Limbah ternak adalah sisa
buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharan ternak,
rumah potong hewan, pengolahan produk ternak, dll. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan
limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak,
darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dll. Semakin berkembangnya usaha peternakan,
limbah yang dihasilkan semakin meningkat.
Disamping itu lahan pertanian baik lahan basah seperti
sawah maupun lahan kering di Indonesia sat ini umumnya menderita kekurangan
bahan organik. Bahan organik diperlukan untuk menambah kesuburan tanah,
mengaktifkan tanah. Dengan
penambahan bahan organik seperti kompos produktivitas tanah akan bertambah. Tanaman perkebunan merupakan
lahan yang belum tersentuh bahan organik, baru awal tahun 90-an mulai dicoba
dibeberapa tempat, ternyata hasilnya memuaskan.
Peternakan sapi merupakan penyedia pupuk organik yang potensial. Beberapa penelitian menyebutkan
bahwa satu ekor sapi rata-rata menghasilkan kotoran rata-rata 10-25
kg/hari.
Kotoran ternak segar belum dapat dimanfatkan
secara langsung oleh tanaman karena belum terdekomposisi dengan rasio C/N lebih
dari 40. Kotoran sapi dipilih karena selain tersedia banyak dipetani juga
memiliki kandungan nitrogen dan potasium. Kotoran sapi merupakan kotoran ternak
yang baik untuk kompos
Prinsip yang
digunakan dalam pembuatan kompos adalah proses pengubahan limbah organik
menjadi pupuk organik melalui aktifitas biologis pada kondisi yang terkontrol.
Bokhasi pupuk kandang adalah salah satu alternatif teknologi pemanfatan
limbah peternakan sekaligus penyedia pupuk bagi tanaman
Membuat Pupuk Bokhasi
Bokashi
Merupakan kata yang
diambil dari bahasa jepang yang
berarti bahan organik yang terfermentasi.
Dalam pengertian sehari-hari, bokhasi ini berarti pupuk kandang atau kompos yang
dihasilkan dengan penambahan EM-4
Tempat
Pembuatan bokhasi tidak
memerlukan tempat khusus. Syaratnya adalah tidak terkena sinar matahari maupun
hujan secara langsung. Tempat pembuatan bokhasi harus beratap (bisa berupa
gudang atau gubuk-gubuk sederhana). Alasnya disarankan yang disemen atau
diubin, namun bukan persyaratan mutlak
Bahan
Bahan utama pembuatan
bokhasi adalah feses (kotoran hewan), jerami, sisa-sisa rumput, sekam atau
serbuk gergaji. Bahan lain yang sangat dibutuhkan dalam pembuatan bokhasi
adalah dedak.
Dalam proses pembuatan
bokhasi diperlukan sumber energi bagi bakteri khususnya pada tahap awal sebelum
proses fermentasi berlangsung. Adapun sumber energi yang bisa digunakan adalah
molases (tetes), gula pasir atau gula merah. Dari ketiga bahan tersebut,
molases merupakan sumber energi yang paling baik. Hal ini disebabkan karena
molases mengandung asam amino yg lebih baik dibandingkan dengan gula merah.
Demikian juga gula merah mengandung asam amino yg lebih baik dibandingkan
dengan gula pasir.
Komposisi Bahan Pembuat Bokhasi
- Komposisi bahan pembuat bokhasi pupuk adalah sebagai berikut :
- Feses (kotoran ternak) 70 %
- Sekam atau serbuk gergaji 20 %
- Dedak 10 %
- EM-4 0,1 % (dapat dibeli di- Toko pertanian)
- Gula pasir/gula merah 0,025 %
- Air secukupnya
Untuk membuat 500 kg
bokhasi pupuk kandang, dibutuhkan :
- Feses (kotoran ternak) 400 kg
- Sekam atau serbuk gergaji 70 kg
- Dedak 30 kg
- EM-4 0,5 liter
- Gula pasir/gula merah 0,125 kg atau Molases/tetes 0,25 liter
- Air secukupnya
Proses Pembuatan Bokhasi Pupuk Kandang
Bila bahan-bahan pembuat
pupuk kandang bokhasi sudah siap, maka dapat dilakukan proses pembuatanya yaitu
sebagai berikut :
- Larutkan molases atau gula dan EM-4 dengan air secara merata
- Campurlah feses, sekam atau serbuk gergaji dan dedak secara merata
- Lakukanlah penyiraman larutan I ke dalam bahan 2 secara perlahan-lahan dan merata. Kandungan air yang ideal adalah 30-35 %, yang dapat dilihat dengan cara/teknik penggenggaman. Kandungan air sebanyak 30-35 % dapat ditandai dengan tidak menetesnya air bila bahan digenggam dan bahan tersebut tidak mekar (terbongkar) bila genggaman dilepas. Teknik lain untuk mengetahui kadar air bahan adalah dengan menggunakan alat pengukur kadar air seperti soil tester.
- Bahan yang sudah dicampur selanjutnya dapat diletakkan diatas tempat yang kering, Bila diletakkan pada lantai (ubin, Tanah, Papan) maka bahan tsbt sebaiknya ditumpuk secara teratur. Tinggi tumpukan pada umumnya adalah 15-20 cm, namun bila tidak tersedia tempat yang luas, bokhasi tersebut dapat ditumpuk setinggi 1 meter. Bila proses penuangan bokasi pd lantai sudah selesai, tumpukan bokhasi ditutup dengan karung goni atau terpal.
- Usahakan suhu tumpukan bokhasi sekitar 40-50ºC, suhu diusahakan dikontrol dengan thermometer setiap lima jam sekali (minimal sehari sekali). Bila suhunya melebihi 50ºC, tumpukan bokhasi dapat dibalik, didiamkan sebentar agar suhu turun dan ditutup kembali. Hal ini harus dilakukan secara rutin
- Proses pembuatan bokhasi (fermentasi) berlangsung sekitar 7-10 hari. Setelah bahan jadi bokhasi, karung goni penutupnya dapat dibuka. Bokhasi yang berhasil (yang baik) memiliki karakteristik sebagai berikut : warna hitam, tekstur gembur, tidak panas dan tidak berbau. Dalam kondisi tersebut bokhasi dapat digunakan sebagai pupuk
(Disarikan dari Berbagai Sumber)