Manusia selalu memperlakukan hewan secara kontradiktif sejak jaman purba. Di satu sisi, beberapa jenis makhluk ini dijadikan hewan ternak untuk dikonsumsi dan menghasilkan uang, namun di sisi lain, ada juga yang dijadikan hewan peliharaan yang disayang-sayang, bak anggota keluarga.
Yang harus diwaspadai, kedekatan yang terlalu intim membuat hewan
berpotensi menularkan penyakit ke tubuh manusia. Aneka macam penyakit
yang bersumber dari hewan ini disebut zoonosis. Jadi, kita perlu
mewaspadai bahaya tersebut sembari tidak menurunkan kadar sayang ke
hewan peliharaan.
Penularan zoonosis umumnya karena beberapa hewan memiliki reseptor
sama dengan manusia. Dua makhluk ciptaan Tuhan ini juga memiliki
beberapa persamaan fisiologis, sehingga potensi penularan lebih besar.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) pernah mengungkapkan data bahwa 70%
penyakit baru yang menyerang manusia dalam dua dua dekade terakhir
bersumber dari hewan. Sebuah penelitian yang dilakukan di California,
Amerika Serikat, menemukan bahwa 61% dari 1.415 patogen yang bisa
mempengaruhi manusia ditransfer dari hewan. Riset Bruno B. Chomel dan
Ben Sun itu menyimpulkan kedekatan manusia dengan hewan peliharaan
memperbesar risiko penularan zoonosis. Apalagi, sebanyak 14% sampai 62%
manusia saat ini tidur bersama hewan peliharaan.
Meski memberikan banyak manfaat bagi manusia, hewan juga membawa
bakteri, virus, dan kuman yang bisa mengancam kesehatan tuannya. Ketika
seseorang tidur dengan anjing dan kakinya yang terluka dijilat hewan
peliharaan itu, kondisi ini berpotensi menimbulkan radang selaput
pelindung sistem saraf pusat.
Tiga bentuk penularan
Penularan zoonosis ke manusia dalam tiga bentuk. Pertama, penularan
langsung dari hewan ke manusia ketika si hewan terjangkit suatu
penyakit. Contohnya, penyakit rabies. Secara klinis, tidak semua hewan
yang terkena rabies itu terlihat secara fisik. Setelah dia menggigit
hewan atau manusia, baru ketahuan hewan tersebut terjangkit rabies.
Kedua, penularan bersumber dari produk hewan yang dikonsumsi oleh
manusia, seperti daging, telur, dan susu. Ketiga, zoonosis disebarkan
hewan meski makhluk tersebut tidak terjangkit penyakit alias hewan hanya
jadi media perantara. Penyakit zoonosis ini tidak semua terlihat secara
fisik baik di manusia atau di hewan. Contohnya, toksoplasma yang
ditularkan oleh kucing. Hewan peliharaan ini tidak memiliki tanda-tanda
fisik atau klinis membawa toksoplasma dalam fesesnya. Penderita pun
tidak merasakan akibatnya secara langsung, misalnya sakit atau demam.
Salah satu zoonosis yang sering menimpa manusia adalah keracunan
makanan akibat mengonsumsi produk hewan. Misalnya, keracunan mengonsumsi
daging mentah. Lain lagi dengan penyakit leptospirosis yang dibawa
tikus. Ginjal pada tikus dihinggapi bakteri leptospira yang akan
mengelola urine yang terkontaminasi leptospira. Air seni ini jika
tercampur dengan air dan masuk ke tubuh manusia menimbulkan penyakit
leptospirosis.
Maraknya penularan penyakit hewan akibat ulah manusia, yakni,
pemanfaatan lahan pertanian yang semakin meluas, faktor demografi, dan
perubahan sosial. Masalahnya, kebanyakan zoonosis yang berkembang saat
ini berkategori A. Jadi, penyakit itu mudah menular ke manusia dan
ditularkan antarmanusia dengan tingkat sakit yang tinggi.
Solusinya adalah, hewan bisa hidup berdampingan dengan manusia, tapi
kesehatan dan kebersihannya harus terjaga agar tidak membawa biang
penyakit
sumber : livestockreview.com