ada hama, khususnya WBC. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa komunitas persawahan ternyata beranekaragam (Untung 1992).
Apabila interaksi antarkomponen dapat dikelola secara tepat, kestabilan
ekosistem pertanian dapat dipertahankan. Dengan demikian tidak tertutup
kemungkinan bahwa pada ekosistem pertanian dapat tercipta keadaan yang stabil.
Untuk mempertahankan ekosistem persawahan yang stabil, konsep PHT dapat
diterapkan. Insektisida merupakan alternatif terakhir dan penggunaannya sangat
selektif. Di persawahan, musuh alami jelas berfungsi, sehingga terjadi
keseimbangan biologis (Baehaki 1991). Keseimbangan biologis ini kadang-kadang
tercapai, tetapi bisa juga sebaliknya. Hal ini disebabkan karena faktor lain
yang mempengaruhi, yaitu perlakuan agronomis dan penggunaan insektisida.
(M.Arifin dalam Prosiding Simposium Keanekaragaman Hayati Arthropoda pada Sistem
Produksi Pertanian. Cipayung, 16-18 Oktober 2000).
Itulah hasil penelitian,
tapi bagi kita para pembaca, maunya simpel. Apa musuh alaminya, sebutkan saja.
Untuk tanaman padi musuh terbesarnya dan bahaya laten adalah Penggerek Batang
dan Wereng Coklat.
Musuh alami Wereng
Coklat : Laba-Laba, Capung, Anak Katak, Burung Walet atau Sriti, Berbagai
Parasitoid telur, Jamur Beauveria bassiana, Jamur Metharrizium anisopliae, dll
Musuh alami Penggerek
Batang : Jangkrik ekor pedang, Parasit Telur Telenomus, Parasit Trichogramma, dan
lain-lain.
Dari Berbagai Sumber